Hal pertama yang mereka pikirkan saat masuk ke lubang itu adalah, 'KOK BISA???????'
Baru saja mendarat dengan selamat di tanah, mereka disambut oleh terowongan gelap yang tidak tau dimana ujungnya. Bukan terowongan mewah seperti di film-film. Dari pada disebut terowongan, tempat itu lebih layak disebut gorong-gorong bawah tanah. Gelap, lembab, pengap. Mereka jadi menyesal mengikuti ajakan Felix.
"Gimme a flashlight, please"
Setelah berbicara seperti itu, Felix merasa ada yang menabrak pinggangnya. Iya, baru saja Jisung melempar senter secara asal ke Felix. Anak itu masih kesal rupanya.
Felix hanya melototi Jisung sekilas, lalu langsung memungut senternya dan mengarahkannya ke depan.
"Astaghfirullah gelap banget lur, ngga ada ujungnya" celetuk Haechan.
Belum ada lima menit mereka di situ, keringat sudah membanjiri tubuh. Sudah pengap, panas pula. Rasanya seperti geladi bersih masuk neraka.
"Gila anjir ngga kuat gua, ini panas banget! Echan, ayo bantu gua naik ke atas lagi!" kata Jisung sambil bersiap-siap lompat ke atas. Haechan nya nurut aja.
Saat Jisung sudah bisa meraih pinggiran tangga untuk berpegangan, tiba-tiba saja ada yang menutupnya dengan papan kayu yang berat. Jisung otomatis melepaskan pegangannya dan jatuh dari punggung Haechan.
"ASTAGHFIRULLAH JISUNG JARI LU!"
Haechan langsung mengeluarkan sapu tangannya dan membalutnya erat-erat ke jari telunjuk kiri Jisung yamg berdarah. Jisung nya sendiri sudah tidak bisa berkata apa-apa. Dia mendadak blank.
"Kenapa jarinya Jisung!?" tanya Jeno panik. Anak itu sudah tidak peduli dengan jalur masuk mereka yang tiba-tiba ditutup. Perhatiaannya langsung terarah ke sapu tangan Haechan yang langsung basah oleh darah Jisung.
"Putus, Jen. Ya Allah ngeri banget."
Keadaan Haechan lebih parah dari yang punya jari. Anak itu sudah komat-kamit berdoa sambil terus memegang tangan kiri Jisung. Sesekali berbisik di depan wajah Jisung yang masih blank, "Tahan ya, Sung. Yang sabar."
"HAH!? PUTUS!?"
●●●
Sudah hampir satu jam mereka menyusuri gorong-gorong itu, tapi rasanya sia-sia. Seolah-olah mereka seperti berjalan di treadmill, tidak ada kemajuan. Keadaan semakin pengap dan panas. Satu persatu dari mereka mulai putus asa.
"Lix, are you okay?"
Jeno menahan tubuh Felix yang tiba-tiba limbung ke belakang. Bisa jeno lihat pipi berfreckles yang biasanya merona kini kehilangan warnanya. Tubuhnya penuh keringat.
"Iー I can't breathe."
Semua yang ada di situ langsung panik mendengar perkataan Felix. Renjun dan Seungmin yang sudah berada agak jauh di depan bahkan sampai memutar balik untuk melihat keadaan Felix.
"GAWAT INI ANJIR BENGEKNYA FELIX KUMAT!"
Kemudian mulut Haechan kena pukul senter Seungmin.
Dengan perlahan, Jeno menuntun Felix untuk duduk bersandar pada dinding gorong-gorong yang lembab. Dia menginstruksikan Felix untuk tenang dan berusaha bernafas perlahan-lahan.
Kalau ditanya bagaimana perasaan Felix, jelas tidak baik-baik saja. Dadanya sakit, nafasnya sesak sekali. Rasanya seperti akan mati. Dengan sisa tenaga yang ada, ia merogoh saku jaketnya untuk mencari inhaler miliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kebun Kopi | 00liner [✔]
Mystery / Thriller"Ini kebun kopi apa kebun mayat sih?"