"LEPASIN JAEMIN! DASAR PEMBUNUH GILA!"
Langkah Jeno terhenti ketika mendengar teriakan yang berasal tidak jauh dari mereka. Ia melirik Renjun di sebelahnya, lalu Renjun mengangguk, memberi gestur bahwa ia juga mendengar suara itu.
"Itu suara Echan bukan sih?" tanya Jisung. Anak itu langsung menulusuri sekitar dengan senternya.
"Kinda" sahut Felix
"Eh anjir gua nemu pintu!"
Felix, Jeno, dan Renjun langsung menoleh ke arah Jisung yang sudah heboh menggerak-gerakkan senternya ke sebuah pintu kayu usang. Kalau pengelihatannya tidak jeli, mungkin ia tidak akan melihat pintu itu karena hampir berkamuflasi dengan dinding di sekitarnya.
"Emang lu bisa kasih apa biar gua ngga nyakitin temen lu ini?"
Jisung yang mendengar suara itu langsung menempelkan telinganya ke pintu itu. Memastikan bahwa suara tersebut berasal dari sana. Memastikan bahwa teman-temannya memang ada di sana.
"Lepasin Jaemin atau gua akan teriak lebih keras lagi!"
Jisung kenal betul itu suara Haechan. Ia memberi gestur pada teman-temannya untuk ikut mendekat dan mendengar percakapan dari dalam.
"Teriak aja! Temen-temen kalian pasti masih kesasar kayak tikus di dalem labirin."
Jeno rasanya ingin langsung mendobrak pintu itu dan menonjok siapa saja yang sudah berani menyakiti teman-temannya. Renjun yang menyadari emosi Jeno mulai meledak-ledak langsung menahan lengan temannya itu.
Tapi Renjun sepertinya lupa kalau di antara mereka ada yang lebih emosian daripada Jeno.
BRAK
Mungkin di kehidupan sebelumnya Felix adalah tukang cari masalah. Buktinya, setelah mendobrak pintu dengan seenak jidat, anak itu langsung menendang punggung si pria asing sampai terjerembab ke depan tanpa memikirkan resikonya. Untung saja pisau yang tadi menempel di leher Jaemin langsung terjatuh.
"HEH BULE SINTING APA-APAAN SIH LU SEMBRONO BANGET!"
Haechan yang menjadi saksi bagaimana leher Jaemin hampir tertembus pisau langsung membentak sikap anarkis Felix. Jaemin sendiri sejak tadi masih diam saja. Ia masih belum bisa mencerna apa yang terjadi.
Di tengah-tengah keributan yang dibuat oleh temannya sendiri, Jeno menghampiri si pria asing yang terduduk sambil mengusap-usap punggungnya. Tendangan Felix tidak main-main.
"Mau lu apa?"
Pria itu mendongak menatap Jeno. Ringisan kesakitannya berubah menjadi seringaian tipis, seolah mengolok Jeno.
"Kalian udah tau terlalu banyak." ujar pria itu. Ia bangkit dari duduknya, lalu berjalan mendekat ke Jeno yang tidak gentar sama sekali.
"Terus?"
"Ya jelas aja kita ngga bakal biarin kalian lepas gitu aja."
"Kita?"
●●●
Seungmin mendongakkan kepalanya ketika mendengar samar-samar keributan dari jauh. Ia yakin itu pasti suara teman-temannya. Tapi dengan siapa? Ada suara asing di sana.
Baru saja ia hendak bangkit untuk menghampiri asal suara itu, sesuatu mencengkram kakinya. Bahkan ia sampai jatuh terjerembab ke depan. Ringisan nyeri tercipta ketika merasakan dahinya terbentur ke lantai.
"Anjing! Lepasin gua nggak!?"
Seungmin meronta kita merasakan kakinya ditarik. Ia menggerakkan seluruh tubuhnya, terutama kaki agar bisa terlepas dari cengkraman itu. Tapi nihil. Sejak tadi ia seperti hanya menendang udara kosong.
BUGH
"Mampus lu!"
Seungmin langsung bangkit dan berlari setelah akhirnya dapat menendang sosok itu. Walaupun pergelangannya terasa ngilu, ia tetap berusaha menambah kecepatan larinya ke asal suara tadi.
Di tengah kegelapan lorong yang dilalui, ia melihat segaris cahaya. Seungmin merapatkan diri pada dinding, lalu merayap mendekat secara perlahan. Suara temannya semakin dekat.
Semakin dekat, Seungmin akhirnya sadar jika segaris cahaya tadi berasal dari celah pintu di hadapannya. Awalnya ia hanya ingin mengintip, tapi suara asing dari dalam membuat emosi langsung menumpuk di ubun-ubunnya.
"Ya jelas aja kita ngga bakal biarin kalian lepas gitu aja."
Kita katanya? Apakah orang asing di dalam dan sosok yang hampir menangkapnya tadi bersekongkol?
Merasa tidak tahan, Seungmin langsung membuka pintu itu lebar-lebar dan menerobos masuk, "Kita?" ucapnya.
Seungmin mengambil satu langkah mundur ketika pria asing dihadapannya berbalik ke arah dirinya. Dari balik bahu si pria, Seungmin bisa melihat ekspresi terkejut teman-temannya. Seungmin mengulas senyum tipis yang menyedihkan, mengisyaratkan jika ia menyesal telah menjadi pengecut.
"Elu nyuruh komplotan lu buat nangkep gua ya?" tanya Seungmin.
Pria itu semakin mendekat. Seungmin juga bisa melihat bagaimana ekspresi teman-temannya semakin terlihat ketakutan. Awalnya ia pikir mereka takut jika pria asing di hadapannya lah yang akan melakukan sesuatu. Tapi ternyata ia salah.
Iya, ia salah karena mengira pria di hadapannya yang akan melukainya. Karena sesaat setelahnya, ia merasakan perih yang amat sangat di punggugnya. Kemudian, semuanya menjadi gelap.
...
HUHUHU MAAF JARANG UPDATE INI.
By the way, sabi lah cek work baru aku hehe
KAMU SEDANG MEMBACA
Kebun Kopi | 00liner [✔]
Mystery / Thriller"Ini kebun kopi apa kebun mayat sih?"