4. Banaran

18.7K 3.5K 678
                                    

Setelah dua hari menginap di rumah Mas Taeyong, Jeno dan kawan-kawan berangkat ke Banaran. Mereka berangkat sore hari dengan alasan agar sampai sana sudah malam dan bisa langsung istirahat. Apa kalian pikir setelah kecelakaan kemarin mereka akan trauma? Tidak! Bahkan Hyunjin menyetir lagi. Alasannya; "halah gitu doang". Ngga inget apa kemarin sampai ngga mau makan seharian. Halah.

"Kita mau booking yang bentuk kamar apa rumah nih?"

Mereka berdelapan kini melingkar di tepian untuk berdiskusi. Uang mereka tidak sebanyak yang kalian kira. Bahkan Jeno sampai meminta Bi Siti untuk membawakan beberapa rantang bekal untuk mereka.

"Rumah aja deh. Kalau kamar kita harus booking lebih dari satu, mahal." ujar Seungmin. Tangannya sudah meraba-raba dompet.

"Tambah extra bed satu, ya!"

"Oke"

●●●

Selesai beres-beres dan bersih-bersih badan, kedelapan remaja itu bergotong royong memindahkan semua kasur yang ada ke ruang tengah. Dari pada harus tidur di kamar sendiri-sendiri, lebih baik tidur bersama-sama. Agar lebih terasa kebersamaannya.

Halah, bilang aja ngga mau disangka homo.

"Jadi, agenda buat besok pagi apaan?" tanya Jeno yang baru saja keluar dari dapur bersama Renjun sambil membawa delapan kaleng soda.

"Oh my! Felix, I'm sorry. I forgot that you can't drink cola. Should I buy you milk or tea or something?"

Renjun panik sendiri. Dengan tergesa ia masuk ke kamar untuk mengambil jaket dan dompetnya. Saat ia sudah siap keluar rumah, Felix menahannya.

"It's not a big deal. I have a box of milk in my bag,"

Renjun terlihat ragu-ragu. Ia masih merasa tidak enak dengan Felix. Kalau boleh jujur, di antara yang lain, hubungan Renjun dan Felix adalah yang paling awkward.

"Sini duduk, Njun. Felix juga udah ngga apa-apa." Haechan mencoba mencairkan suasana. Tangannya menepuk space kosong di sebelahnya.

Felix benar-benar masuk ke kamar untuk mengambil susu kotak miliknya di tas. Sementara itu, Renjun langsung mendapat kuncian gemas di lehernya oleh ketek Haechan.

"Lu masih aja kaku sih sama Felix?"

"Lepas, bego! Ketek lu bau amat!" Renjun setengah berteriak, berusaha minta tolong pada yang lain.

Sebenarnya, Haechan tidak sebau itu kok. Renjun lihat sendiri temannya itu menyemprotkan hampir seperempat botol parfum axe. Yang membuat Renjun kesal itu karena kuncian Haechan terlalu kencang sehingga dia tidak bisa bernafas.

"Besok mau outbound? Seru sih kayaknya," Hyunjin yang sedari tadi membolak-balik brosur akhirnya bersuara.

"Boleh. Paginya lari dulu ya, biar sehat." tambah Jisung.

"Halah, sok banget lu. Biasanya juga dibangunin sholat Subuh susahnya setengah mati."

Ucapan Seungmin disetujui oleh yang lain. Jisung mendadak menjadi tempat pembuangan kulit kacang. Sialan memang teman-temannya.

"Emm anu, maaf ya. Kayaknya besok gua ngga bisa ikut lari pagi deh"

Semua langsung menengok ke arah Jaemin. Bahkan Renjun sudah duduk dihadapannya sambil mengecek seluruh bagian tubuh Jaemin. Rambutnya agak berantakan, wajahnya pucat, ada setitik keringat dingin, dan,

Kebun Kopi | 00liner [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang