7. Hilang

13.9K 3.2K 512
                                    

Mereka terduduk lemas ketika melihat di depan mereka terbentang berbagai macam bentuk mayat. Dan mereka semua tidak memiliki tangan serta kaki. Berasa melihat boneka manekin yang rusak. Bedanya, yang dihadapan mereka ini manusia.

Seungmin yang tidak tahan akhirnya memuntahkan semua makan malamnya di semak-semak. Tapi sepertinya ia sedang sial. Karena ternyata di balik semak-semak itu ada kepala manusia yang menyembul. Mau mati aja Seungmin rasanya.

"Keanu anjir lu kenapa!?"

Renjun langsung menghampiri Seungmin yang tiba-tiba saja ambruk ke belakang. Wajahnya pucat, matanya kosong, dan nafasnya memburu. Renjun takut Seungmin kesurupan.

"Njun gua mau pulang aja," ujar Seungmin dengan nada lelah. Iya dia lelah dengan keadaan ini semua.

"Nu, kita semua juga maunya pulang. Tapi kita kejebak di sini, otomatis kita harus kuat. Kita pasti bisa kalo ngelewatin ini semua bareng-bareng."

Renjun mengusap pelan punggung Seungmin. Ia paham pasti anak itu melantur karena lemas setelah membuang semua isi perutnya.

Walaupun umur mereka sama, tapi Seungmin adalah yang paling muda. Anak itu tidak jarang merengek manja atau tanpa sadar dimanjakan oleh yang lain. Jadi renjun merasa wajar dengan keadaan Seungmin yang seperti ini.

"Kalian udah ada yang coba telpon minta bantuan belum?" tanya Jeno sambil berusaha membuka ponselnya. Tapi nihil, baterainya habis.

"Oh iya goblok kok gua ngga coba dari tadi!"

Semua yang ada di sana segera membuka ponsel masing-masing dengan terburu-buru. Tapi sedetik kemudian, ekspresi mereka yang sempat cerah kembali mendung. Bahkan Jisung sampai melempar ponselnya.

"Ngga ada sinyal, njing!" umpat Jisung. Yang lain hanya menghela nafas.

Keadaan menjadi hening. Ekspresi mereka benar-benar putus asa. Seungmin yang berada di rangkulan Renjun mulai terisak kecil karena ketakutan. Dan hal itu memperkeruh suasana.

"Raf, Daf, kalian kok diem aja dari tadi?"

Tidak ada yang membalas perkataan Haechan. Semuanya mengernyit. Mungkin jika Jaemin yang tidak membalas mereka akan maklum. Tapi Hyunjin? Anak itu peka sekali jika sudah dipanggil nama kecilnya.

"WOI ANJIR JAEMIN SAMA HYUNJIN ILANG!"

●●●

Jaemin dan Hyunjin tidak tau kenapa mereka bisa di tempat ini sekarang. Padahal awalnya mereka masih berjalan di belakang teman-teman mereka. Tapi ketika Hyunjin berhenti untuk membenarkan tali sepatu, teman-teman mereka menghilang.

"Sial banget sih anjir! Udah ditinggal, kesasar sekalian. Sempurna banget hidup kita, Raf"

Sejak tadi Hyunjin tidak berhenti misuh-misuh. Ingin rasanya Jaemin menguncir bibir bebek Hyunjin agar tidak berisik lagi. Dikira Jaemin tidak pusing apa mendengar omelan Hyunjin?

"Lu ngga cape apa Daf ngomel terus?" tanya Jaemin pada akhirnya.

"Raf, gimana ya. Kita itu sekarang ilang, Raf. Kita kepisah sama yang lain, kita kesasar. Gimana ngga panik coba!?"

Hyunjin mengacak rambutnya frustasi. Tas miliknya dan Jaemin ia biarkan teronggok begitu saja di dekat kakinya. Beban hidupnya saat ini sudah berat, tidak usah ditambah beban tas.

Di sebelahnya, Jaemin hanya menghela nafas. Matanya menelusuri sekitar mereka. Gelap sekali. Senter mereka yang hanya satu buah tidak cukup untuk menerangi sekitar. Ia terus mengarahkan senternya ke sembarang arah. Hingga akhirnya berhenti pada sesuatu di bawah.

Kebun Kopi | 00liner [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang