Jeno masih tidak bisa mencerna apa yang terjadi, bahkan ketika Jisung menarik tubuhnya kelewat keras hingga ia tersungkur.
"Jen, lu ngga apa-apa?" tanya Jisung. Ia mengulurkan tangannya untuk membantu Jeno berdiri.
"Itu tadi apa?"
Jeno menerima uluran tangan Jisung. Pemuda itu menatap kosong pada kapak besar yang baru saja dilempar oleh seseorang di balik kegelapan. Kapak yang hampir membelah tubuh Jeno.
"It's okay, nevermind. Ayo lanjutin aja." ujar Renjun mencairkan suasana. Ia menepuk pundak Jeno dua kali, lalu berjalan mendahului yang lain.
"Njun, tungguin gua!"
Seruan Seungmin memimpin yang lain untuk mengikuti Renjun. Tapi tidak untuk Jeno. Ia masih diam, bahkan ketika Jisung menarik tangannya untuk pergi.
"Dude, come on. We get your back. It's okay."
Felix masih setia berdiri di belakang Jeno. Tangannya tergantung gamang di sisi tubuhnya. Haruskah ia merangkul temannya? Atau lebih baik ia biarkan saja karena Jeno butuh waktu?
"Thanks. Gua cuma kaget aja." Jeno mengibaskan tangannya, menandakan bahwa ia baik-baik saja.
●●●
"Chan, udah deh. Percuma lu gedor-gedor pintu, buang-buang tenaga."
Haechan mendengus, lalu duduk di hadapan pintu yang sedari tadi ia gedor. Tenggorokannya kini terasa perih karena terus berteriak minta tolong.
"Terus kita harus ngapain biar bisa keluar?" Nada bicara Haechan terdengar sangat putus asa.
"Kita percaya aja sama yang lain. Mereka ngga bakal ninggalin kita kan?" ujar Jaemin sambil mengambil tempat di sebelah Haechan. Tangannya merangkul pundak Haechan, lalu menggoyangkannya pelan.
"Tapi kapan? Kalo nasib kita keburu kayak mayat-mayat gitu gimana?" suara Haechan mulai bergetar. Bobrok-bobrok begitu, hati Haechan cukup rapuh.
"Heh, mulut lu ya kalo ngomong suka asal!" Hyunjin menyentil mulut Haechan. Setelahnya anak itu ikut duduk di samping Haechan.
"Sakitーhiksーbego!"
"YA ALLAH ECHAN KENAPA NANGIS????" Jaemin heboh sendiri. Dengan cepat ia memutar tubuh Haechan agar menghadap dirinya, lalu menangkup wajah temannya yang kini penuh air mata.
"Ujujujuju dek Echan kenapa nangis???"
Jaemin mau muntah rasanya denger Hyunjing ngomong gitu.
"Guaーhiksーtakut, Raf. Gua takut ngga bisa keluar dari sini. Guaーhiksーtakut nasib kita kayak mayat-mayat itu."
Setelah berbicara seperti itu, tangis Haechan semakin kencang. Bahkan Jaemin sampai membawa kepala anak itu untuk bersandar di pundaknya. Hyunjin yang berada di belakang Haechan hanya mengusap punggungnya pelan.
"Kita semua di sini juga takut, Chan. Siapa sih yang mau mati terus mayatnya dibuang gitu aja? Siapa sih yang mau ilang di kebun kopi terus masuk koran? Inget, Chan, lu ngga sendirian. Lu punya kita-kita. Yang harus kita lakuin sekarang itu saling percaya. Oke, Chan? Udahan dong nangisnya."
Jaemin kembali menangkup wajah Haechan. Jelek sekali. Rasanya Jaemin ingin tertawa keras-keras. Tapi dia tau suasana. Akhirnya ia menghapus air mata Haechan dengan ujung lengan jaketnya.
Cklek
Saat Hyunjin ingin mendekat dan ikut berpelukan dengan kedua temannya, satu-satunya pintu yang ada di sana terbuka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kebun Kopi | 00liner [✔]
Mystery / Thriller"Ini kebun kopi apa kebun mayat sih?"