Drrrrrt drrrrrt drrrrrt drrrrt
Entah panggilan yang keberapa kalinya Natasya abaikan tanpa melihat si penelfon. ia yakin jika itu adalah mama yang seperti biasa menyuruhnya mampir sebelum berangkat ke rumah sakit dan selalu di tolaknya dengan alasan banyak pekerjaan. gadis itu masih dengan posisi menatap langit-langit kamarnya yang kosong dan tubuh yang terbalut selimut tebal hingga ke lehernya. suasana pagi ini begitu dingin meskipun AC di kamar telah dimatikan sejak pukul 4 subuh tadi
sembari menunggu si penelfon berhenti, Natasya pun bangkit dari posisi nya kemudian menuju ke dapur mengambil beberapa lembar roti tawar yang diberi selai nutella dan segelas susu ultramilk yang berada di dalam kulkas. setelah acara sarapannya telah selesai, Natasya pun beranjak mandi meskipun getaran ponsel itu terus menerus terdengar dari atas nakas. selagi sift nya hari ini adalah sore, gadis itu pun berencana untuk berjalan-jalan di salah satu pusat perbelanjaan untuk membeli beberapa baju mengingat beberapa pakaiannya begitu lusuh
kurang dari 20 menit, gadis itu keluar dari kamar mandi yang berada di dalam lokasi kamarnya. tapi benda pipih berwarna hitam itu terus bergetar. sekali hembusan nafas, Natasya pun melihat siapa si penelfon yang tidak ada lelahnya dalam kurun waktu 20 menit.
mata Natasya sontak melebar melihat siapa penelfonnya. 43 panggilan dari rumah sakit dan 2 panggilan dari David. lantas gadis itu pun menelfon ulang Citra Medika, jika bukan hal yang penting maka tidak mungkin mereka menelfonnya hingga hampir 50 panggilan
"maaf sus saya baru jogging. ada apa ya?" bohong Natasya. jika ia bilang bahwa dirinya dengan sengaja mengabaikan telefon itu karena dikira Anna, bisa saja sesampainya di rumah sakit gadis itu justru mendapat surat pemecatan dari kepala rumah sakit.
"Ada kecelakaan beruntun di Bandung dok. dan saat ini pasien sudah menuju kemari. pihak rumah sakit memohon untuk dokter datang ke rumah sakit sekarang berhubung dokter James dan dokter Riska sedang menghadiri seminar di Surabaya, dan dokter yang lainnya juga ikut partisipasi dalam kecelakaan ini" jawab suster dari sebrang sana dengan nada panik
"iya iya saya akan segera kesana dengan cepat" ucap Natasya kemudian mematikan sambungan telefonnya.
gadis itu pun beranjak dari tempatnya dengan berlari kecil ke arah lemari pakaian, memilih kemeja putih dan rok span dibawah lutut. rambutnya pun i ikat asal dan hanya polesan make up tipis. setelah dirasa semuanya selesai, Natasya pun menyambar kunci mobil besera tas yang tergeletak di sofa ruang tamu sejak semalam. menuju ke bassmen dengan berlari kecil melalui lift dan juga tangga darurat. kondisi pasien yang tidak bisa ia tunda lebih lama lagi
"kenapa pake ada acara macet sih. udah tau buru-buru" omel Natasya seraya melihat jam di ponselnya. sudah 10 menit gadis itu terjebak di dalam antrian panjang kendaraan seperti ini, mau maju atau mundur juga percuma karena mobilnya sudah di apit ribuan kendaraan yang juga ikut berdesakan ingin segra keluar dari posisi yang tidak nyaman ini. Natasya pun mengedarkan pandangannya ke segala penjuru mencoba mencari celah untuknya keluar dari sini, tapi nihil. tak sengaja, mata yang menatap spion tengah pun terbelalak melihat pemandangan di mobil warna putih yang berada tepat di belakangnya, Elang Dylan Geofani terduduk di bagian kemudi sendiri tanpa ada seseorang disampingnya. pria itu menggunakan jas selayaknya seorang Ceo. ia yakin jika pria itu sudah berkeluarga dengan Sevia atau mungkin sudah memiliki anak lebih dari satu
seperti luka bakar yang belum sembuh dan tersiram air panas. seperti itulah rasa pada hati Natasya saat ini. luka 2 tahun itu belum sepenuhnya sembuh, dan sekarang matanya harus menangkap seorang Elang yang terduduk seperti tanpa rasa berdosa sama sekali. lantas Natasya pun memalingkan wajahnya ke arah lain, gadis itu terpejam kuat. ingatannya selalu terbawa pada kejadian kelam itu, kejadian yang meremukkan hatinya dengan sangat. menghancurkan segala ekspetasi hidupnya, warna-warni dalam hidupnya yang berubah warna menjadi abu-abu, dan segala kepahitan hidup ia telan sendiri.
air matanya mencelos begitu saja tanpa permisi. ia tidak akan menuntut penjelasan pada Elang, atau sekedar menghubungi pria itu. ia tidak mau dibahagiakan dengan kebohongan lagi, ia lelah bersikap munafik dengan mengatakan dalam hatinya jika semuanya baik-baik saja meskipun kebohongan pada diri Elang sering terbongkar dengan sendirinya.
dengan kasar, Natasya pun mengusap air matanya. ia bukanlah gadis lemah yang harus mengemis penjelasan dan cinta pada Elang, selama ada David ia yakin jika semuanya akan baik-baik saja. pria itu mencintainya melebihi bagaimana Elang mencintainya meskipun Natasya tidak pernah membalaskan hal yang sama untuk David.
****
Setelah mobilnya setengah jam berada di tengah macet, akhirnya Elang bisa keluar dan segera memasuki kantor seperti pagi-pagi biasanya. hanya saja hari ini ia harus telat selama 32 menit 58 detik. dengan langkah santai, pria itu pun melangkahkan masuk ke area kerjanya dimana di sebelah pintu ruangannya ada Sinta yang terduduk dengan menatap layar komputer entah sedang mengutak-atik apa
"pak Elang, ada meeting di sauna resto hari ini jam 11 dengan client dari Aceh" ucap Sinta saat tubuh Elang sudah di ambang pintu kaca dan nyaris terjepit karena berhenti mendadak
"saya ingat" jawab Elang dengan dingin kemudian berlalu pergi. Sinta yang sedang berdiri pun hanya berkomat-kamit mengucapkan sumpah serapah beserta nama hewan-hewan tetangga. andai bukan bos nya, Sinta tidak akan segan-segan untuk melempar komputer ke arah pria itu. sikap dinginnya yang kelewat dari dinginnya Ac pun harus membuat Sinta menebah dada nya berulang kali, mencoba mencari celah sabar yang mungkin masih tersisa. bagaimana tidak? jika tidak diingatkan maka Elang tidak akan sungkan memaki Sinta yang dianggap melalaikan tugasnya sebagai seorang sekertaris, jika diingatkan maka Elang akan berbicara seperti itu. bahkan biasanya juga memaki dengan mengatakan jika Sinta menuduh pria itu pikun. semua yang gadis itu lakukan selalu salah di matanya, meskipun hal itu sudah benar.
pantas jika pria itu belum beristri, mana ada wanita yang betah berlama-lama dengan Elang yang seperti kulkas berjalan dan perfeksionis ini itu yang dilakukan orang lain serba salah, hanya dia yang selalu benar dan jika salah harus dibenarkan, point plusnya hanya senang marah-marah tidak jelas atau uring-uringan. Bossy
di dalam ruangannya, Elang hanya menatap beberapa lembar amplop warna coklat dan map berbagai warna yang perlu ia pelajari dan perlu ia tandatangani, tapi perlu dibaca terlebih dulu tidak asal tanda tangan
"sinta" pekik Elang dengan begitu keras seperti tarzan yang sedang mengatakan auwowowo.
dengan tergopoh, Sinta pun hadir di hadapan Elang yang menatapnya dengan sorot dingin. gadis itu membeku di tempatnya.
"lama" ucap Elang dengan dingin. Sinta merutuki bos nya dengan kata-kata kasar di dalam hatinya. padahal ia datang 30 detik setelah suara Elang timbul. mana yang dikatakan lama?
"ma..maaf pak" ucap Sinta
"ini kamu bacakan semuanya. jangan di korupsi satu katapun. ingat" ucap Elang seraya mendorong map itu ke depan Sinta
seperti membaca teks proklamasi, seperti itu lah Sinta membacakan dokumen-dokumen yang berisi tentang persetujuan keuangan, persetujuan kerjasama dan tanda tangan pengesahan keuangan sebulan ini. sungguh, Sinta dipekerjakan seperti mesin yang harus siap apapun yang diperintahkan oleh Elang. apapun itu, termasuk menggali sumur andai Sinta bisa pasti pria itu akan menyuruhnya demikian.
"sudah pak, saya kembali" ucap Sinta kemudian berlalu pergi. tenggorokannya sudah seperti tercekik puluhan tali dengan gersang yang menyerangnya. gadis itu perlu asupan air untuk mengobati tenggorokannya yang sakit setelah membaca puluhan lembar kertas selama 26 menit tanpa jeda, tanpa minum dan tanpa istirahat. Sinta benar-benar merasa di perbudak di dalam kantor ini
________________________________
Ini publish aku yang terakhir soalnya mau fokus UASBN dulu. sampai jumpa di part Mine selanjutnya readers
jangan lupa Voment :*
KAMU SEDANG MEMBACA
Mine
Romance[sekuel dari cool v sweet] Semenjak kepergian elang untuk kuliah di london, ada kejanggalan pada hati natasya. Ia merasa elang nya 2tahun yang lalu tidak sama dengan elang yang sekarang. Satu persatu ujian datang hingga ketika pilihan memojokkan na...