Tok tok...
Tok tok...
Guanlin terbangun mendengar suara ketukan di pintu kamarnya. Ia melirik jam kecil di atas nakas, pukul dua belas lebih sepuluh menit, rupanya ia baru tertidur selama setengah jam setelah menemani Jihoon yang masih cukup stress dengan ulah sang ayah.
Tok tok...
Ternyata ketukan pintu itu bukan mimpi, siapa yang mengetuk pintu kamarnya di jam begini, mau tak mau akhirnya Guanlin turun dari tempat tidurnya menuju sumber suara, dan ketika ia membuka pintu, terlihat Jihoon yang berdiri dengan baju tidur berwarna pink dan wajahnya yang cukup berantakan juga lelah terlihat dari bagian bawah matanya yang mulai menghitam.
Guanlin menyentuh lembut wajah Jihoon untuk melihat wajah lelaki manis itu, "Ada apa, Ji?" Tanya Guanlin lembut. Jihoon masih terdiam tidak menjawab pertanyaan Guanlin, "Mau secangkir cokelat hangat?" Tanya Guanlin lagi, namun belum ada jawaban dari Jihoon, "Aku akan membuatkannya untukmu." Guanlin hendak berjalan melewati Jihoon, tapi tiba-tiba Jihoon menahan tangannya hingga membuat Guanlin mengurungkan niatnya untuk pergi.
"Bo...bolehkah aku menginap disini malam ini?" Tanya Jihoon pelan.
Guanlin menghela nafas lega akhirnya Jihoon mau berbicara, ia lantas merangkul pundak Jihoon dan mengajaknya masuk, "Aku akan mendengarkanmu."
Jihoon berbaring di tempat tidur namun belum juga memejamkan matanya, sementara Guanlin berada di sebelahnya namun dengan posisi duduk dan menyandar di kepala tempat tidur king sizenya sambil membaca buku.
"Saat usiaku tujuh tahun, semua temanku membawa orang tuanya ke festival olahraga, sementara saat itu hanya ibuku yang datang dan harus pergi di tengah acara karena pekerjaannya, aku bahkan mendapat julukan si bocah tanpa ayah yang seharusnya menjadi sosok pahlawan untuk anak seumuranku saat itu" Ujar Jihoon tiba-tiba, mendengar itu Guanlin menutup bukunya dan menaruhnya di nakas kemudian beralih kepada Jihoon, "Saat usiaku sepuluh tahun, aku memenangkan lomba melukis di sekolah dan ayahku justru melemparku dengan lukisan itu karena pengaruh alkohol." Jihoon melanjutkan.
Guanlin masih memperhatikan seraya mengusap pelan puncak kepala Jihoon dengan lembut seolah mencoba menidurkan seorang anak kecil di saat mimpi buruk.
Jihoon masih bercerita dengan tatapannya yang terus mengarah ke langit-langit kamar yang berwarna putih, "Saat usiaku tiga belas tahun aku menemukannya melempar beberapa lukisanku yang dipajang di ruang tamu saat bertengkar dengan ibu." Jihoon terdiam beberapa saat dan terlihat sebulir air mata mengalir di pipinya, "Dan saat usiaku lima belas tahun di tengah malam aku mendengar suara koper yang diseret, dan ketika aku mengintip dari jendela kamarku, aku melihatnya pergi dengan wanita lain, dan ketika aku keluar dari kamar untuk mengetahui apa yang terjadi, aku melihat ibuku yang duduk di ruang tengah dengan bir dan rokok ditangannya, aku bahkan tidak tahu ibuku minum dan merokok, dan saat aku bertanya tentang ayah, ibuku tetap tersenyum dan berkata, 'dia tetap ayah yang mencintaimu', tak lama setelah itu kesehatan ibu mulai menurun sehingga aku harus menjadi tulang punggung keluargaku dengan beban kuliah serta biaya pengobatan ibu, dan kemudian ia meninggal di tahun kedua kuliahku."
Jihoon berusaha menahan air matanya agar tidak jatuh lagi, bibirnya melengkung menunjukkan senyum miris mengingat apa saja yang telah dilaluinya dengan ayahnya yang kini datang kembali dengan segudang keinginan untuk mengatur kehidupan Jihoon seakan tidak memiliki kesalahan untuk ditebus.
Sementara Guanlin hanya dapat menatap Jihoon dalam diam, ia sama sekali tidak tahu apa yang harus dikatakan ataupun dilakukannya dengan keadaan Jihoon yang seperti ini. Perlahan Guanlin mengangkat tangannya dan menyapukan jemarinya di wajah Jihoon untuk menghapus air mata lelaki itu yang dirasanya sudah cukup banyak dikeluarkan semenjak pertemuannya dengan Daniel, yang bisa dibilang menjadi salah satu akar alasan keadaan mereka menjadi seperti sekarang ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Don't Let Me Fall☑️ [PanWink]
Fanfiction[COMPLETED] He found the right kind of love, with the wrong person. Pertemuan singkat antara Lai Guanlin dan Park Jihoon membuat keduanya terjatuh dalam suatu takdir yang tidak terbayangkan sebelumnya dimana semua awal drama kehidupan mereka dimula...