Jihoon terbangun dari tidurnya dengan terkejut, semua kebenaran yang diceritakan Jimin beberapa hari lalu masih terekam jelas di otaknya hingga tak jarang terbawa hingga mimpinya. Bagaimana kesalahpahaman ini berakar, dan saat itu Jimin juga memanggil Guanlin untuk menceritakan bagaimana permasalahan ini bisa bercabang.
Kebenaran yang diterima Jihoon membuat pikirannya semakin kacau, ia tidak tahu bagaimana harus bersikap, ia bahkan tidak tahu bagaimana Jaehwan bisa mengetahui kerjasama Jimin dan Guanlin dan menimbulkan kesalahpahaman seperti ini.
Jihoon melihat jam kecil di nakas yang masih menunjukkan pukul dua dini hari. Perlahan ia bangkit dari ranjang untuk megecek keadaan Jinri di baby box. Ia melihat putrinya itu masih tertidur dengan damai. Suasana di kamar begitu sunyi, hanya terdengar suara detik jam yang berjalan. Jihoon masih berada di kamar yang berbeda dengan Guanlin, ia masih belum sanggup untuk sekamar dengan Guanlin.
Jihoon keluar kamar dan berjalan menuju dapur, ia berencana untuk membuat cokelat hangat untuk menenangkan pikirannya.
Suasana di luar kamar cukup gelap, hanya ada beberapa lampu yang menyala dengan redup namun cukup bagi Jihoon untuk menyusuri jalan menuju dapur. Namun Jihoon melihat lampu dapur yang menyala terang, sangat kontras dengan ruangan lain yang redup. Dan ketika ia memasuki dapur, terlihat Guanlin tengah duduk di salah satu bangku kitchen island sedang merokok dan minum sesuatu yang bening digelasnya entah apa.
Terlihat Guanlin menyadari ada seseorang yang datang, ia menoleh dan sedikit terkejut dengan kedatangan Jihoon. Dengan sedikit terburu-buru ia mematikan rokoknya dan menghalau asap yang tersisa.
"Jihoon..." Ujar Guanlin, "Apa yang kau lakukan tengah malam begini?"
"Hanya ingin secangkir cokelat hangat untuk membantuku tertidur kembali." Ujar Jihoon seraya menuju lemari tempat gelas berada dan mulai membuat cokelat hangatnya, sementara Guanlin masih meminum minumannya sedikit demi sedikit.
"Kau tidak bisa tidur juga?" Tanya Guanlin ketika Jihoon duduk di seberang kitchen island yang saling berhadapan dengannya.
Jihoon mengangguk dan meminum sedikit cokelat hangatnya, "Sejak kapan kau merokok?" Tanya Jihoon memecah keheningan yang terjadi selama beberapa menit.
Guanlin agak terkejut, ini pertama kalinya Jihoon memulai percakapan terlebih dahulu, "Semenjak kau pergi." Ujar Guanlin pelan, "Aku butuh sesuatu untuk melepaskan stresku, beberapa teman mengajakku ke club dan menawarkan rokok untuk mengobati stresku."
"Club?"
"Ti...tidak, aku tidak bermain dengan jalang disana." Ujar Guanlin menjelaskan agar Jihoon tidak salah paham, "Hanya berkumpul dengan temanku dengan rokok dan sedikit alkohol."
"Kau harus menjauhi teman seperti itu." Ujar Jihoon datar, "Dan sebaiknya kau berhenti merokok, tidak baik jika Jinri menghirup bekas asap rokok yang menempel di bajumu."
"Baiklah, aku akan melakukan apapun demi kau dan Jinri." Ujar Guanlin dengan sungguh-sungguh, "Lagipula aku selalu mengganti bajuku jika berada di dekat Jinri."
Keheningan kembali terjadi diantara keduanya. Mereka hanya menikmati minuman masing-masing dalam diam selama lima belas menit, hingga akhirnya Guanlin memulai percakapan, "Soal Jimin kemarin..."
Ucapan Guanlin terpotong ketika mendengar suara bayi menangis. Jihoon langsung berdiri dari bangkunya dan berjalan menuju kamarnya, "Mungkin kita akan melanjutkan percakapan ini nanti." Ujar Jihoon sebelum benar-benar keluar dari dapur.
Guanlin terdiam ditempatnya menatap arah yang di tempuh Jihoon. Nanti katanya? Apa itu artinya Jihoon mau berbincang lagi dengannya? Apa ini tanda jika Jihoon sudah mulai memaafkannya? Guanlin hanya bisa berharap.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Don't Let Me Fall☑️ [PanWink]
Fanfic[COMPLETED] He found the right kind of love, with the wrong person. Pertemuan singkat antara Lai Guanlin dan Park Jihoon membuat keduanya terjatuh dalam suatu takdir yang tidak terbayangkan sebelumnya dimana semua awal drama kehidupan mereka dimula...