Jihoon tengah membereskan sebuah meja kosong yang baru ditinggalkan pelanggan ketika suara lonceng pintu berbunyi dan memperlihatkan sosok Jaehwan masuk.
Semenjak pertemuan mereka beberapa minggu lalu, Jaehwan rajin datang ke cafe hanya untuk sekedar mampir dan bertemu Jihoon dan Jinri. Dan kali ini Jihoon tidak merasa risih seperti sebelumnya, setelah mengenal Jaehwan lebih jauh ternyata ia adalah seorang pria dewasa yang masih berkelakuan seperti anak kecil, mudah bergaul, dan sering melakukan hal-hal konyol, terutama ketika bermain dengan Jinri.
"Hai Jinri..." Ujar Jaehwan dengan bersemangat hingga melompat-lompat kecil menuju Jinri yang tengah duduk di kursi tinggi khusus bayi dengan mainannya, "Lihat Paman Jaehwan bawakan sesuatu untukmu." Jaehwan memberikan sebuah permen kapas besar berwarna pink.
Tuk.
Tiba-tiba Jaehwan merasa kepalanya dipukul pelan, ia langsung menoleh dan menemukan Jihoon yang sudah menyilangkan tangan di depan dadanya seolah sedang marah.
"Aku sudah berkali-kali mengatakannya, Jinri belum bisa makan makanan seperti ini." Ujar Jihoon seraya merebut permen kapas yang berusaha digapai oleh Jinri.
"Oh ayolah...kapan aku memberikannya hal seperti ini?" Ujar Jaehwan terdengar kecewa.
"Minggu lalu kau memberikannya es krim." Ujar Jihoon mengingat hal yang sudah Jaehwan lakukan, "Dan jangan lupakan ketika kau hampir memberikannya samyang." Tambah Jihoon, "Dia bahkan baru berusia enam bulan, apa yang kau pikirkan?"
"Itu hanya bercanda, Ji, aku hanya ingin bermain dengannya." Ujar Jaehwan seperti anak kecil yang dimarahi ibunya, "Baiklah, kalau begitu ini saja." Jaehwan mengeluarkan sebuah boneka sapi kecil dari balik jasnya dan memberikannya pada Jinri, "Kalau ini boleh, kan?" Tanya Jaehwan.
Jihoon tersenyum dan mengangguk, "Bagaimana bisa seorang direktur perusahaan memiliki kelakuan seperti bocah." Ujar Jihoon dengan senyuman maklum.
Belum sempat Jaehwan membela diri lagi, tiba-tiba terdengar suara lonceng pintu berbunyi menandakan ada yang datang.
"Jinriiiii..." Panggil Jinyoung riang dan langsung berlari kecil kearah Jinri seraya mencubit pelan pipi tembamnya.
"Aku kedatangan bocah lainnya." Ujar Jihoon seraya menggelengkan kepalanya.
Semenjak percakapan malam itu di apartemen Jihoon, Jinyoung sering berkunjung ke cafe Jihoon, awalnya Jihoon merasa canggung, namun sikap Jinyoung yang seperti tidak terjadi apapun membuat Jihoon terbiasa dan akhirnya seperti pembicaraan malam itu tidak pernah ada, dan tidak usah ditanya bagaimana Jinyoung menemukan cafe ini tanpa Jihoon beritahu dan entah bagaimana ia menjadi akrab dengan Jaehwan yang juga sering berkunjung. Dan keduanya juga masih menyembunyikan keberadaan Jihoon terutama dari Guanlin yang kini mulai menanyakan keberadaannya.
"Hentikan." Jihoon menyuruh Jinyoung berhenti mencubiti gemas putrinya yang mulai terlihat mengambil ancang-ancang menangis.
"Ya, hentikan itu, Jin." Ujar Jaehwan membela Jihoon, "Dia lebih tertarik dengan Paman Jaehwan yang memberikan mainan untuknya." Ujar Jaehwan kembali bermain dengan Jinri, namun bocah itu nampak tidak suka dan mulai memukul tangan Jaehwan.
"Dasar penjilat." Sindir Jinyoung kesal. Keduanya sudah seperti anak kecil yang merebutkan mainan.
"Sudah kalian berdua, ini saatnya Jinri tidur." Lerai Jihoon seraya menggendong Jinri.
Setelah Jinri tertidur, Jihoon menaruhnya di kamar dan kembali menemui Jinyoung masih menunggu seraya memainkan ponselnya, sementara Jaehwan sudah pamit pergi karena masih ada pekerjaan yang harus dikerjakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Don't Let Me Fall☑️ [PanWink]
Fanfiction[COMPLETED] He found the right kind of love, with the wrong person. Pertemuan singkat antara Lai Guanlin dan Park Jihoon membuat keduanya terjatuh dalam suatu takdir yang tidak terbayangkan sebelumnya dimana semua awal drama kehidupan mereka dimula...