Jihoon baru saja menyelesaikan rapatnya yang ketiga hari ini, menjadi seorang pemimpin perusahaan ternyata tidak semudah apa yang dibayangkan, jadwal yang terlalu padat membuatnya cukup kewalahan, terlebih dengan keadaannya yang tengah hamil membuatnya cepat lelah dari biasanya.
"Tidak ada jemputan makan siang kali ini?" Tanya Dongho, sekretaris pribadi Jihoon, memang biasanya di jam makan siang seperti ini Guanlin pasti datang ke ruangan Jihoon untuk menjemputnya makan siang.
"Pergeseran jadwal." Ujar Jihoon seraya tersenyum, "Aku akan mengunjungi kantornya, tolong bilang pada Haknyeon untuk menggantikanku jika aku terlambat."
"Siap!" Seru Dongho seraya tersenyum.
"Terimakasih, Dongho"
Jihoon berjalan menuju lift dan langsung disambut oleh supir pribadi yang sengaja dipekerjakan oleh Guanlin untuk Jihoon semenjak kehamilannya, ia melarang keras Jihoon untuk mengendarai mobil sendiri dan memastikan keselamatan Jihoon jika pergi tanpa dirinya.
"Terimakasih, pak" Ujar Jihoon ketika mereka tiba di gedung kantor Guanlin.
Jihoon berjalan masuk kedalam gedung dan langsung menuju ruangan Guanlin. Banyak karyawan yang menyapa Jihoon sepanjang jalan, beberapa kali berkunjung kemari membuat Jihoon cukup dikenal dan lagi berkat sifat Jihoon yang ramah membuatnya semakin disukai kebanyakan orang disini, sangat berbanding terbalik dengan sifat Guanlin yang cuek.
Ketika Jihoon melewati meja Hyungseob, ia masih merasakan tatapan tidak suka dari sang pemilik meja yang tidak mengatakan apapun. Saat Jihoon memasuki ruangan Guanlin, ia melihat sang pemilik ruangan tengah berbicara serius dengan seseorang berpakaian serba hitam dengan posisi keduanya menghadap dinding kaca yang mengarah langsung ke keramaian Kota Seoul sehingga tak ada yang menyadari kedatangan Jihoon.
"Kau mencintainya?" Ujar orang itu dengan nada bicara datar.
"Ya, aku akan tetap mencintainya." Balas Guanlin.
"Lalu kenapa kau menikah dengan orang lain?"
"Karena aku harus."
"Dan bagaimana itu bisa terjadi? Kau bahkan tidak datang hari ini, kau tidak pernah melewatkan hari ini."
"Banyak hal terjadi Minhyun, aku tidak bisa menjelaskannya sekarang."
"Kapan kau bisa menjelaskannya?"
Guanlin terlihat menjambak rambutnya dengan frustasi, "Semua telah berubah, pertemuan, pernikahan, bayi...""Kau bahkan telah memiliki bayi?"
"Ya, aku akan memilikinya, jadi berhenti menggangguku."
"Apa kau lupa pesan terakhir Minghya? Orang yang kau bilang paling kau cintai hingga kapanpun?"
"Sudah kubilang semua itu sudah lewat, Minhyun, aku tidak mungkin bisa menikahimu!"
Ucapan terakhir Guanlin cukup mengejutkan Jihoon yang sedari tadi hanya diam mendengarkan dan tanpa sengaja ia menyenggol vas bunga di dekat pintu hingga membuatnya jatuh, meski tidak pecah namun membuat suara yang cukup nyaring untuk membuat kedua orang yang tengah berbicara itu melihat kearah Jihoon.
"Ma...maaf." Ujar Jihoon kikuk dan hendak berbalik keluar, namun dengan cepat Guanlin bergerak kearah Jihoon dan menahannya.
"Kupikir percakapan kita sudah selesai, Minhyun, kau bisa pergi." Ujar Guanlin masih tetap menggenggam tangan Jihoon.
Minhyun berjalan melewati keduanya dengan cepat, "Kau tidak bisa pergi begitu saja, Guanlin." Ujarnya sebelum benar-benar pergi.
Guanlin melepas tangan Jihoon setelah Minhyun pergi dan terduduk di sofa hitam panjang, wajahnya terlihat begitu frustasi. Jihoon mendekati Guanlin, mencoba memahami keadaan yang baru saja terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Don't Let Me Fall☑️ [PanWink]
Fanfiction[COMPLETED] He found the right kind of love, with the wrong person. Pertemuan singkat antara Lai Guanlin dan Park Jihoon membuat keduanya terjatuh dalam suatu takdir yang tidak terbayangkan sebelumnya dimana semua awal drama kehidupan mereka dimula...