Terdengar suara gemerisik dari arah pintu, hal itu membuat Guanlin terbangun dari tidurnya yang kurang berkualitas, dibuktikan dengan rasa pusing yang menyerang ketika ia berusaha bangun dari ranjangnya. Ia melihat jam kecil di nakas yang masih menunjukkan pukul dua belas lebih dua puluh lima menit. Ia baru tertidur kurang dari satu jam akibat terlalu memikirkan penolakan dari Jihoon. Guanlin sudah tidak tahu apa yang harus dilakukannya agar Jihoon memaafkannya.
Suara gemerisik di pintu kembali terdengar, bukan mimpi rupanya, pikir Guanlin. Perlahan ia menuju pintu kamarnya dan membukanya, ia memang tidak pernah mengunci pintu kamarnya dengan harapan suatu saat Jihoon akan kembali ke kamar ini.
"Happy Birthday Papa...Happy Birthday Papa..."
Guanlin melihat Jihoon tengah menggendong Jinri yang terlihat masih mengantuk sementara di tangan kanannya memegang kue tart yang dipenuhi lilin diatasnya. Ia bahkan melupakan kalau hari ini ulang tahunnya akibat masalah yang dihadapinya.
"Jihoon..." Ujar Guanlin tampak begitu terkejut melihat pemandangan indah di depannya ini.
"Happy birthday....happy birthday....happy birthday Papa..."
"Jinri mengajak Mama untuk merayakan ulang tahun Papa." Ujar Jihoon seraya melirik putrinya yang masih mengantuk di gendongannya.
Guanlin tersenyum senang kemudian mengambil Jinri dari gendongan Jihoon, "Anak yang pintar." Ujar Guanlin seakan bangga dengan putrinya yang hanya menatapnya bingung.
"Ayo Papa, tiup lilinnya." Ujar Jihoon menyodorkan kue ditangannya.
Guanlin menutup matanya sesaat untuk mengucapkan harapannya, kemudian ia membuka matanya lagi dan meniup lilin hingga mati semua.
"Terimakasih malaikat-malaikatku." Ujar Guanlin seraya mengecup singkat pipi Jinri kemudian melakukan hal yang sama dengan kening Jihoon.
Guanlin dan Jihoon berakhir di ruang makan menikmati kue ulang tahun yang dibuat Jihoon, sementara Jinri sudah kembali tertidur karena terus merengek akibat mengantuk.
"Kenapa kau menolakku kemarin?" Tanya Guanlin seraya menikmati kue buatan Jihoon.
"Karena jika aku menerimamu, maka kejutan ini tidak akan begitu berkesan." Balas Jihoon santai, sedangkan Guanlin hanya bisa memutar bola matanya menunjukkan kekesalannya. Tapi kemudian ia tersenyum kembali, setidaknya kini ia sudah mendapat jawaban dari semua keresahannya selama ini.
"Soal Jimin..." Ujar Guanlin hati-hati, ia tidak mau merusak suasana yang damai seperti ini, "Bagaimana kelanjutan kalian?"
Jihoon masih diam menikmati cake cokelat lembut dengan strawberry di tengahnya, "Aku masih belum memikirkannya, rasa sakit itu masih ada, Guanlin, bahkan denganmu." Ujar Jihoon jujur.
Guanlin terdiam, ia mengerti perasaan Jihoon yang berantakan berkat perbuatannya, "Aku benar-benar minta maaf, Jihoon, aku tidak tahu apa yang harus kulakukan lagi untuk membuatmu memaafkanku."
"Aku sudah memaafkanmu, tapi ada beberapa sakit hati yang tidak bisa kau lupakan begitu saja." Ujar Jihoon yang kini mengambil potongan ketiga kuenya, "Dan ayahku, sakit hati itu bukan semata dari masalah ini, tapi juga berasal dari hari dimana ia meninggalkanku dan ibuku."
"Bagaimana jika kita menemuinya? Masalah yang terus terpendam tidak akan pernah selesai."
"Entahlah, aku belum yakin."
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Don't Let Me Fall☑️ [PanWink]
Fiksi Penggemar[COMPLETED] He found the right kind of love, with the wrong person. Pertemuan singkat antara Lai Guanlin dan Park Jihoon membuat keduanya terjatuh dalam suatu takdir yang tidak terbayangkan sebelumnya dimana semua awal drama kehidupan mereka dimula...