9

2.2K 87 2
                                    

Kenyataan

~Sebuah takdir akan menyatukan kamu dan dia. Bagaimapun kamu menolaknya, Tuhan akan tetap menyatukannya. Kamu tidak akan tahu betapa indah rencanaNya sebelum kamu melaluinya.~

Satria menggendong Bita dan membawanya ke rumah sakit. Ia sangat khawatir terjadi hal buruk pada gadisnya. Ya, gadis yang ia peluk saat ini adalah miliknya, istrinya.

Satria menduga ini karena phobia Bita pada pernikahan sehingga tubuhnya bereaksi tapi ia tidak kuat dan pingsan.

“Dokter, apa istri saya baik-baik saja?” Tanya Satria.

“Istri anda hanya shock, Pak. Sebaiknya dia melakukan terapi ke psikolog. Saya merasa dia punya trauma atau ketakutan yang membuat dia tiba-tiba pingsan.” Tutur si dokter.

“Baik, Dok. Saya akan mengikuti saran Dokter. Terima kasih.” Ucap Satria.

“Tolong jaga pasien ya, permisi.”

Satria melihat Tsabita yang terbaring lemah di brankar. Ia tak tega membiarkan Bita terus menerus takut pada pernikahan mereka.

Ta, jangan kamu bawa beban itu sendirian... bagi denganku, aku mau membawa seberat apapun itu, kalau kamu bahagia..

Satria sangat ketakutan. Bagaimana jika Bita tidak menerima pernikahan ini? Bagaimana jika Bita membenci dia dan pergi meninggalkannya?
Kekhawatiran itu terus muncul dalam benak Satria. Ia memandang sekali lagi wajah Bita istrinya dan mengecup sekilas keningnya. Tangannya begitu gatal ingin menggenggam tangan Bita tapi selalu diurungkan. Ia takut kalau Bita nanti terbangun dan kaget melihat yang dilakukan oleh dirinya.

Namun sekali lagi, Satria tidak sanggup menahan luapan keinginan untuk menggenggam jemari istri tercintanya. Ia pun memberanikan diri meraih tangan kiri Bita dan mengecupnya beberapa kali.

“Ta, jangan sakit..” Pinta Satria lirih kemudian mengikuti Bita yang tertidur.

1 jam kemudian, Bita tersadar. Ia menoleh dan mendapati Satria tidur dengan posisi duduk menjaganya. Ia merasa ada yang berat di tangan kirinya. Oh tangan Satria..

“Apa?!” Jerit Bita kaget. Ia membangunkan Satria yang ikut terlonjak kaget.

“Ada apa, Ta? Ada yang sakit?” Tanya Satria khawatir.

“Kamu kenapa ada disini? Pergi nggak?!” Usir Bita.

“Saya yang bawa kamu kesini. Saya sejak tadi tunggu kamu yang pingsan. Ayo pulang.” Ajak Satria.

“Pulang kemana?” Tanya Bita.

“Rumah.”

“Ke Jakarta??” Tanya Bita lagi.

“Rumahku Tsabita sayang…” Ucap Satria kesal dan mencubit pipi istrinya.

“Hei! Jauhkan tangan kamu dariku!” Tegas Bita.

“Baiklah.” Mengangkat kedua tangannya sebagai tanda menyerah.

Mereka berdua saling diam di dalam mobil yang dihiasi bunga di depannya. Bita masih tidak percaya bahwa sekarang dia sudah menjadi istri orang. Tepatnya istri Satria Muhammad Rahman. Ya Allah, selamatkan aku darinya…

BITARIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang