25

3.4K 75 10
                                    

After Wedding Party

Langit biru, awan putih bergelantungan membuat suasana hati Satria kian ceria. Memiliki istri seperti Bita; cantik, natural, pemarah, suka merajuk, menjadi tantangan tersendiri baginya untuk tidak menyerah sampai kapanpun. Sampai menua bersama, sampai menemui Sang Pencipta.

"Mama langsung pulang nih? Nggak pengen liburan di Bogor dulu sama Papa dan Permata?" Tanya Satria.

"Sebenarnya Mama mau banget liburan, apalagi suasana disini sejuk. Adikmu ini buru-buru pulang katanya besok jadwalnya penuh, nggak bisa ambil cuti." Tutur Vanty.

"Kalau begitu, Mama dan Papa saja yang stay disini dan Permata balik ke Balikpapan sendiri, Ma." Sahut Bita.

"Ih, Kakak ipar nih mulai berani jahat sama aku ☹. Aku nggak mau di rumah sendirian. Mama..." rengek Permata.

"Kamu kan kerja, nggak usah pulang kalau nggak mau sendirian di rumah, Dek." Kata Satria sembari menyendok nasi ke mulutnya.

"Tapi aku maunya pulang ke rumah. Ish, pokoknya Mama sama Papa pulangnya bareng aku." Ucap Permata dengan kaki yang menghentak-hentak di lantai.

"Tata, kakimu. Sudah mau menikah masa sifatnya masih kekanak-kanakan." Lerai Rahman.

"Kakak tuh yang mulai duluan."

"Yah nyalahin aku." Sahut Satria.

"Ngomong-ngomong soal menikah, kok Tata belum kenalin Mama sama Papa dengan calon suami Tata? Kapan nih?" tanya Vanty.

"Sabar dong, Ma. Aku kan masih menyeleksi kandidatnya." Timpal Permata.

"Menyeleksi atau belum dapat?" Goda Satria.

"Apaan sih Bang, ikut mulu deh." Jawabnya sensi.

"Waktunya terus berjalan. Papa cuma mau ingetin kamu kalau sampai waktunya habis dan kamu nggak mengajukan satupun laki-laki ke Papa, maka kamu harus terima dengan calon pilihan Papa dan Mama." Ucap Rahman tegas.

"Pokoknya nanti sebelum hari terakhir, Tata akan bawa dia ke rumah." Jawab Tata yakin. "Yang pasti calon suami Tata itu nggak nyebelin seperti Abang." Melirik Satria.

Satria tidak mempedulikan apa yang adik perempuannya katakan. Ia lebih memilih menghabiskan sarapannya sembari mencuri pandang pada kekasih hati; Tsabita.

"Apa?" Tanya Bita ketika memergoki Satria memandanginya.

"Kamu cantik." Jawab Satria tersenyum manis.

"Apa sih kamu, gombal." Merengerucutkan mulutnya sebal.

"Haha, ciye-ciye pengantin baru, pagi-pagi dah mulai romantis aja. Ini ada jomblo disini, tolonglah jaga perasaan sedikit." Seloroh Tata.

"Apa sih, Ta. Kamu nih sama kayak Satria ya, sukanya goda-godain aku." Kata Bita semakin memerah, menahan godaan dari kedua sisi.

"Makanya, secepatnya bawa calon suami ke rumah dan menikah, supaya nggak sakit hati kalau lihat orang berduaan seperti abang dan kakak iparmu." Kata Vanty.

"Iya, Mamaku..."

Setelah packing perlengkapan, Vanty, Rahman dan Tata berangkat pada penerbangan jam 10.00 pagi. Satria dan Bita mengantar mereka hingga Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Hanya 2 hari saja, ketiganya berada di Bogor karena si bungsu tidak bisa berlama-lama meninggalkan profesinya terutama pasien-pasien kecilnya yang menggemaskan.

"Satria, jaga menantu Mama baik-baik ya." Kata Vanty memeluk si sulung penuh sayang.

"Iya, Ma. InsyaAllah Satria akan menjaga Bita dengan sangat baik." Jawab Satria penuh arti. Ia pasti akan menjaga istrinya dengan baik, mana mungkin ia membiarkan Bita dalam masalah. Tidak, sudah cukup pertengkaran kemarin. Aku tidak mau berjauhan dengannya apalagi membuat dia marah.

BITARIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang