11

2.2K 84 3
                                    

Assalamu'alaikum :)
Pagi (^-^)/
Lagi good mood nih, alhamdulillah (: Semoga suka!

Papa Minta Cucu

~Aku ingin menikmati prosesnya langkah demi langkah. Kita berjarak karena waktu namun pasti kan bersatu. Tetaplah disisiku, karena aku akan berusaha menjadi bahagiamu.~

Pagi yang cerah setelah pernikahan kedua insan manusia. Semua anggota keluarga berkumpul di ruang makan. Kedua pasangan baru itu belum juga datang membuat yang lainnya menunggu.

“Kak Satria sama Kakak Ipar kok lama banget ya, Ma.” Ungkap Permata, adik perempuan Satria.

“Namanya juga pengantin baru. Kamu cek sana! Suruh mereka cepat kesini, yang lain sudah menunggu.” Kata Bu Vanty.

Rumah keluarga Rahman sangat luas tapi tidak bertingkat. Permata mengetuk kamar Satria dengan tidak sabar.

“Kak! Kakak Ipar! Ayo sarapan! Udah ditungguin.” Teriak Permata dari luar.

Bita mendengar suara itu. Dia melirik ke arah Satria tapi pria itu justru terlihat santai di sofa kamar. Bita pikir, Satria akan membuka pintu tapi tidak, ia memutuskan membuka pintunya setelah ia selesai memakai hijabnya.

“Hallo Kakak Ipar!” Sapa Permata.

“Hai. Maaf ya, lama nunggunya.” Sesal Bita.

“Iya, aku Permata. Kita belum kenalan kan? Maaf banget, kemarin aku nggak bisa datang di akad kalian. Aku dinas pagi di rumah sakit.” Ungkap Permata.

“Bita. Iya, nggak masalah kok. Ya udah, kita sarapan yuk!” Ajak Bita. Baru saja kenal, mereka sudah akrab betul.

“Kak Satria?” Tanya Permata bingung.

“Biarkan saja, dia mau meditasi di kamar.” Jawab Bita acuh. Satria yang mendengarnya terlihat marah.

“Sayang, tunggu..” Satria menyusul adik dan istrinya ke ruang makan.

“Nah, ini dia pengantin barunya. Duh, masih anget makanya nggak bangun-bangun ya, Pa?” Ucap Bu Vanty.

“Iya, Ma. Seperti kita dulu, hehe..” Jawab Pak Rahman.

“Bita, kamu ih. Jangan dibiasakan bangun siang. Kamu sudah jadi seorang istri, harus ngurus suami kamu. Kalau bangunnya siang, suami kamu mau makan apa?” Kata Ummi marah.

“Iya, Ummi.” Jawab Bita kesal. Bita duduk di samping Ummi nya tapi Ummi menyuruhnya duduk di samping Satria.

“Sana di sebelah suamimu, layani dia, itu kewajibanmu dan haknya.” Kata Ummi.

Bita menurut saja walau hatinya bergejolak ingin berontak tapi ia sadar, ini bukanlah rumahnya dan dia tidak bisa melakukan ini di depan keluarga Rahman. Setengah hati ia melayani Satria, mengambilkan nasi dan lauk yang Satria mau.

“Jangan cemberut dong, tambah gemesin..” Ungkap Satria yang memicu tawa seluruh anggota keluarga.

Mereka makan dalam diam. Hanya sendok dan garpu yang berbunyi di meja makan. Setelah Pak Rahman menyelesaikan sarapannya, ia mengungkapkan keinginannya pada anak sulungnya.

“Satria, Papa mau cucu secepatnya ya.” Kata Pak Rahman.

“Iya, Pa. Berapapun yang Papa minta akan Satria kasih tapi tanya Bita dulu. Dia mau nggak kasih Papa cucu.” Jawab Satria meneguk segelas air.

“Gimana Bita? Kamu mau kan kasih kami cucu? Papa dan Mama udah nggak sabar mau nimang cucu nih.” Ucap Pak Rahman yang disahuti setuju oleh istrinya.

Bita terbatuk-batuk mendengar ungkapan mereka. Bagaimana bisa dia memberi cucu untuk mereka? Dia saja kesulitan berdekatan dengan Satria. Bagaimana mungkin ada cucu jika Bita saja tidak ingin berdekatan dengan Satria?

“Bita nggak mau deh kayaknya Pa, Ma.” Kata Satria yang berpura-pura sedih. Ia hanya ingin melihat reaksi Bita yang lucu.

“Bita, kamu nggak bisa seperti itu Kak.” Kata Ummi pada putri sulungnya yang bungkam.

“Kasihlah aku ponakan Kak Bita! Ya?” Kata Permata senang.

“Kalau Allah kasih kepercayaan nanti juga akan tahu.” Bita tidak mau menjawab iya sebab dia belum siap. Sangat tidak siap. Dia masih menyesuaikan diri dengan pernikahan dan keluarga baru ini.

“Alhamdulillah, Mama, kita akan segera punya cucu!” Kata Pak Rahman girang.

“Iya, Pa! Mama request cucu perempuan ya.. lucu-lucu bajunya apalagi banyak aksesorisnya seperti cucunya Kak Riana. Kalian harus terus berusaha ya! Kalau perlu Mama buatkan jamu supaya cepat hamil, gimana?” Tanya Bu Vanty yang membuat Satria melotot. Ia tidak berharap sampai sejauh ini. ia juga merasa bahwa dirinya kuat, bukan pria letoy yang kesulitan membobol gawang.

“Ma, sesuai rencana Allah aja. Perempuan atau laki-laki sama aja, rezki dari Allah. Lagipula, Satria bisa kok tanpa yang pakai jamu-jamu begituan. Kasihan Bita nanti kalau tiap hari minum jamu.” Kata Satria merangkul Bita. Istrinya itu berusaha melepas tangannya yang bertengger di bahu Bita.

“Ya udah, Mama, Papa, sama Ummi nurut lah sama Komandan.” Pungkas Mamanya.

UTAMAKAN BACA AL-QUR'AN

BITARIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang