13

2.1K 80 0
                                    

Assalamu'alaikum :)
Apa kabar semua? Kangen deh sama Mas Satria dan Mbak Bita :v
Aku juga kangen kalian :') Makasih ya udah sabar nunggu cerita mereka berdua. Saranghae♡
Oh ya, makasih banget buat readers yang masukin Tsabita's wedding ke reading list nya, hm.. aku terharu :')
Karena kalian sayang aku, ehh :v
Sayang Satria dan Bita, aku publish ya part 13 yang udah siap sejak juni lalu hehehe.
Semoga kalian suka yaaa...




























Scroll terus sampai sukses! :D

































Happy reading, good readers!
#JOMBLODILARANGMUPENG

Mari Berpisah!

~Sebuah jalan yang baru saja ku injak ternyata terlalu banyak duri diatasnya. Ini bukan pilihan yang mudah tapi aku harus memutuskannya.~

“Bita!” Teriak Satria. Untuk pertama kalinya, Satria berteriak pada istrinya, wanitanya, orang yang dicintainya.

“Apa?! Memang seharusnya pernikahan ini nggak terjadi.” Jawab Bita.

“Kamu keterlaluan, Ta. Sekarang terserah kamu saja! Silahkan lalukan semua yang ingin kamu
l

akukan. Kamu memang tidak bisa menghargai perasaan orang lain.” ucap Satria jengah.

“Kamu juga! Kamu pikir aku suka dengan pernikahan ini? Kita berdua sama-sama nggak menginginkan pernikahan ini kan? Ya sudah, kita akhiri saja sekarang. Lebih baik berakhir segera daripada menyesal seumur hidup.” Kata Bita yang tak terkendali lagi.

Bita memang tidak bisa mengendalikan emosinya. Sekali saja ia tersulut, emosinya tak
akan reda. Satria, pria itu cenderung santai selama ini. Ia menyikapi perilaku Tsabita dengan kalem.

Namun kali ini berbeda, ada bagian dari dirinya yang terluka. Bagaimana tidak? Istri yang baru beberapa hari lalu ia nikahi, hari ini meminta cerai.

“Kalau kamu nggak menginginkannya, kenapa kamu nggak lari saja saat pernikahan kita berlangsung? Kenapa kamu nggak menolak permintaan Ummi saja? Ini bukan hanya tanggung jawab saya, kamu juga.” Ungkap Satria.

“Kalau saja Ummi nggak mogok bicara denganku, aku bisa menolaknya. Kamu pikir aku tahu
kalau hari itu akan ada akad nikahku? Aku sama sekali nggak tahu.” Jelas Bita.

“Bohong!”

“Aku nggak bohong! Semua orang merahasiakannya dariku. Ummi bilang kalau keluargamu ada
hajatan saja bukan acara pernikahan kita. Kalau aku tahu, sudah jelas apa yang akan aku lakukan! Sudahlah, aku nggak mau debat.” Bita meninggalkan kopernya dan pergi.

Satria tidak mungkin membiarkan Bita pergi. Kemana istrinya akan pergi malam-malam begini? Pernikahan mereka kandas terlalu dini. Aku nggak bisa membiarkan semua ini terjadi!

Satria lari mengejar Bita. Istrinya itu hampir naik lift tapi ditarik olehnya. Ia melihat air mata itu berurai di kedua kelopak mata Bita. Mengalir deras tanpa henti.
Satria bodoh! Lagi-lagi kamu membuatnya menangis.

Satria sangat terluka melihat istrinya itu sesenggukan dalam dekapannya. Lagi, ia membuat Bita bersedih dan terluka.

“Maafkan saya, Ta. Maaf.” Kata Satria.

“Lepas! Lepaskan aku!” Bita meronta-ronta dalam pelukan suaminya. Ia sungguh tidak ingin
melihat wajah Satria saat ini.

“Ta, saya nggak mau kamu pergi. Jangan tinggalkan saya, saya mohon…” Pinta Satria.

BITARIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang