20

2.2K 76 3
                                    

Biarkanku Disisimu

Usir saja aku, lakukan sesuka hatimu, karena ku tahu, amarah yang menguasaimu kini. Aku kan tetap menempel hingga tiada jarak lagi yang menjauhkanmu dariku, tiada lagi gengsi tuk meluluhkan hatimu: Aku yang sekarang.

Cemas. Setelah mendengar Satria sudah mengurus gugatan untukku. Tidak. Aku tidak akan menyerah sekarang. Bukan waktunya pasrah menerima gelar janda muda. Tak kan ku biarkan dia menceraikanku.

Sebelum Satria bangun, aku terlebih dulu pergi ke dapur dan memasak. Ku biasakan diri menjalani rutinitas seperti ibu rumah tangga lain. Berharap, kali ini ia akan menikmati masakan buatanku dengan lahap.

"Bita, wah, mantu Mama rajin banget nih.." Kata Mama Vanty menuju dapur.

"Hehe, iya Ma. Mama mau Bita masakin apa?" Tanyaku.

"Bikin perkedel sama sop ayam. Satria kayaknya suka. Pokoknya, kamu boleh masak apa aja. Satria suka makanan yang ada sayurnya. Lagipula, yang masak kan istrinya, pasti dimakan." Kata Mama mendukungku.

Alhamdulillah, 1 jam di dapur. Ini saatnya menyiapkan pakaian suami.

Ku pilih setelan marun bergaris vertikal dengan celena bahan warna cream miliknya. MasyaAllah, ku yakin Satria akan sangat tampan bak pangeran kerajaan Inggris. Memikirkannya membuat pipiku memerah. Astagfirullah, lupa diri.

"Ini, sudah ku siapkan pakaianmu."

"Kamu juga siapkan pakaian dalamku?" Tanyanya terang-terangan. Oh God, mulutnya.

"I-iya."

"Saya tidak suka pakaian ini." Jawab Satria.

"Kamu ingin yang mana, biar ku ambilkan." Kataku sembari membuka lemari. Satria berdiri tepat di belakangku. Aku yang menghadap ke arah pakaian-pakaian yang tergantung di lemari semakin kikuk.

"Kaos saja."

"Mau warna apa?" Tanyaku.

"Yang kamu suka."

"Oke, aku pilih biru." Putusku. Dia benar-benar maha karya Allah yang menggoda iman.

Ya Allah, walau ini halal untukku. Tolong kendalikan diri ini sebelum semua kekhilafan menyerbu.

"Ayo, sarapan. Mama dan Papa sudah di meja makan. Hari ini Permata juga pulang." Ajakku. Tidak masalah jika aku yang banyak mengoceh di pagi hari. Untuknya, semua harus ku lakukan.

Dia tidak menyahuti ajakanku. Ia memilih lebih dulu keluar dari kamar dan menyapa keluarganya. Aku mengambilkan sarapan untuknya, menawari ini dan itu yang dijawab 'terserah kamu saja' olehnya.

"Ma, perkedel buatan Mama kok beda ya rasanya? Lebih enak ini, Ma. Peningkatan nih!" Ujar Permata.

"Oh ya? Mama belum coba lho." Sahut Vanty.

"Nih, aku ambilin. Pa, gimana rasanya? Perkedelnya enak kan?!" Tekan Permata.

"Iya, enak. Begini saja Ma resepnya, jangan berubah ya." Kata Rahman.

"Ihh, bukan Mama yang masak, Pa. Menantu kita yang masak.." Ungkap Vanty.

"Wah, Kak Bita yang masak nih? Aku kira Mama yang masak, Kak. Maaf ya, aku nggak tahu." Ujar Permata.

Memang, tidak ada yang tahu koki hari ini adalah Bita kecuali mama mertuanya. Alhamdulillah, semuanya suka.

"Iya, Ta. Santai saja, Kakak juga masih belajar ini sama Mama." Balas Bita.

"Kak Satria diem-diem bae, ngomong napa yak." Celetuk sang adik.

"Makan." Singkatnya.

"Alamak, singkat kali jawabmu, Kak. Jangan cuek-cuek, nanti Kak Bita bosan." Sindir sang adik.

BITARIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang