14

2K 84 1
                                    


Honey Day Not Honey Moon

Saat mata menyapu ombak yang berkejaran, aku merasa Biru. Ku tatap langit sejuk, awan bergantungan disana. Aku merasa Biru.

"Satria, aku nggak punya baju untuk pergi." Kata Bita sedih.

"Ini. Pakailah." Satria memberikan tas belanja pada Bita.

"Darimana kamu mendapatkannya?" Tanya Bita heran. Bukankah dia kemarin hanya pergi ke restoran? Aku sama sekali nggak melihat ada toko baju disana. Aneh.

"Jangan banyak tanya. Pakai saja. Maaf, Saya tidak membelikan under wear untukmu karena tidak tahu ukuran yang cocok." Terang Satria jujur.

"Dasar mesum!" Pukul Bita pada suaminya.

"Kok mesum?! Berterima kasihlah karena hari ini kamu bisa berganti baju." Kesal Satria.

"Terima kasih, Komandan." Ucap Bita terpaksa.

Hari ini, agenda mereka pergi ke pantai Tanjung Tinggi. Lokasinya cukup dekat, sekitar 3.5 km dari hotel. Satria sudah berpesan pada pihak hotel untuk menyewakannya sepeda motor. Ia merasa lebih leluasa untuk pergi kemana-mana dengan motor daripada harus menggunakan jasa antar jemput yang diberikan oleh pihak hotel.

"Ayo naik!" Ucap Satria pada istrinya.

"Pakai motor ini?" Tanya Bita.

"Ya." Singkatnya.

Bita menuruti ajakan Satria. Walaupun baginya ini sangatlah sulit dilakukan. Berada dalam satu sepeda dengan suami yang masih asing dan jantungnya yang berdetak keras dan cepat membuatnya kesulitan bernafas.

"Kalau kamu takut, berpeganglah erat padaku. Tarik nafas dan buang perlahan. Lakukan itu berulang-ulang sampai kamu tenang." Satria ingin menstimulasi tubuh istrinya untuk beradaptasi dengan dirinya. Dengan trik seperti ini, dia dan Bita berada satu tahap lebih dekat.

Bita memeluk erat Satria. Dia mungkin akan malu jika menyadari sikapnya yang agresif. Bita ingin menetralkan deru nafas dan menormalkan detak jantungnya. Satria, pria sebaik kamu, kenapa aku begitu sulit menerimanya di hidupku?

"Apa kamu menyukai pakaiannya?" Tanya Satria memecah keheningan.

"Ya, jumpsuit ini sesuai dengan tubuhku. Maaf, aku meminjam kemejamu lagi untuk menutupi lenganku." Kata Bita. Jumpsuit putih bercorak biru itu memang tak berlengan. Satria membelinya karena sebelumnya ia berpikir Bita punya kaos panjang di kopernya.

"Nanti kita belanja dulu sebelum pergi ke pantai." Kata Satria.

"Benarkah? Tapi, aku nggak bawa dompet." Bita benar-benar lupa membawa kotak uang kecilnya.

"Apa gunanya suamimu yang bekerja kalau uangnya tidak kamu pakai untuk memenuhi kebutuhanmu?!" Kesal Satria.

"Jadi, kamu yang traktir nih?! Wah! Senangnya! Oke, selanjutnya biar aku yang traktir." Seru Bita riang. Berteman dengan Satria tidak ada salahnya...

"Ini hak kamu, bukan traktiran."

Mereka sampai di toko pakaian dan Bita mulai beraksi memilih pakaiannya. Beberapa gamis, kerudung dan underware ia beli. Kali ini, Bita sedikit terbuka pada Satria. Ia meminta pendapat Satria saat memilih pakaian dan kerudung yang cocok untuknya.

"Yang ini bagaimana?" Tanya Bita menyodorkan gamis merah marun pada suaminya.

"Saya lebih suka kamu pakai warna biru, hijau, atau putih." Kata Satria. Dia menyebutkan warna kesukaannya sendiri pada Bita.

BITARIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang