16

2K 75 0
                                    


Buruk

Cukup seperti ini. Biarkan seperti ini, jangan lepas. Menghangatkan.

Aku terbangun dengan wajah cantik disebelahku. Ia tertidur pulas tanpa melawan perintah.

"Ini pas. Sudah, saya ingin istirahat. Kamu tidak boleh tidur dan pergi setelah saya tertidur. Kamu harus temani saya disini. Jangan lepas pelukanmu walaupun saya sudah tidur nanti. Kalau saya tahu kamu melakukannya, lihat nanti hukuman apa yang cocok untuk kamu ya." Kataku bergumam.

Kemarin, aku sangat menikmati perlakuan istri tersayangku, Bita. Aromanya yang menenangkanku tidak bisa menghentikanku menghirupnya lebih dan lebih dalam lagi. Ini akan menjadi canduku. Ku lihat bulu matanya yang lentik, alis hitam naturalnya yang sangat seksi itu dan bibir tipis yang tak sabar ingin ku sapa setiap harinya, entah kapan.

Sebelum dia terbangun, mungkin aku bisa mencurinya satu. Chu..

"Ta, ayo bangun! Waktunya sholat subuh..." kataku sembari mengelus pipinya.

"Engh."

"Sayang, bangun... kita jama'ah yuk!" Ujarku. Dia masih setia dengan mimpi indahnya sehingga mengabaikan diriku. "Kalau kamu nggak bangun sekarang juga, saya cium nih! Hitung sampai tiga. Satu, dua, tiga!" Tak tinggal diam, ku kecup keningnya, matanya, pipinya, hidungnya dan..

"Satria! Cukup!" Serunya terbangun. "Berani ya sekarang kamu cium-cium aku? Pintar curi-curi kesempatan sekarang, hm." Ungkapnya dongkol.

"Kan aku sudah mengatakannya tadi, kalau kamu tidak bangun, saya cium."

"Siapa yang menyetujuinya? Tahu ah, bete." Dia berdiri dari ranjang dan meninggalkanku.

"Ta, jangan ngambek dong..." kataku membuntuti dia yang pergi mengambil air di kulkas.

"Aku nggak suka kamu seperti itu." Ujarnya kesal.

"Memangnya suami tidak boleh melakukan hal itu pada istrinya?" Tanyaku yang tak mau kalah.

"Ya, ya nggak gitu... aku saja yang nggak suka."

"Berarti saya boleh melakukannya kan?"

"Ih, kamu nggak bisa denger ya? Aku nggak suka kamu gituin, Sat!" Kalimatnya mulai meninggi, mungkin sudah sampai ubun-ubun kemarahannya, hehe.

"Gituin bagaimana?"

"Ya cium-cium itu."

"Yang seperti ini?" Ku praktikkan dalam sekejap dengan keningnya, kedua bola matanya, hidungnya, pipi dan bibirnya. Berlama-lama disana terasa manis dan menyenangkan, seperti anak kecil yang menghisap lollipop.

Bita terengah-engah. Nafasnya menderu tak beraturan akibat kehabisan oksigen. Dia mengambil sebanyak mungkin oksigen setelah serangan dadakan yang diterimanya dariku.

"Maaf." Kataku.

Dia tidak menjawab, seakan-akan tidak mendengar apa yang ku katakan.

"I'm lost of control. Semakin saya dekat denganmu, semakin saya tidak bisa mengendalikan diri sendiri. Saya tidak ingin kamu jauh-jauh dari jangkauan saya, apalagi sampai gondok karena apa yang saya suka." Jelasku.

Bita mendengar, namun enggan menimpali penjelasanku. Dia pasti marah sekali. Apa aku sangat keterlaluan padanya? Bagaimana jika dia semakin benci setelah mulai sedikit terbuka padaku? Satria bodoh.

"Ta, dengarkan saya dulu." Menarik tangannya sehingga ia berbalik arah.

"Apa?"

"Saya cinta kamu."

BITARIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang