23

2.3K 78 8
                                    

Bersamamu, Kita mungkin.

Menerima adalah hal paling sedikit yang ku pedulikan. Membagi adalah hal terkini yang kita mulai. Mencinta adalah hal yang takkan cukup ku nikmati bersamamu; istriku.

Langit biru begitu memanjakan mataku diantara semilir angin yang memainkan helaian rambutku. Dia; gadis berjilbab merah dengan kerudung hitamnya itu, tampak bahagia sekali dengan pasir yang menggelitik jemari kakinya. Senyumnya terus-menerus terbit mengalahkan binar mentari. Ah, cantik sekali.

Tanganku tak sanggup menahan tuk merengkuhnya, berjalan bersama menikmati keindahan ciptaan Allah yang maha indah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tanganku tak sanggup menahan tuk merengkuhnya, berjalan bersama menikmati keindahan ciptaan Allah yang maha indah.

"Kamu senang?" Tanyaku awkward.

"Iya." Singkatnya. Alhamdulillah, kesenanganmu adalah kenikmatan hidupku. "Oh ya, tadi Ummi telfon terus tanya kamu, tapi aku bohong sedikit pada Ummi." Ungkap istriku.

"Bohong soal apa?" Tanyaku.

"Soal keberadaan kita. Ummi kan tahunya aku ikut kamu ke Australia. Lah tadi Ummi tanyain kamu dimana, mau ngobrol katanya. Aku bilang kamu lagi ambil sarapan hehehe, maaf ya, aku takut kalau jujur sama Ummi tentang kita." Sesalnya.

"Lain kali, jangan bohong lagi ya! Dosa. Untuk masalah kita, keluarga nggak perlu tahu. Biar kita saja yang tahu. Sekarang kan sudah baik-baik saja😊." Balasku.

"Iya, Alhamdulillah... Allah memberi kita kesempatan untuk memperbaikinya😊."

"Hm, bagaimana kalau kita honeymoon disini? Nanti reservasi hotelnya aku perpanjang deh atau kamu mau pindah ke hotel lain?" Tawarku.

"Mm, honeymoon ya?" Tanyanya. Bita sepertinya masih takut. Dirangkul saja dia selalu kaget.

"Iya, kamu nggak mau?" Tanyaku mencoba mencari jawaban dari maTanya.

"Bukan gitu, a-aku..."

"Nggak siap?" Tanyaku lagi.

"Hmm, iya..." Katanya murung.

"Boleh tahu, kamu nggak siap dalam segi apa?" Tanyaku.

"Aku takut hamil terus melahirkan. Aku juga takut bayi." Ungkapnya sedih. Aku rasa, bukan hanya dia, perempuan di dunia yang takut hamil dan melahirkan. Itu wajar, terutama Bita yang takut menikah dan berhubungan dengan pria. Dia yang menjadi kaku dan antipati terhadap kaum adam ini, pasti ketakutan sekali.

"Ta, hamil, melahirkan dan merawat anak-anak itu sudah menjadi kodratnya wanita. Diluar sana, ada banyak wanita yang mendamba pertumbuhan anak dari rahim mereka. Apa yang kamu takutkan?"

Aku mulai mencoba berdialog dari hati ke hati. Kedua matanya menerawang jauh, entah apa yang menarik baginya; aku sendiri mungkin tidak menarik.

"Orang hamil itu perutnya akan membesar seperti balon yang ditiup, semakin lama ditiup akan semakin besar hingga balon tersebut tidak bisa menampung udara lebih banyak lagi. Akhirnya ia pecah; duarr, seperti itu pula nanti perutku kalau membesar. Saat melahirkanpun itu juga sakit, aku tahu itu dari kerabatku yang bercerita bahwa melahirkan anaknya itu benar-benar menyakitkan, lalu dia mengatakan tidak akan hamil lagi karena sangat sakit mengeluarkan seorang anak dari perut. Aku nggak mau kesakitan begitu." Jelasnya.

BITARIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang