18

1.8K 71 1
                                    

Maaf, Terima Kasih, Selamat Tinggal

Saat aku menyerah, apakah kamu akan berjuang untuk diriku?

Saat aku pergi, apakah kamu rindu aku disisimu?

Saat aku menghilang, apakah aku membekas di hatimu?


Aku meninggalkannya. Aku membiarkan dia begitu saja, tanpa penjelasan. Sikap dinginku tidak membuatnya berubah, justru aku semakin terluka karenanya. Apa hebatnya dia hingga memporak-porandakan hatiku?

Aku pergi, membiarkan dia menangis di pelataran rumah. Tega sekali. Aku bahkan meneriakinya, berkata kasar padanya dan... menceraikannya.

Astagfirullah, padahal bukan itu yang aku inginkan. Bukan perceraian yang seharusnya aku ungkit. Bagaimana jika dia benar-benar mau bercerai? Apa yang akan ku lakukan tanpanya? Satria... kamu sungguh tidak bijaksana.

"Assalamu'alaikum, Akhi." Kata Dio, sahabat lamaku; seorang barista. Saat ini aku memang sedang mampir di tempat kerjanya.

"Wa'alaikumussalam, kok malah kamu yang ucap salam. Aku kan yang datang, Io."

"Lha lo bengong. Kenapa?" Tanyanya sembari menyodorkan secangkir kopi robusta.

"Nggak apa-apa, lagi tengkar dengan istri saja."

"Hah, kok bisa?"

"Saya cuekin dia." Singkatku.

"Kenapa, Sat? Istri cantik begitu dicuekin. Sayang banget. Buat gue aja kalau lo nggak minat." Ledeknya.

"Mau ku hajar? Sini."

"Hehe, slow kawan, canda doang. Jangan sering-sering tengkar sama istri, Sat. Kalau dia nggak betah, bisa-bisa lo kehilangan dia selamanya. Baikan aja, nggak sulit kok buat baikan. Turuti apa yang dia mau, pasti dia akan baik lagi ke lo." Tutur Dio.

"Kamu tuh sok-sok an nasehati saya, memangnya sudah punya istri?" Ledekku.

"Belum sih, tapi yang gue katakan itu benar. Ipar gue aja kalau abis tengkar sama kakak gue sering gitu, bujuk-bujuk, rayu-rayu, sampai kakak gue mau baikan." Jelasnya.

"Tapi saya nggak mau seperti itu. Saya ingin dia berubah lebih baik, menyadari perasaannya sendiri dan menghargai perasaan saya." Jawabku.

Ku sruput kopi yang tersaji di meja bar.

"Ugh, pahit."

"Sepahit hidup lo tanpa istri lo, wkwk." Timpal Dio.

"Kurang ajar, kamu."

Bunyi cuitan dalam handphoneku, aku melihat ada sebuah pesan masuk. Istriku. Dari Bita. Segera, aku membuka dan membacanya.

Aku ingin bicara dengan kamu, berdua. Ini tentang kita. Hubungi aku jika sudah punya waktu luang.

"Kenapa? Istri lo nyariin?" Tanya Dio yang ku balas anggukan. "Ya udah, buruan pergi temui dia."

"Enggak." Singkatku.

"Kalau sampai istri lo yang cantik disamber cowok lain, baru kapok lo." Ucapnya sengit.

"Nanti akan ku temui, bukan sekarang."

"Kenapa nggak sekarang aja? Lo suka mengulur-ulur waktu. Masalah nggak akan selesai kalau lo sendiri selalu menghindar."

"Stop jadi netizen yang komentari saya. Lebih baik kamu buatkan kopi untuk pelangganmu, saya mau menikmati kopi dengan nyaman, tolong." Kataku.

"Iya, Paduka raja. Jadi cowok kok ngambekan."

Biarkan dia tahu, aku telah membaca pesannya, namun enggan untuk membalas.

Jangan menghindariku, kita bukan anak-anak lagi yang main petak umpet karena ada masalah.

Aku membacanya. Membiarkan dia melihat dua centang biru.

Kalau kamu tidak membalasnya, aku anggap, kamu mempermainkanku. Dan perasaan yang kamu ungkapkan waktu itu, tidak benar. Kamu hanya terbuai suasana.

Kamu yang mepermainkanku lebih dulu. Saya hanya membiarkan segalanya terjadi.

Enggak, kamu yang sengaja pergi meninggalkanku. Aku hanya butuh sekali lagi keyakinan diri untuk mempercayai kamu. Tapi kamu terlalu mudah pergi.

Saya hanya memberi kamu waktu, sebanyak yang kamu inginkan.

Waktu yang membuat kita semakin berjarak?

Aku membacanya, tanpa membalas. Terlalu emosional jika menanggapinya.

Kamu sengaja menceraikanku karena aku tidak menjadi istri yang baik buatmu.

Kamu sengaja ingin aku pulang, kembali pada Ummi dan menjadi janda muda.

Apa kamu sengaja mengatakannya agar aku tidak lagi membebanimu, iya?

Iya

Jika kata iya adalah jawaban yang kamu inginkan, maka iya.

Oke. Aku pergi. Maaf, terima kasih, selamat tinggal.




Assalamu'alaikum wr.wb, good people!

Alhamdulillahirobbil'alamin laptopku sudah baikan :) thanks Joe's temenku yang keseringan direpotin pas laptop lagi kritis hehe XD. Oh ya, ini sebagai bentuk syukur author atas kepulihan sang laptop, author mau update TW di hari selain senin dan jum'at :). Happy reading semuaaa!!! Semoga nggak bosan dengan cerita ini dan selalu dukung author untuk lanjutin cerita Mas Satria dan Mbak Bita.

-love-

BITARIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang