Vote dulu kali ya..
----------------------------
"Hai teman. kau punya waktu saat ini?" Tanya sipenelpon disana yang tak lain itu adalah Andrew.
"Sepertinya tidak ada. kenapa?"
"Baguslah, kebetulan sekali aku ingin mengajakmu mengunjungi Club malam louis." Dahi Gabriel mengeryit mendegarnya.
Pikiran Gariel sudah tidak bisa mikir lagi karena telalu banyak memikir sehingga membuatnya lupa.
"Louis?" Andrew mengerti ucapan bingung Gariel. di sebrang sana Andrew sudah bersiap siap memakai memakai pakaiannya kerena Andrew baru saja selesai mengeringkan rambut.
"Kau tidak mengingat louis? yang bener saja Gabriel, ayolah kau tidak lupakan pada Louis yang pernah kau pukul sewaktu SMA dulu." Gabriel megagukkan kela ditempatny sana.
Ia ingat sekarang Louis adalah junior SMA nya dulu. Tapi semejak sudah memasuki Kuliah louislah yang memulai meminta damai dengan Gabriel, untung saja Gabriel memaafkanya karena tidak mudah bagi siapapun mendapatkan maaf Gabriel.
"Ah anak itu."
"Bagimana kau mau ikut tidak?"
Kebutulan pikiran Gabriel sedang dalam keadaan kurang baik, lebih baik lagi jika Gabriel mengikuti Andrew saja menuju Club itu, pikir Gabriel begitu.
"Baiklah, kirimkan alamat Club itu," Perintah Gabriel. Andrew langsung memutuskan telopon mereka, Andrew mulai menshare location pada Gabriel.
Gabriel menaiki tangga. langkahnya menuju kamar, hendak bersiap siap akan pergi ketempat dimana Andrew memberikan alamat tadi.
Bersenang senang mungkin akan jadi hal terindah bagi Gabriel.
--------
"Kau bekerja dengan sangat baik, dihari pertamamu bekerja Nak." Seseorang menepuk bahu Vanessa sehingga membuatnya menoleh.
Ternyata sang penepuk itu Mr. Robinson, Vanessa tersentum tipis. "Terima kasih Mr. itu memang sudah seharusnya." Pria paruh baya juga tersenyum sembari menepuk bahu Vanessa pelan.
"Benar sekali, dan kau harus seperti itu seterusnya, disiplin tentu akan menjadi karyawan yang kusuka," katanya. Vanessa terkekeh kecil menangapinya.
"Baiklah. sebisa mungkin akan kuusahakan Mr." Mr. Robinson mengangguk sambil melepaskan kaca mata miliknya yang betengger dihidung.
"Bagus nak. Lakukanlah sesui mana mestinya karyawan yang baik yasudah kalo begitu saya pergi dulu nak," Jawabnya sambil berlalu pergi.
Begitupun dengan Vanessa ia melangkah menuju pintu keluar namun langkahnya terhenti tiba tiba karena Emma memangilnya, hal itu justru membuat Vanessa menoleh kebelakang.
"Ada apa?"
"Tidak, Aku hanya berencana ingin pulang bersamamu Vane," Serunya. ia berjalan sambil menenteng dua kantung plastik ditanganya.
"Begitu ya. Yasudah ayo, Aku tidaK ingin terlalu bermalaman dijalan." Emma mengangukkan kepala, lalu tangannya memberi isyarat agar Vane mengikutinya.
Tangan Emma terulur meletakkan kedua bungkusan itu pada kerajang depan.
"Apa kita akan naik sepedamu Emma?" Tanya Vanessa was was, bagaimana tidak jika Emma menawari pulang bersama dengannya apalagi jika Vanessa tau kalo Emma menaiki sepeda kesini.
Emma menganguk. "Tentu Vane. Ada apa? kau tidak mau?" Tanya Emma, ia memiringkan kepalanya melihat Vanesaa.
Vanessa mengelengkan kepala nyesal "Bukan begitu Emma, Apa kau yakin kita akan naik sepeda, kau tau Emma tubuhku itu sangat berat," Seru Vanessa menyakinkan sehingga membuat Emma terkekeh.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY SWEET Billionaire!
RomanceVanessa Jeanne. wanita cuek dan serba jutek. wajah tidak seceria dulu sejak ibu kandungnya menitipkan dia kepanti asuhan saat masih kecil. tapi ibunya melakukan karena semata mata dia sangat menyayangi ayah tiri nya yang jahat. Vanessa juga sering d...