Fourteenth(14)

9.8K 344 49
                                    

Keadaan dijalan ibu kota begitu padat. Berulang kali Gabriel mengumpat ia juga berulang kali memukul setir,  Gabriel sagat kesal karena jalan didepan macet, entahlah apa yang terjadi disana, Gabriel tidak mau tau.

Sudah lebih dari dua puluh lima menutan Gariel menghadapi kemacetan ibukota, namun belum kunjung lancar juga jalannya.

"Shit!! Apa yang terjdi disana kenapa macet, Sialan!!" Umpat Gabriel kesal. 

Jendela mobi, Gabriel buka lebar lebar sehingga ia juga bisa melihat pengendara yang lain yang melakukan hal yang sama dengam Gariel. kepalanya ia keluarkan, Gabriel ingin melihat apa yag terjadi didepan sana, tapi sama saja tidak kelihatan.

Tidak ada cara lagi Gabriel memutuskan menelpon Ratih, kepala pelayan di mansionnya karena ia tidak mungkin sampai dimansion tepat waktu.

"Hal-?" Belum sempat ucapan wanita paruh baya itu mengangkat teleponnya, Gabriel sudah memotong ucapannya langsung.

"Hallo Ratih kau disana!"

Ratih-- kepala pelayan itu langsung menciut mendengar suara tuannya. "Iya tuan," Jawab Ratih.

Dari arah tangga mansion, Vanessa baru saja keluar kamar. Ia menuruni tangga lalu menatap Ratih heran.

"Dengarkan baik baik. Nanti wanita tua itu akan datang kerumahku, kau suruh saja dia masuk, dan inggat layani dia dengan baik, ajak dia berbicara. Satu lagi jangan pernah mengatakan padanya bahwa Vanessa ada disana, kau pastikan wanita tua itu tidak melihat Vanesaa. Kalo saja wanita tua itu tau tentang Vanessa, lihat saja apa yang akan terjadi padamu. Kau mengerti tugasmu bukan?" Jelas Gabriel penuh penekan.

Ratih mengingat ngingat kembali ucapan tuannya dengan baik agar tidak lengah. "Saya mengerti tuan," Jawab Bi Ratih patuh.

"Kau tau maksud wanita tua bukan?" Tanya Gabriel sekali lagi. wanita paruh baya itu menganguk disana.

"Tentu saya tau tuan Jordan," Balasnya.

Gabriel menghela napas lega. "Bagus!" Sergah Gabriel langsung mematikan sambungannya.

Pandangan Jordan menoleh pada jam ditangannya. "Sial kenapa lama sekali!!" Umpatnya lagi.

Saat Gabriel sedang mengumpat ia dikejutkan oleh seseorang yang mengetuk pintu kaca mobilnya, sontak Gabriel menoleh pada pria disana. Kaca mobil Gariel menurun.

Pria disana kaget ketika melihat wajah Gabriel. Bagaimana tidak kalo Gabriel saja sangat dikenali dan disegani diseluruh dunia. Tentu siapa yang tidak mengenali dirinya.

"Maaf Tuan mengangu anda. Saya hanya ingin mengatakan jalan ini tidak bisa dipakai untuk saat ini karena ada kecelakan di depan sana," Tunjuk Pria itu pada tempat yang dimaksud.

Gabriel menatap pria itu datar. "Berapa lama lagi jalannya selesai?" Tanya Gabriel berusaha sesopan mungkin, pria itu mengelengkan kepala bertanda ia juga tidak tau.

"Saya tidak tau tuan. Seperti akan sangat lama karena kecelakaan yang terjadi sangat parah," Jawabnya.

'Sial sampai kapan aku bisa sampai!!!' Batin  Gabriel mengumpat dalam hati.

"Baik. Terimah kasih sudah memberitahu," Ucap Gabriel sambil tersenyum tipis. Pria itu mengangguk lalu ia pamit pergi dari hdapan Gabriel.

Pria melangkah ketempat kejadian kecelakaan didepan sana lagi dengn perasaan bangga tentunya karena bisa memeberitahu seorang Gabril Jordan, orang yang paling disegani didunia.

Sementara Gabriel sudah menahan amarahnya saat ini, wajahnya memerah, Sungguh Gabriel tidak menyukai kemacetan ini.

"Hallo Siapkan Ferariku sakarang dan suruh yang bawa mobilku," Perintah Gabriel pada sipenelpon.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 08, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MY SWEET Billionaire!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang