Bagian 8

206 21 3
                                    

___

"Pokoknya kamu harus hati-hati disana. Jangan lupa makan dan salatnya. Nggak boleh pergi sendirian. Kemana-mana harus ditemenin. Jangan tidur malam-malam. Pokoknya harus hati-hati disana." Riana--mama Diah berulang kali berkata bahwa gadis itu harus berhati-hati saat camping.

Awalnya kemarin, Riana tak menyetujui bahwa putrinya akan pergi ber-camping. Namun, Diah bersikeras untuk pergi ia mengatakan bahwa semua siswa harus ikut camping. Akhirnya mau tak mau Riana menyetujui putrinya untuk pergi ber-camping.

"Iya hati-hati," timpal Tama--papa Diah.

"Udah ah ayo berangkat!" Diah acuh tak acuh dengan nasehat Tama dan Riana. Kemarin, ia sudah mendengarkan banyak sekali ocehan mamanya yang memintanya untuk selalu berhati-hati saat camping.

Diah membawa tas berisi pakaian dan peralatan-peralatan camping disana. Tas itu tak terlalu kecil dan tak pula terlalu besar. Intinya tas itu mampu membawa barang-barang banyak. Gadis itu, memakai setelan baju biasa tapi dengan jas warna biru khas SMA-nya. Rambut panjangnya ia kuncir satu sehingga ia lebih kelihatan sederhana.

Diah sekaligus papanya berjalan ke depan rumahnya. Disana sudah ada mobil yang memang sudah dipersiapkan untuk mengantar Diah.

Tama mulai masuk ke dalam mobil sedangkan Diah gadis itu juga masuk dengan tas di punggungnya. Selama perjalanan, tak banyak yang mereka bicarakan. Hanya sekedar obrolan ringan antara papa dan anak.

"Hati-hati." Tama kembali mengingatkan gadis itu ketika mobil mereka sudah sampai di SMA Diah.

"Iya. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam."

Gadis itu, turun dari mobilnya setelah berpamitan dengan papanya. Tampak dua bus berjejer rapi di depan SMA-nya. Disana sudah ada beberapa siswa dan siswi yang juga memakai jas sepertinya. Mata Diah menangkap sosok Putri yang tengah celingak-celinguk seperti mencari sesuatu. Diah langsung berlari menuju Putri.

"Hei," ucap Diah.

Sontak Putri kaget dan mengelus dadanya. "Ngagetin aja lo."

"Lo cari siapa?" tanya Diah.

"Enggak. Gue cuma nunggu lo sama Jesika dateng apa belum."

"Oo."

Putri mengeluarkan ponsel dari sakunya. "Coba lo lihat, nih!"

Putri menunjukkan sebuah pesan dari nomer asing. Belum sempat Putri menunjukkan pesan asing itu kepada Diah, Jesika datang. Bersamaanya Jesika datang, para guru pendamping mengintruksi para peserta camping untuk masuk ke bus. Jumlah bus untuk peserta camping hanya ada 3 bus karena memang pesertanya hanya dari tingkatan Diah saja.

Bus mulai melaju meninggalkan sekolah. Banyak dari peserta camping  di bus yang bersenda gurau. Mereka mengusir rasa bosan dengan itu karena tempat yang dituju juga membutuhkan waktu setengah jam untuk sampai. Tak jarang dari mereka yang bernyanyi atau bermain gitar.

Diah menghela napas pelan. Ia kini tengah melihat Putri dan Jesika tertawa bersama-sama. Entah apa yang mereka tertawakan Diah tak tahu. Jika harus bergabung dengan mereka berdua Diah merasa malas. Ia lebih memilih memainkan ponselnya.

Beberapa menit, Diah merasa jenuh bermain ponsel. Akhirnya ia diam dan sekali lagi manik matanya melihat ke arah Jesika dan Putri yang kini tengah mengobrol. Jika sudah seperti ini, ia jadi teringat kakaknya. Kakak satu-satunya yang sekarang Diah tak tau ia berada dimana. Ya ia hilang begitu saja.

Kakaknya itu bernama Linda. Sosok kakak yang baik di mata Diah. Kakaknya itu selalu perhatian kepadanya dan juga mampu mengerti Diah.

Diah kembali mengingat saat dulu ia sedang bercanda dengan kakaknya. Rasanya ia begitu kangen dengan Linda. Ia ingin bertemu dengan kakaknya. Diah sudah mencoba untuk bertanya kepada Tama dan Riana namun, mereka berdua seakan bisu. Mereka pasti menggelengkan kepala atau bilang kakaknya baik-baik saja atau jugamengalihkan perhatian. Sampai suatu hari Diah meminta kejelasan kakaknya dimana dengan menangis. Tapi, kedua orang tuanya itu tak menjawab malah memeluk Diah dengan erat dan mencoba meyakinkan bahwa kakaknya baik-baik saja.

Helaan napas keluar dari mulut gadis itu. Padangannya ia arahkan ke luar jendela bus. Bus ini sudah memasuki kawasan berpohon lebat. Terlihat sangat asri pikir Diah. Di kawasan ini bisa Diah lihat ada jalan setapak yang jarang terlihat kendaraan. Hanya ada beberapa kendaraan bermotor yang melintas.

Pandangan ia alihkan ke jendela bus satunya. Di sana ia disuguhkan tanah yang berada di atas bus mereka dengan hanya beberapa pohon di sana. Kalau hujan deras, pasti tanah itu lama-kelamaan akan longsor.

"Di, lo bawa minum? Gue haus." Suara Putri mau tak mau membuat Diah mengalihkan padangannya dari jendela.

"Bawa." Diah menjawab singkat lalu tangannya bergerak mengambil botol air minum yang di bawanya.

Putri langsung menyambar botol minum itu. Setelah selesai minum, ia memberikan botol minum itu kepada Diah dan mengucapkan terima kasih. Putri terlihat benar-benar haus. Setelah Diah menerima botol minum itu dan memasukkannya kembali ke tas, Diah langsung melihat ke jendela luar untuk menikmati pemandangan.

Tiba-tiba mata Diah menyipit. Ia melihat seseorang berhoodie hitam tengah berdiri di pinggir jalan. Di sampingnya ada sebuah motor warna hitam. Wajahnya tak bisa Diah lihat dengan jelas karena ia memakai masker penutup mulut. Seseorang itu melihat  ke arah busnya atau lebih tepatnya dirinya.

Diah berpikir, mata itu pernah ia lihat. Tapi dimana?

Bulu kuduk Diah berdiri. Ia menjadi takut. Pertanyaannya apa yang dilakukan seseorang berhoodie itu di pinggir jalan seperti ini.

Jarak bus dan seseorang itu kian menjauh. Dan itu membuat Diah bernapas lega karena orang itu tak mengikuti busnya. Ia takut seseorang itu adalah penjahat.

Diah menggelengkan kepalanya. Ia tak boleh berpikir negatif. Siapa tahu orang itu hanya penasaran sehingga melihat busnya atau ada alasan lain. Diah kembali menggelengkan kepalanya. Kali ini kepalanya ia sandarkan pada kursi bus. Ia menatap langit-langit bus. Ponsel di kantung Diah berdering. Gadis itu segera mengambil ponselnya dan menemukan notifikasi pesan. Dari nomor asing.

Diah membuang napasnya. Jujur saja semenjak ada teror-teror pesan di ponselnya ia menjadi takut untuk sekedar membuka notifikasi pesan.

08257******

Aku selalu mengawasimu dimanapun kau berada

                             ****

Hargailah sebuah tulisan

Vote dan komen😀😀😀

TERORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang