Bagian 10

170 16 0
                                    

__

Malam sudah semakin larut tapi Diah masih saja terjaga. Setelah melakukan berbagai kegiatan tadi ia jadi merasa lelah. Sekarang gadis itu duduk di depan tendanya seorang diri. Ia menekuk lutut dan memeluk dirinya sendiri. Di depannya ada perapian kecil yang memang sengaja dibuat. Semua peserta camping kelihatannya sudah tidur semua. Buktinya tenda-tenda yang tadinya ramai sekarang senyap.

Diah menelungkupkan kepalanya. Suara deheman seseorang membuatnya mendongak. Mata Diah dan seseorang itu bertemu untuk sepersekian detik. Tak lama Diah juga berdehem.

"Boleh duduk disini?" tanyanya. Diah mengerjapkan-ngerjapkan matanya lalu pandangannya mengedar. Dia kembali menatap cowok yang entah dari mana datangnya itu yang sekarang sudah duduk di sampingnya. Tanpa menunggu jawaban boleh darinya.

"Maaf, lo siapa?" tanya Diah lirih. Diah tak habis pikir cowok yang entah siapa ini tiba-tiba masuk pada area camping cewek yang seharusnya tidak boleh.

"Gue?" tanyanya. Di dalam hati Diah berkata: iya siapa lagi kalau bukan lo!!

Sekali lagi, cowok itu tak menunggu jawaban dari Diah. "Gue Nizam. Ada hal yang pengen gue omongin ke lo. Penting!"

Diah terdiam. Ia tak tahu harus merespon bagaimana. Ia lebih memilih untuk menunggu ucapan selanjutnya dari Nizam.

"Gue tahu seharusnya gue nggak nyeritain ini ke lo." Nizam terdiam. "Tapi ini penting. Ini menyangkut lo dan....Deon. Selama ini lo tahu kenapa dia sejak masuk SMA nggak pernah berteman dengan lo atau lebih tepatnya menjauh dari lo?"

Diah menggeleng. "Lo siapanya Deon?"

"Gue sahabatnya dan sebagai sahabatnya gue mau yang terbaik untuk dia. Sebenernya Deon selalu cerita masalahnya ke gue dan salah satu masalahnya adalah dengan lo. Awalnya gue nggak tahu yang namanya Diah yang selalu Deon ceritakan ke gue. Namun, seiring berjalannya waktu gue jadi tahu kalau Diah itu lo. Deon sendiri yang kasih tau gue sendiri yang awalnya dia nggak mau ngasih tahu gue." Nizam menghela napas.

"Deon sebenernya pengen berteman seperti biasa dengan lo kayak dulu. Tapi, keadaan memaksa dia untuk menjauh dari lo. Kalau dia di deket lo, dia akan dalam bahaya. Bener-bener bahaya. Bahkan nyawa dia jadi taruhannya. Semua itu berawal saat dia masuk SMA. Dia mendapat teror-teror berupa pesan yang mengharuskan dia untuk ngejauhin lo. Kalau dia masih deket dengan lo maka peneror itu akan membunuhnya. Gue lihat di matanya ada sorot ketakutan. Gue kasihan sama dia. Teror itu terus berlanjut bukan lewat pesan saja tapi orang itu datang sendiri untuk melukai Deon. Deon mencoba ke rumah lo untuk menjelaskan semua kenapa dia selama ini ngejauhi lo dan ngehindar dari lo tapi malam itu juga ada orang yang ngelukain tangan Deon pakek pisau di saat ia baru aja tutup pintu rumahnya."

Diah benar-benar tidak tahu harus melakukan apa. Jadi sebab Deon tidak pernah menyapanya adalah karena teror itu. Deon tak ingin dirinya terluka. Apa ada hubungannya dengan teror yang dialaminya akhir-akhir ini. Tapi apa penyebabnya?

Tidak diduga, suara dari dalam tenda membuat Nizam langsung pergi tanpa mengucapkan sepatah katapun pada gadis itu. Ia tak ingin ketahuan berkeluyuran di tenda cewek.

"Diah, lo nggak tidur?" tanya Jesika setelah ia keluar dari dalam tenda.

"Lo tadi ngomong sama siapa?" Jesika kembali bertanya. Gadis itu masih setengah mengantuk.

"Enggak ngomong sama siapa-siapa. Gue sendiri."

"Cepetan tidur," gumam Jesika lalu ia kembali ke dalam tenda dan tidur.

Diah menghela napas. Lalu gadis itu, masuk ke dalam tenda untuk tidur meski pikirannya tidak tenang ketika mendengarkan penuturan dari Nizam tadi.

***

Kisaran jam 4 pagi, seluruh penghuni tenda kelompok Diah gaduh. Pasalnya ketika semua sudah bangun, mereka tak menemukan Claire di tenda. Suara gaduh itu terdengar oleh peserta camping lain sehingga memunculkan kegaduhan lebih. Sebagian besar peserta camping lain berdatangan untuk melihat apa yang terjadi.

Diah, Jesika, Putri, Lusi, dan Zara kebingungan. Di tenda, mereka saling adu mulut. Tak ada yang tahu Claire dimana. Bahkan malam tadi Claire masih ada di tenda dan tidur di samping Lusi.

"Ada apaan?" tanya seorang peserta camping penasaran. Pertanyaan peserta camping itu tak digubris oleh kelompok Diah. Mereka sibuk memikirkan Claire dimana.

Gasrah-gusruh peserta camping, mulai terdengar jelas. Mereka bertanya satu sama lain tentang apa yang terjadi.

Diah dan teman-temannya memutuskan untuk keluar tenda dan mencari Claire. Mereka berpencar agar lebih cepat menemukan Claire. Guru pendamping yang mendengar masalah itu langsung ikut mencari Claire.

Matahari mulai menampakkan diri tapi Claire belum ditemukan juga. Padahal guru-guru pendamping dan sebagian peserta sudah dikerahkan untuk mencari Claire. Entah dimana gadis itu berada. Yang jelas, tadi malam Claire masih berada di tenda. Mereka sudah mencari di rumah penduduk terdekat tapi tak ada, di sungai, bahkan saat ini para guru pendamping sedang menyusuri hutan barangkali Claire tersesat.

Hutan di dekat area camping cukup luas dan juga rimbun. Sehingga itu menghambat pencarian.

Diah dan Jesika juga mencari ke hutan. Sebenarnya, oleh guru pendamping peserta camping tidak boleh mencari ke hutan cukup sekitaran saja karena mereka juga khawatir akan terjadi sesuatu yang akan membuat peserta dalam bahaya. Masa bodo. Diah tak menghiraukan perintah guru itu. Ia ingin Claire cepat ditemukan.

Diah dan Jesika menyusuri hutan rimbun. Di kanan kiri mereka terdapat pepohonan yang tinggi dengan daun yang masih sangat hijau. Terlihat asri. Langkah mereka pelan. Mereka tak ingin melewatkan satu tempatpun. Bisa saja Claire ada di tempat yang melawati. Tetapi Diah dan Jesika tak menyadari keberadaan Claire. Mereka berdua berteriak memanggil nama Claire berharap gadis yang hilang itu menjawab.

Ada seorang pemuda lewat di samping Diah dan Jesika. Agak aneh bila ada orang di hutan rimbun ini. Apa yang pemuda itu lakukan.

Diah menghentikan langkah pemuda itu, "Permisi. "

Wajah pemuda itu sekarang jelas di mata Diah begitu juga penampilannya. Pakaian kaos agak kebesaran, memakai sandal jepit, potongan rambut rapi, memakai celana kolor di bawah dengkul. Matanya lebar, alisnya tipis, hidungnya agak mancung, dan warna kulitnya kecoklatan. Terlihat sekali bahwa pemuda itu adalah pemuda desa.

"Maaf, apa kamu lihat ada perempuan yang tersesat disini?" mendadak Diah memakai bahasa formal.

"Ooo, mboten eh, tidak. Permisi." pemuda itu langsung pergi. Diah sudah akan menyerah untuk mencari Claire. Kemana gadis itu. Apa yang terjadi padanya.

Diah dan Jesika kembali melangkahkan kakinya. Tak disangka, mereka berdua melihat seorang gadis yang tengah terduduk. Gadis itu bersandar ke pohon. Wajahnya tak jelas karena posisi gadis itu membelakangi Diah dan Jesika. Tanpa berpikir panjang, Diah dan Jesika langsung mendekati gadis itu.

****

Jangan lupa vote dan komen

TERORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang