Bagaian 11

171 15 0
                                    

__

Sejak tadi, wajah semua peserta camping serta guru-guru prihatin. Mereka tak menyangka gadis pendiam seperti Claire sudah tiada. Diah yang pertama kali melihat jasad Claire berlumuran darah sekarang menangis tersedu-sedu di tendanya. Tak disangka gadis yang dikira Diah bersandar di pohon itu ternyata sudah menjadi mayat.

Suara gemuruh mobil polisi mulai jelas di pendengaran Diah. Ia bangkit lalu berjalan ke kerumunan peserta yang menengelilingi jasad Claire yang sudah dibungkus. Sungguh malang nasib Claire. Apa sebenarnya terjadi. Jesika yang dari tadi mengikuti Diah, hanya memandang nanar ke arah jasad Claire yang sudah dibungkus. Pada saat melihat dengan kepala matanya sendiri kakinya langsung lemas.

Putri menepuk pelan bahu Jesika.

"Sebenernya ada apaan! Kok bisa gini gimana? Kenapa apa yang terjadi!"

"Gue nggak tahu. Tiba-tiba gue sama Diah udah nemuin Claire kayak gini!"

Putri terdiam. Matanya mengarah ke Lusi dan Zara. Mereka menangis. Meskipun mereka tak terlalu akrab dengan Claire tapi mereka merasa Claire butuh teman. Mereka menyadari selama ini Claire hanya sendirian. Hati Putri merasa teriris melihat apa yang terjadi sekarang. Apa yang sebenarnya terjadi?

Polisi mengintruksi semua peserta camping untuk menjauh dari jasad Claire. Mereka lalu mengangkat jasad Claire untuk dimasukkan ke mobil. Tentunya dibawa untuk diotopsi.

Beberapa polisi juga memeriksa tempat kejadian perkara. Mereka juga memberi garis "dilarang masuk selain polisi" pada pinggiran tempat kejadian perkara.

Mereka menanyai beberapa hal pada Jesika dan Diah mengenai kejadian saat mereka menemukan jasad Claire. Juga, menanyai para guru pendamping. Kejadian ini membuat peserta camping menjadi takut.

Sekarang, para guru pendamping menyuruh semua peserta untuk membongkar tenda dan membereskam semuanya. Kejadian ini membuat camping menjadi berantakan. Baru 1 hari, acara camping ini selesai lebih tepatnya dibubarkan. Para guru takut apabila camping dilanjutkan maka akan ada korban lagi dan juga ini untuk kepentingan penyelidikan meninggalnya Claire.

Ketika Diah sedang membereskan tenda bersama teman-temannya, ponselnya berdering. Ada notifikasi. Sepertinya pesan. Diah memilih untuk mengabaikan notifikasi dari ponselnya. Lagipula ia sedang sibuk membereskan tenda.

Perasaan Diah kali ini begitu kacau ketika kembali mengingat jasad Claire  tepat di depan matanya. Ia tak menyangka hal ini bisa terjadi pada Claire. Ia benar-benar tak menyangka.

Diah berjongkok untuk melipat tenda kelompoknya bersama dengan Lusi. Dilihatnya gadis itu. Wajahnya tampak muram dan sedih. Ada juga perasaan takut yang terhias di wajah Lusi. Meskipun gadis itu tampak sibuk melipat tenda, tapi Diah tahu semua perasaan gadis itu lewat wajahnya.

Lusi mengangkat kepalanya untuk melihat Diah yang kini juga menatapnya.

"Gue takut," lirih Lusi kepada Diah.

Diah menghela napas pelan.

"Gue lihat sesuatu saat kita ngambil air di sungai kemarin," tambahnya.

Diah mengernyit. "Lo lihat apa?"

"Gue lihat seseorang."

Dahi Diah semakin mengernyit. Ia diam menunggu lanjutan ucapan Lusi.

"Gue...gue lihat orang pakek hoodie. Dia merhatiin kita berdua."

Diah menelan ludahnya. Jantungnya berpacu cepat. Matanya sedikit melebar ketika mendengar penuturan Lusi. Ia takut orang yang dimaksud Lusi itu membunuhnya seperti Claire. Ia tak mau itu terjadi.

Tangan Diah kembali bergerak melipat tenda yang tadinya diam karena mendengar ucapan Lusi. Perasaannya tidak tenang. Mengingat akhir-akhir ini ia mendapati teror pesan di ponselnya. Tak hanya dirinya tapi Jesika dan Putri juga. Sahabatnya sendiri.

Diah menoleh ke arah Jesika dan Putri yang kini sedang membereskan peralatan memasak. Ia memikirkan sesuatu apabila ia kehilangan dua sahabatnya itu. Diah menggeleng. Ia tak boleh berpikiran seperti itu.

Apa semua ini berhubungan dengannya. Diah kembali teringat perkataan Nizam. Deon menjauhinya karena ia tak mau celaka. Sebenarnya siapa orang itu? Dan kenapa orang itu mau menyakiti orang-orang terdekatnya. Mengapa?

Lusi memanggil pelan nama Diah, " Kita sebaiknya hati-hati."

                                ****

Bus yang ditumpangi para peserta camping melaju meninggalkan tempat camping. Wajah semua peserta tak tenang karena kejadian sangat mengerikan di area camping tadi. Tak satupun dari mereka yang bercanda ataupun mengobrol. Semua diam.

Putri menyandarkan kepalanya ke kursi. Kepalanya mendongak menatap langit-langit bus. Pikirannya melayang ke kejadian tadi. Saat ini yang dipikirkan dia adalah kejadian itu mengerikan. Bagaimana bisa?

Kepala Putri menoleh ke arah Jesika dan Diah yang berada di sampingnya. Mereka berdua sama-sama melamun. Putri menghela napas pelan. Dia terbayang seseorang yang akhir-akhir ini dekat dengannya. Jesika dan Diah tak tau siapa orang yang dekat dengannya. Karena memang orang itu berbeda kelas dan tingkatan dengannya. Orang itu tak bisa diremehkan ketika seseorang akan menyakitinya ataupun jika ada orang terdekatnya pasti orang itu akan menyelidiki atau memantau orang yang dekat dengannya di sela-sela waktu.

Dia menyesal menyukai seseorang itu karena dia terlalu posesif  dengannya. Dia tidak normal. Bahkan dirinya pernah disakiti olehnya. Dia psikopat. Dia tidak bisa lepas dari orang itu. Alasannya dia akan disakiti lagi apabila dia menjauh darinya. Dia terlihat depresi dengan hidupnya sehingga ia berlaku seperti itu. Ia tak punya siapa-siapa selain ayahnya yang kejam. Putri tak tau apa yang dilakukan orang itu sehingga orang itu menyebut dirinya sendiri sebagai psikopat.

Ah Putri menyesal sampai dia tak sadar berkata menyesal saat Diah ada. Awal pertemuannya dengan orang itu adalah saat di sekolah. Dimana dia adalah murid baru yang sangat penasaran dengan seluk beluk sekolahannya. Rasa penasarannya membawa dia pada kamar mandi lama. Disitulah mereka bertemu.

"Udah sampai," ucap Jesika yang membuat Putri tersentak dan segera sadar dari lamunannya.

                           ***

Hargailah sebuah tulisan

Jangan lupa tinggalkan jejak😀😀

TERORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang