"Shit, telat!" pekik Paul sambil berlari keluar kamar.
Dari tadi ia sibuk berkaca sampai-sampai tidak melihat jam lagi. Alhasil beginilah, berlarian di koridor sekolah pada pukul 8.00. Adakah seorang siswa selain Paul yang sudah tinggal di asrama tapi masih pakai acara telat seperti ini?
Paul yang berkeringat dengan raut wajah panik bertambah panik lagi ketika melihat Bu Rida memandangnya tajam dari dalam kelas.
Paul mengetuk pintu dengan pelan lalu menongolkan kepalanya dengan cengiran lebar.
"Kau benar-benar sekali ya." ucap Bu Rida sambil menjewer telinga Paul.
"Hukum, BuRid! Hukum!" celetuk seorang siswa diiringi tawa seisi kelas.
"Siapa itu?!" teriak Bu Rida.
"Siapa yang memanggil saya BuRid?!" ulangnya dengan mata yang terlihat seperti akan keluar dari tempatnya.
Paul terkekeh pelan diiringi tatapan tajam Si BuRid yang langsung membungkam rapat mulutnya.
"Hari ini saya sangat marah dengan kalian semua! Latihanlah sendiri. Pukul 12.00 akan ada tes!" Perintahnya lalu pergi keluar kelas dengan langkah yang dihentak-hentak.
Paul mengedarkan pandangan ke sekelilingnya. Beberapa siswa nampak menyemburkan api dari tangannya. Entah itu membakar kayu, membakar kertas, atau bahkan saling membakar satu sama lain.
Paul mulai melakukan pemanasan terhadap tangan kakunya yang jarang sekali dilatih. Teknik yang akan di jadikan bahan tes hari ini adalah teknik Flamethrower. Dalam teknik ini, tangan akan mengeluarkan semburan api untuk membakar suatu benda atau bahkan makhluk hidup.
Paul melihat di sekitarnya, beberapa dari mereka tampak agak kesusahan. Ada yang mencoba mengeluarkan semburan tapi yang keluar hanyalah percikan api kecil. Orang itu terlihat frustasi mengingat hari ini adalah tes teknik Flamethrower yang belum dikuasainya sedikit pun.
Paul mengalihkan pandangannya menuju Steve. Ia tampak dengan mudahnya menyemburkan api kesana-sini. Ke benda ini, ke benda itu. Sementara yang lain banyak melemparkan tatapan iri.
Paul akhirnya mencoba untuk berlatih teknik Flamethrower yang pernah diajarkan minggu lalu. Sebenarnya, saat diajarkan itu Paul hanya mencoba sekali lalu ia tidak pernah berlatih lagi.
Paul mulai mencoba menyemburkan api dari tangannya, hendak membakar kayu yang tersedia di depan mejanya. Saat Paul mengeluarkan semburan api, tiba-tiba mejanya ikut hangus terbakar.
Semua orang menatapnya terkejut, tak terkecuali Steve. Lalu sedetik kemudian seisi kelas penuh dengan suara tepuk tangan. Paul berpikir ia salah teknik. Tapi tidak, semburan api yang keluar dari tangan Paul begitu sempurna.
"Kau benar-benar ingin menempatkan posisiku rupanya." gumam Steve sambil menatap Paul tidak suka.
☆☆☆
Seperti biasa, Paul hari ini pergi ke kantin seorang diri. Ia hanya melihat sekitar lalu menatap makanannya tanpa rasa nafsu. Merasa bosan, ia mengeluarkan ponselnya lalu memainkan beberapa game untuk menghalau rasa bosannya.
Sementara disisi lain kantin, Jack sibuk mencari tempat duduk yang sekiranya masih bisa ditempati. Tapi nihil, yang tersisa hanya tempat duduk yang berhadapan dengan Paul. Dengan berat hati ia duduk disitu tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
"Kau tahu? Kau adalah orang paling munafik yang pernah kutemui."
Jack hanya terdiam memandang Paul dengan tatapan bingung.
"Masih tidak ingin mengaku?"
"Apasih?!" Jack menyeletuk kasar.
"Dasar tidak tahu malu."

KAMU SEDANG MEMBACA
PODERS
Фэнтези"Siapa yang akan menjalankan misi ini, bu?" "Tentu saja, P.O.D.E.R.S." Sang pemuda terkesiap. "Maksud anda... Phoenix, Omniscience, Dark--" "Electric, Random dan SuperEndurance." Potong wanita paruh baya itu sambil tersenyum santai. "Tetapi bu, buk...