"Senang sekali, ya?" Tanya Paul.
"Senanglah. Aku kangen dengan suasana sekolah." ucap Raina.
"Hmm, sebenarnya aku masih memikirkan kunci itu. Apakah harus terus kusimpan di kamar?"
"Iya juga. Bu Rida bahkan tidak mencari kunci itu. Atau bahkan tidak menyadari hilangnya kunci itu." ucap Raina dengan raut wajah bingung.
"Haruskah ku kembalikan?" Ucap Paul ragu.
"Berapa nomor terakhir kunci gudang itu? Kalau saja Bu Rida menghafalkan urutan terakhirnya, kita tidak akan selamat, Paul."
"Well, sepulang sekolah akan kucoba berkali-kali sampai kuncinya berada di urutan pertama kali aku mengambilnya." ucap Paul meyakinkan Raina.
Peter langsung menoleh kearah meja Paul dan Raina saat Raina menyebut kata "gudang". Tanpa ragu-ragu lagi, Peter langsung mengampiri meja Paul dan Raina.
"Kalian bicara tentang apa?" Tanya Peter to-the-point.
"Maaf. Kau siapa?" tanya Raina.
"Peter Maison Lyon."
Raina mengode Paul dengan matanya yang seolah-olah berkata "Apa kita harus memberitahunya?" Paul menggeleng pelan.
"Ehm. Ki-ki-kita tidak membicarakan apa-apa." Ucap Paul.
"Bohong. Gudang apa yang kalian maksud? Apakah gudang di belakang sekolah itu? Aku tahu." ucap Peter dengan nyolot.
"Apakah suaramu tidak bisa lebih besar lagi?"
Paul melotot kearah Peter yang berbicara dengan volume besar. Tanpa disuruh, Peter langsung duduk di kursi sebelah Paul dan menarik jaket Paul.
"Cepat beritahu aku." Ucapnya.
"Sa-sa-santai saja, man." Paul melepas tangan Peter dari jaketnya.
"Kami menjelajah waktu melalui gudang itu." bisik Paul pelan.
"What?!" Peter terkejut.
"Ssst."
Paul mengacungkan jari telunjuknya di mulut Peter, mengisyaratkannya untuk diam. Paul mulai mengecilkan suara dan bercerita.
"Kami menemukan bola kaca di dalam gudang itu. Dan kami terbawa ke masa lalu dimana--"
"Sicila dead." potong Peter.
"Sicilia not Sicila." Ucap Raina yang daritadi sudah kesal dengan tingkah laku Peter.
"Okay. Aku tidak perlu ceritamu yang membosankan itu. Aku hanya ingin tahu bagaimana kau bisa masuk ke dalam gudang itu." Peter memutarkan matanya.
"Dasar majelis." Raina mendecih.
"Apa kau bilang? Majelis, huh?"
"Manusia Jelmaan Iblis." ucap Raina menekan kata iblis.
Peter memutar mata lalu menatap Paul, menyuruhnya untuk lanjut berbicara.
"Aku mencuri kunci gudang itu dari ruang kepala sekolah dan sebenarnya kunci itu masih ada padaku." jelas Paul.
"Berikan kunci itu padaku."
"Tidak akan." ucap Raina.
"Raina. Sudah. Kita akan mengajaknya pulang sekolah ini. Sekalian mengembalikan urutan kunci." Ucap Paul meredakan emosi Raina.
"Urutan?" Tanya Peter bingung.
"Kau akan tahu nanti."
☆☆☆
KAMU SEDANG MEMBACA
PODERS
Fantasy"Siapa yang akan menjalankan misi ini, bu?" "Tentu saja, P.O.D.E.R.S." Sang pemuda terkesiap. "Maksud anda... Phoenix, Omniscience, Dark--" "Electric, Random dan SuperEndurance." Potong wanita paruh baya itu sambil tersenyum santai. "Tetapi bu, buk...