#PODERS 2

29 4 0
                                    

8 Februari 2015, 08.00 WIB

"Jadi... Apa rencanamu, Steve? "

"Aku tak bisa membiarkannya mengontrol kekuatan itu, aku tidak akan membiarkan dia melampauiku!" jawab Steve berapi-api.

"Yes, i know that! I mean.. What is your plan?" tanya William geram.

Mereka sekarang sedang berada di dalam kamar tidur berdua sementara Jack dan Paul sudah beranjak ke kantin lima belas menit yang lalu. William masih sibuk berkutat dengan buku Novelnya sambil duduk di kursi gantung sementara Steve sibuk dengan benda pipih di tangannya.

"Jangan sampai dia betah di sekolah ini!"

⭐⭐⭐

Jack dan Paul memasuki kantin yang bernuansa coklat kayu. Kantin yang dipasangi wallpaper kayu dengan tanaman dihiasi di setiap sudut ruangan membuat suasana kantin terasa segar.

Jack menarik lengan Paul dan menariknya untuk duduk di pojok kanan dekat jendela.

"Kau mau pesan apa? Biar aku saja yang pesan," tanya Jack yang mungkin sedang berbaik hati karena Paul masih belum cukup mengenal seluk-beluk sekolah ini.

"Aku tidak biasa makan pagi, teh hangat saja," jawab Paul berusaha tersenyum.

"Baiklah, tunggu sebentar, oke?"

Tanpa menunggu jawaban Paul, Jack bangkit dari tempatnya dan memesan makanan.

Sementara Paul mengedarkan pandangannya ke seluruh kantin. Banyak sekali pasang mata yang memperhatikannya terutama yang bermata hijau sapphire.

"Hijau artinya Omni, kan?" gumam Paul.

Kemudian Paul mengalihkan perhatiannya ke arah ponsel, tiba-tiba seseorang duduk di hadapannya dan seseorang lagi duduk di tempat Jack sebelumnya.

"Kami boleh kan duduk disini?" tanya William ramah.

"Tentu saja," jawab Paul berusaha tidak peduli.

"Sebenarnya kami kesini bukan hanya untuk makan semeja denganmu," sahut Steve.

"Jadi... Ada apa kalian menemuiku?" tanya Paul tanpa mengalihkan pandangannya dari ponsel.

"Tidak sopan. Kalau kau lagi ngomong sama orang, tatap orangnya," dengus Steve.

Paul mengalihkan pandangannya dari ponsel ke wajah Steve yang sepertinya sedang kesal.

"Ada apa?" tanya Paul sok keren.

"Apa kau tau perempuan itu?" tanya William sambil menunjuk seorang perempuan cantik berambut coklat yang duduk tidak jauh dari mereka.

"Tidak tau," jawab Paul cuek.

"Namanya Delovia Stacy, dia menyukaimu lho," goda Steve.

"Be-be-be-benarkah?" tanya Paul tak percaya.

"Kau pikir aku membohongimu?"

"Sudah, tembak saja dia! Kalau bisa, didepan umum agar semua orang tau kalau dia milikmu," ucap William.

"Apa ka-ka-ka-kau yakin dia akan menerimaku?" tanya Paul ragu.

Paul melirik Delovia yang sedang melihatnya. Lalu Paul menoleh kepada Steve dengan wajah merah merona.

"Sudah kubilang dia menyukaimu, kan! Cepatlah tembak dia sebelum disusul orang lain," ucap William.

"Tembak? Pakai apa?" tanya Paul.

"Pakai pistol," Jawab Steve jutek.

"A-a-a-apa?" ucap Paul terkejut.

"Pakai bunga lah! Atau coklat, terserahmu saja." Ucap William membenarkan ucapan Steve.

PODERSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang