Rida berjalan memasuki ruangan tersembunyi di belakang rak buku miliknya. Disana terdapat Loup yang sedang mengutak-atik laptopnya, mengamati beberapa murid di lingkungan sekolah.
"Pagi, Loup." Sapa Rida.
"Ya. Pagi Rida, ada apa?"
"Ini soal Renata."
"Kenapa dengan Renata?" Loup langsung mengubah posisi duduknya.
"Apa perlu kita masukkan Renata kedalam misi kita? Dia benar-benar hebat, Loup." Ucap Rida antusias.
"Ya. Aku sudah lihat kau mengajar di kelasnya tadi." Ia berhenti sejenak, lalu menatap Rida dengan serius.
"Tapi apa kau lupa? Kita sudah merancang semuanya dengan baik. Penambahan anggota kurasa tidak perlu, Rida."
"Tentu perlu. Kau bahkan belum tahu kan berapa jumlah lawan kita?" Rida mulai meninggikan suaranya.
"Mereka lebih dari 5, Loup. Kau yakin hanya mengirim 4 orang untuk misi ini?" Rida mulai menunjukkan tatapan khawatirnya.
"Biar kupikirkan lagi."
☆☆☆
"Aku mau bubur ayam."
"Samakan saja."
Jack mengangguk. Ia pergi meninggalkan William dan Steve untuk memesan makanan.
"Lihat ke arah jam 9." Ucap William.
Steve menoleh ke arah yang dimaksud William. Disana ia melihat Paul, Raina dan dua murid yang tidak ia kenal.
"Kenapa?" Tanya Steve.
"Seperti kacang lupa kulitnya," jawab William.
"Maksudmu, Paul?"
"Ya."
"Apa masalahnya?"
"Dulu dia selalu bersama kita, sekarang? Dasar gagap." kesal William.
"Terserah kau saja."
Tak lama kemudian Jack datang membawa tiga mangkuk bubur ayam. Lalu ia mengambil tempat duduk disebelah William. Jack menatap Steve dan William dengan tatapan aneh. Pasalnya, mereka berdua seperti sedang melakukan telepati. Saling melihat, menggunakan ekspresi, namun tidak mengeluarkan sepatah kata pun.
"Hey, sedang apa sih?" tanya Jack bingung.
"Tidak ada." Jawab mereka berdua serempak.
"Oh ya, aku sangat senang." ucap William.
"Kenapa memangnya?" tanya Steve.
"Habis ini, aku ada kelas mantra. Kelas yang sangat ku impikan." William tersenyum sangat lebar.
"Wah, bagaimana kau bisa mendapatkan kelas mantra? Secara itu kan kelas khusus bagi orang-orang hebat!" Ucap Jack terkagum-kagum.
"Jadi maksudmu aku tidak hebat, begitu?" William mengerutkan dahinya.
"Tidak, bukan begitu. Maksudku, ya...bagaimana kau bisa masuk kelas mantra, kelas impian semua orang disini." Jack terlihat iri kepada William.
"Kau tahu sendiri lah, Jack. Kerjaan William dikamar hanya membaca buku. Aku pun tidak tahu sejauh apa pengetahuan yang dia miliki." Steve menggerutu iri.
"Hey, jangan begitu. Kalian juga pasti bisa masuk ke kelas mantra. Apalagi kau Steve." William merendah diri.
"Itu yang kubingungkan, Will. Aku sudah memegang nilai tertinggi selama 4 semester. Tetapi kenapa aku belum mendapat kesempatan masuk kelas mantra?" ucap Steve dengan nada kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
PODERS
Fantasy"Siapa yang akan menjalankan misi ini, bu?" "Tentu saja, P.O.D.E.R.S." Sang pemuda terkesiap. "Maksud anda... Phoenix, Omniscience, Dark--" "Electric, Random dan SuperEndurance." Potong wanita paruh baya itu sambil tersenyum santai. "Tetapi bu, buk...