#PODERS 4

18 3 0
                                    

Semakin hari Jack semakin bersikap cuek kepada Paul. Biasanya Jack akan menemani Paul ke kantin bahkan ke kelas sekalipun, tapi akhir-akhir ini Jack lebih memilih berkumpul bersama teman-temannya yang lain.

Paul yang notabenenya murid baru tak memiliki teman selain Jack. Alhasil ia lebih sering diejek oleh banyak orang karena tidak ada Jack yang menemaninya.

Sekarang ini Paul sedang berjalan gontai keluar kelas. Terdapat garis hitam di bawah matanya menandakan bahwa ia kurang tidur.

"Paul, kau tak apa-apa?" tanya Raina khawatir.

"Ya. Aku tak apa-apa," jawab Paul.

"Tapi wajahmu pucat," balas Raina lalu menempelkan punggung tangannya di kening Paul.

"Aku baik-baik saja!!" sentak Paul langsung menepis tangan Raina.

Raina terkejut dan takut. Ia tidak pernah melihat Paul semarah ini padanya. Paul yang menyadari perubahan ekspresi pada Raina langsung merasa bersalah.

"Maaf. Aku hanya kelelahan," ucap Paul pelan.

"Tidak apa-apa. Aku mengerti," senyum Raina.

"Kalau begitu aku butuh istirahat, sampai jumpa." pamit Paul.

"Get Well Soon, Paul."

☆☆☆

Ketika Paul memasuki kamar, ada Steve yang duduk di meja belajar dan William yang sedang bermain game di komputer.

"Sendirian saja, gagap?" tanya William tanpa mengalihkan pandangannya dari monitor komputer.

"Ya. Aku butuh istirahat," jawab Paul lesu.

"Tentu saja dia sendirian! Tak ada yang mau berteman dengannya! Kau harus bersyukur karena kami masih mengajakmu ngobrol," timpal Steve.

"Aku sedang tidak ingin beradu mulut denganmu, Steve." desis Paul.

"Baik, baik. Relax man!"

"Dimana Jack?" tanya Paul sambil berbaring di kasurnya.

"Jack? Ia pergi bersama Mike." jawab William.

"Kenapa ia menjauhiku?" gumam Paul.

"Kau nggak peka rupanya! Think about it, he mad at you." sambung William.

"Ck! Udah sendirian, cupu, nerd, jelek, nggak peka lagi." decak Steve.

"Steve!" teriak Paul.

"Apa? itu kenyataan, kan? Kau tidak bisa mengelak!" balas Steve berteriak.

"Kau pikir hidupmu sempurna?! Temanmu juga cuman beberapa orang!" teriak Paul, "Kau pikir kau peka? Kau pikir peka itu mudah?! Nyinyir saja, ngebuktiin gak bisa!"

"Kau yang tidak punya teman! Aku punya banyak, tapi tidak kau ketahui! Berhe--"

"DIAM BISA GAK SIH?!" pekik William.

"Kalah nih gara-gara dengerin kalian!"

"Siapa suruh dengerin!" balas Steve.

"Nih, ada telinga! Ya buat denger, lah!" kesal William.

"Tutup tuh telinga! Sumbat pakek linggis!" ucap Steve lalu keluar kamar.

"Gimana coba telinga ditutup? Linggis perasaan buat mata. Dasar kembaran bodoh!" William menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Will, bisakah kau kecilkan volume suara komputermu? Aku ingin beristirahat sebentar."

"Pikirkan juga sekitarmu, Paul. Kau kurang menaruh perhatian pada sekitarmu." ucap William lalu mengecilkan volume suara komputernya.

PODERSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang