🍃🍃🍃
Aku tak pernah menyesal karena mencintaimu
Karena dari itu aku belajar
Bahwa batu tak selamanya kaku
Dan awan tak selamanya menawan🍃🍃🍃
Usai motivasi seluruh panitia dan peserta melaksanakan shalat dzuhur berjamaah bersama para guru dan staf karyawan. Lalu dilanjutkan makan siang yang difasilitasi sekolah, setelahnya adalah pengumuman lomba.
_____Program Kerja Selesai___
It's time to evaluasi
Setelah beres-beres aula yang tadi digunakan untuk motivasi, sekarang para panitia berada di serambi masjid untuk melaksanakan evaluasi. Untung tidak banyak yang harus di evaluasi, sehingga dapat mempersingkat waktu. Usai evaluasi mereka semua bergegas pulang menuju rumah masing-masing.
Azalea POV
Program kerja selesai dan ini saatnya untuk membuat Laporan Pertanggungjawaban. Sebagai bendahara yang baik, usai shalat isya' aku langsung mengerjakan LPJ hingga sampai setengah jadi, aku memutuskan untuk istirahat dan beralih untuk belajar.
Pukul sepuluh malam, terbersit di ingatanku untuk membuka whatsapp. Aku mengetik suatu pesan di grup kepanitiaan motivasi Al-Qur'an kemarin.
Me :
Minta tolong buat yang kemaren bawa nota, kwitansi, bukti penerimaan oleh pembicara, daftar hadir peserta dan guru, bukti penerimaan mahasiswa peserta dan guru, besok pagi tolong kasih ke aku ya. Makasih.Ucapku di grup, dan mendapat tanggapan yang baik dari kawan-kawan.
_Keesokan Harinya_
"Aza, ini daftar hadir sama bukti penerimaan yang kemarin." ucap Fatih. Aku sedikit mendongakkan kepala terhadapnya secara sekilas.
"Makasih." jawabku tetap menundukkan pandangan.
Beberapa detik berlalu dan dia tak beranjak dari hadapanku yang sedang duduk di bangku. Ya, kami masih terhalang oleh meja.
Aku berlalu dari hadapannya dengan kedua bibir yang terkatup rapat. Aku merasa dia mengikutiku. Aku melangkahkan kaki menuju masjid. Alibi, dibilang iya juga enggak, dibilang enggak juga iya. Aku membawa bukti penerimaan dan daftar hadir yang tadi diberikan Fatih untuk kusimpan di lemari milik Rohis yang ada di masjid, karena menurutku lebih aman daripada harus ku simpan di laci meja.
Aku menggeser pintu dan memasuki ruangan berukuran sekitar 3x2 meter dan membuka lemari lalu memasukkan dokumen penting itu. Kulihat pintu gudang yang seharusnya terkunci sedikit terbuka. 'Mungkin Farid atau Hafis lagi di dalam. Atau nggak udah dibuka terus ditinggal pergi.' begitu pikirku. Aku membalikkan tubuhku hendak keluar dari ruangan ini, tapi kudapati Fatih berdiri menghalangi akses untuk keluar dari ruangan ini. Dia tak menunjukkan adanya pergerakan. Aku tak nyaman, apalagi pagi-pagi seperti ini masjid sangatlah sepi. Akhirnya aku pun angkat suara.
"Awas, tih. Aku mau keluar." ucapku.
"Kenapa menghindari aku?" tanyanya.
"Aku sama sekali nggak menghindar kok." jawabku dengan nada sedikit protes.
"Terus?" tanyanya yang menurutku lebih mirip dengan meng-introgasi.
"Jaga jarak." jawabku singkat.
"Kenapa?"
"Emang seharusnya gitu kan." sanggahku.
"Okey. Aku nggak suka kamu jaga jarak sama aku. Gimana kalo aku khitbah kamu?" ucapnya serius, mungkin?
Dalam hati aku terus beristighfar. Berupaya mengendalikan perasaanku.
"Assalamualaikum Azzaka Fatih Al-Huda, Azalea Shafira mau lewat. Anak sibuk lagi banyak urusan. Terus, berkhalwat itu nggak boleh, kita berdua bukan muhrim. Jadi, tolong minggir." ucapku yang sepertinya sedikit berpengaruh untuk pikirannya sehingga ia menggeser dirinya satu langkah ke kiri.
Tanpa membuang banyak waktu, aku keluar dari ruangan itu dan kembali menuju ke kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fatamorgana Cinta
Teen Fiction[SOLUSI UNTUK REMAJA YANG SEDANG DILANDA ASMARA] Aku malu pernah berdoa kepadaNya untuk menjadikanmu pelengkap separuh agamaku. Aku malu. Perasaan yang ku anggap sebagai cinta ternyata hanyalah Fatamorgana. Semu, bahkan terlalu fana untuk menjadi...