🍊🍊🍊
Aku mencoba untuk tidak peduli
Meski hati ini tersakiti🍊🍊🍊
Azalea POV
Ku tengadahkan kedua tanganku, memohon kepada Sang Maha Kuasa, untuk selalu menguatkanku dalam setiap keadaanku. Ku usap kedua tanganku ke seluruh wajahku. Ingin rasanya aku sujud kembali. Lalu aku meletakkan dahi ku di sajadah yang hampir tiap sepertiga malam selalu terbentang.
Lagi-lagi bendungan yang ku buat tak mampu untuk menahan air mataku.
'Ya Allaah. Aku tahu kalau Engkau pasti paham akan masalahku. Ya Allaah. Bolehkah sekali lagi aku meminta permintaan yang sama? Ya, agar Fatih kelak menjadi imam di kehidupanku.'
'Tapi jujur, aku pun tak tau mengapa aku begitu tertarik padanya. Aku takut rasa ini bukan karenaMu, aku takut rasa ini hanyalah nafsu.'
'Ya Allaah, aku mohon, jatuh-cintakan lah aku pada yang kelak akan menjadi suamiku Ya Allaah. Cukup rasa cinta ini untuk jodohku.'
'Dan kalau memang bukan Fatih orangnya, hapuskan rasa ini Ya Allaah. Hamba mohon. Tolong aku Ya Allaah. Rasa ini sungguh menyiksa.'
'Yaa Muqollibal Quluub, Tsabbit Qalbii 'alaa Diinik'
'Hasbunallah wa ni'mal wakiil, ni'mal maula wa ni'man nashir. Amiin, ya Robbal 'alamiin.'
___Keesokan Harinya___
Author POV
Untuk kesekian kali Rani berkunjung ke kelas Fatih tiap pagi. Rencananya Rani akan mengajak Fatih untuk menemaninya membeli buku menyangkut pelajaran sepulang sekolah, padahal itu hanya alibinya saja agar bisa berduaan dengan Fatih.
"Fatih, nanti jalan yuk. Anterin aku cari buku fisika ya?" tanya Rani penuh harap.
"Kapan?" sahut Fatih.
"Pulang sekolah gimana? Bisa?" tanggapan Rani dengan tatapan berbinar.
"Jam 4 deh, gimana?" tanya Fatib.
"Oke deh. Aku balik ke kelas dulu ya." pamit Rani.
"Siip." ujar Fatih yang diikuti dengan anggukan.
___Sore Harinya___
Azalea POV
Masjid tampak sedikit lengang karena para murid yang mengikuti jamaah Ashar sudah pulang. Kini yang tersisa hanyalah anggota sub-or ROHIS angkatan kelas X. Mereka sedang mengadakan rapat untuk program kerja Tadzabur Alam yang rencananya akan direncanakan akhir bulan ini, karena kalau pelaksanaannya sewaktu libur semester takut bentrok dengan bulan Ramadhan. Waktu untuk mempersiapkan progja sekitar 3 minggu.
Setelah rapat dibuka, ada seseorang gang berdiri dengan tegap dan berbicara.
"Assalamualaikum teman-teman, saya mau ijin tidak mengikuti rapat hari ini karena sudah ada janji sama teman. Diijinkan atau tidak?" ijinnya--Fatih--dengan mimik muka yang kalah serius denganku.
"Diijinkan." jawab mayoritas orang-orang uang berada di sana. Sedang aku hanya menundukkan pandanganku berusaha bersikap acuh.
Satu menit berselang, Hafis sebagai ketua panitia mulai membagi kepanitiaan.
"Aza, kamu jadi wakil ketupat ya?" tanyanya dengan mantap.
"Hah? Aku? Kenapa?" tanyaku kaget.
"Kamu kan anak pecinta alam, jadi aku pikir kamu tahu banyak tentang ini. Gimana?" sahutnya enteng.
"Ya udah deh" jawabku dengan wajah pasrah.
Acara menyusun panitia selesai dan waktu sudah menunjukkan pukul 16.20 WIB.
"Nah, sekarang tempatnya mau di mana nih?" tanya Hafis.
"Muncak aja."
"Pantai"
"Kawah putih"
Riuh suara terdengar ke seluruh penjuru masjid. Anak ROHIS sedang khilaf.
"Mending sekarang kita voting aja." Ucap Hafis yang disetujui oleh teman-teman
Dari tiga puluh enam suara, tujuh belas orang memilih kegiatan mendaki, sebelas orang memilih berkemah di pinggir pantai (beachwalk) , dan sisanya ingin ke kebun teh.
"Jadi, karena banyak yang memilih kegiatan mendaki alias muncak. Maka kegiatan tadzabur alam kita kali ini adalah muncak. Dan untuk tempat biar Aza yang menentukan." jelas Hafis panjang ditambah lebar.
"Kira-kira mau pada ke gunung yang pendek apa yabg tinggi, nih?" aku angkat suara.
"Kalau kalian pengen ke gunung yang tinggi, viewnya bagus banget, nanti kita cari jalur yang paling mudah apalagi buat pemula." tambahku.
"Jadi gimana?" tanyaku memastikan.
"Yang tinggi aja deh."
"Iya, biar berasa muncak."
"Terserah deh."
"Kalau gitu, kita ambil gunung Merbabu, jalur pendakian via Selo, emanv perjalanan ke base-camp nya jauh sih, sekitar 2-3 jam dari sini kalau pakai bus. Tapi jalur pendakiannya termasuk mudah dibanding jalur pendakian yang lain. Gimana? Pada setuju nggak?" ucapku.
"Setuju." sahut mereka semua serempak.
"Nah, nanti untuk pendakian akan dibagi menjadi 4 kelompok. Nanti tiap kelompok sudah ada satu atau dua orang yang berpengalaman mendaki. Terus kalau menurutku nanti tiap kelompok diberi satu HT untuk komunikasi. Gimana menurut kalian?" tanyaku.
"Oke, siip."
"Untuk kelompok, biar nanti seksi acara yang membagi. Dan untuk perlengkapan, nanti seksi perkap dibantu Aza dan Saya. Berhubung waktu sudah sore, saya rasa cukup sekian pertemuan kita kali ini. Terimakasih atas kehadiran dan perhatiannya. Mari kita tutup acara hari ini dengan doa Kafaratul Majlis." ujar Hafis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fatamorgana Cinta
Fiksi Remaja[SOLUSI UNTUK REMAJA YANG SEDANG DILANDA ASMARA] Aku malu pernah berdoa kepadaNya untuk menjadikanmu pelengkap separuh agamaku. Aku malu. Perasaan yang ku anggap sebagai cinta ternyata hanyalah Fatamorgana. Semu, bahkan terlalu fana untuk menjadi...