Bab 10

406 67 0
                                    

Disclaimer: only the stories and the OC are mine

Happy reading ^O^







[Lima bulan kemudian]

Bel penginapan tiba-tiba berbunyi nyaring, membawaku terbangun dari dunia mimpi.

"Ah, sialan. Ganggu saja." gumamku kasar.

Kalau yang memijit bel itu Natsume-kun, aku harus meminta maaf kalau begitu.

Kubuka pintu. "Ayah?"

Lalu ayahku masuk tanpa permisi. "Jadi begini penginapanmu selama 6 bulan?"

Kenapa ayah malah melontarkan kalimat retorik? Cih.

"Kenapa?"

"Tak apa. Ah, ayah mau minum apa?" tanyaku berbasa-basi.

"Tak usah."

Baguslah kalau begitu.

Sudahlah memindahkan sekolahku, membiarkan ku sendiri, tak mencarikanku penginapan yang layak. Malah, merendahkan seperti itu.

Bahkan penginapan ini, desa ini, lingkungan ini, teman sekolahku, semua sangat cocok dan layak untukku.

Tapi kenapa?

"Kenapa masih belum bergegas?" tanya ayah, aku tahu dia sibuk dan tak mau menunggu lama.

"Setelah ini kita bisa ke sekolahmu dan mengurus kepindahanmu segera. Ayo, bergegaslah,"

Aku memberanikan diri untuk berbicara pada ayah.

"Ayah, sepertinya aku sudah nyaman disini. Aku sudah berbaur dengan masyarakat desa,"

Ayah diam, tampak berpikir. Aku lanjutkan kembali.

"Ayah, biarkan aku disini. Tak masalah jika ayah tak memberiku uang, aku tak butuh itu. Disini saja sudah cukup untukku,"

Aku takut, apa yang harus aku lakukan jika sekiranya ayah benar-benar marah dan tak memberiku uang jajan selamanya.

Tidak. Aku harus yakin dan berani bertanggungjawab atas perkataanku.

'Natsume-kun, aku takut.'


Ting tong...

Aku membuka pintu dengan wajah tegang.

"Pagi, Haru-chan,"

Ternyata itu Natori-kun. "Sudah siap sketsanya?" sikapnya selalu begitu, layaknya tak ada masalah.

'Bukankah Natsume-kun juga seperti itu?'

"Iya, tunggu sebentar."

Aku mengambil sketsanya dan...

...ya, begitu saja!

Aku sudah dapatkan sumber uangku.

"Ini."

"Waah, kau memang benar-benar hebat. Bagus sekali," seru Natori-kun. Dia terlihat sangat puas atas hasilnya kali ini, biasanya dia tidak begitu.

Jangan-jangan dia...

"Ini, bayaran yang kujanjikan," dia memberiku segepok uang yang diselimuti amplop coklat tebal.

Ya ampun, pasti ini banyak sekali uangnya.

"Te-terima kasih. Natori-kun. Senang bekerjasama denganmu,"

Dia tersenyum lalu pergi.

Ayah hanya melihatku tak peduli, aku tahu sebenarnya ayah itu iri padaku. Karena dia jarang mendapat uang sebanyak ini dalam waktu yang singkat.

Ayo katakan saja, kau iri kan? Iya kan, kan, kan??

Mungkin kalian tak habis pikir bagaimana caraku berpikir tentang ayahku dan menganggap itu tidak sopan bahkan durhaka. Aku tak berniat untuk memberi contoh buruk, tapi memang begitu adanya. Jika kalian menjadi aku, kalian pasti tahu bagaimana rasanya.

"Maaf ayah,"

"Tak apa," jawab ayah sambil menaikkan gagang kacamata.

"Ayo bergegas, kau mau pergi atau tetap disini?" tanya ayah sedikit meninggi.

"Aku, tetap disini ayah,"

"Meski tanpa uang saku dariku?"

Jadi, ayah benar-benar tak akan memberiku uang saku?

Aku terdiam.

"Sebenarnya, aku ingin membawamu kembali ke Tokyo, Haruna,"

Apa?!

"Karena ku tahu, kalau kau berat berpisah dengan teman-temanmu yang ada disana,"

Gawat, ayah benar-benar membuat ini semakin sulit. Aku harus bagaimana?




















A/N

Ruka: balik lagi dengan si lazy author, Rukaa..

Reader: apa-apaan coba? -_-"

Ruka: yah, Ruka senang. Karena semua urusan per ujian-ujianan (?) udah kelar Jumat kemarin. Lega rasanya. Meski dag dig dug ser nungguin pengumuman SNMPTN.

Reader: kayak tagline iklan deh, hmm..

Ruka: eh, hehe.. Ruka buat cover baru lho, meski jelek gpp yah masih belajar www. Ada yang kesel sama Ayahnya Haruna? Sama, aku juga..

Ruka: makasih ya, yang udah nungguin hiatus aku, hiatus itu berat lho. Apalagi kalau lama, bikin konflik batin TT. Terutama yg udah support dan yang kasih feedback, kalian luar biasaaa.. //ala aril NAOH//

Stay tuned ya guys,








Lots of love

~Ruka

Close To You [Natsume Takashi X OC]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang