Hari ini kematian Omah.. untuk pertama kalinya aku melihat mama dengan perawakan kurus, mama memnggunakan pakaian hitam, ia berdiri lesu dengan wajah pucat.
Langit dan semua orang yang hadir menangisi mengantarkan kepergian Omah. Tidak satupun yang tidak berduka atas kepergian Omah, semua orang terlalu bersungguh sungguh untuk menangisi kepergiannya.
Aku mendengar begitu banyak tangisan di ruang duka yang terasa begitu menghimpit tubuhku. Aku tidak merasakan kesedihan seperti yang dirasakan mama. Aku tidak berusaha untuk terlihat bersedih. Tante Andini memakaikan aku baju berwana hitam, ia menyuruhku bergabung dengan mereka tetapi tetap saja aku menunggu mereka dari jauh, memperhatikan bagaimana keluarga Omah histeris ketika melihat Omah dan Opah pergi untuk di sembayang kan . Aku tidak tau apa yang harus kulakukan, semuanya begitu kehilangan mereka terlebih mama, kuharap Mama bisa mengatasi kesedihannya.
Mama ikut menebarkan bunga di tempat istirahat terakhir Opah dan omah.
"Mama.." aku menyapa mama untuk pertama kalinya, aku hendak menggenggam tangan mama tapi seketika aku menarik tanganku kembali karena tatapan mama yang sangat menyeramkan.
Hari-hari yang ku lalui setelah kehilangan Opah dan Omah adalah melihat Mama yang selalu mabuk di rumah, yang aku lihat mama hanya menangis dan kemudian tertawa hingga aku terlelap.
Aku memainkan boneka Teddy bear pemberian papa, Tante dan om sudah kembali ke rumahnya. Sekarang aku hanya berdua dengan Mama. Mama sibuk meneguk alkohol di ruang keluarga. Ia beberapa kali tertawa kemudian kembali menangis.
"Keyma.." panggil saat menghampiriku. Untuk pertama kalinya ia memanggilku. Mama ikut duduk di sampingku, kemudian melemparkan boneka Teddy bear milikku. Aku menatapnya bingung. Tangannya mengelus pipiku, mama tersenyum dengan wajah yang berantakan. Aku dapat mencium bau rokok dan alkohol dari tubuhnya..
"Mau ikut Mama?" Dengan polosnya Aku langsung mengangguk. Mama menggenggam tanganku hingga kami sampai di tepi kolam renang. Kami kemudian memandangi air yang begitu tenang. Mama mengusap kepalaku. Aku bingung dan senang dengan perlakuannya.
"Kamu bisa berenang?" Aku menggelengkan kepala, ia berdiri mengimbangi tubuhku yang mungil, sekali lagi Mama mencubit pipiku dengan wajah datarnya. Aku tersenyum senang karna mama memperlakukan ku dengan baik.
"Jangan tersenyum, sedih, senang ataupun tertawa keyma. Saya gak suka ekspresi itu" katanya dengan datar, aku menarik senyumanku. Mama terus menatapku dan kembali tertawa dengan gilanya. Pada akhirnya Mama kembali menangis.
"Mama kenapa?" Tanyaku begitu polos hingga membuat mama tertawa.
Mama mengambil jarum dari saku nya, ia kemudian menyayat tangannya tanpa mengekspresikan apapun di wajahnya.
"Jangan Mama, nanti sakit" kataku, menahan tangannya agar tidak melukai kembali tangannya.
"Keyma mau coba" Mama mengasongkan jarum yang sudah berlumur darah.
"Mama.. jangan!" Suaraku tercekat mama menyayatkan jarum yang dipegangnya ke leherku. Aku berteriak kesakitan, darah mengalir dari leherku. Sementara mama tertawa dengan bahagia.
"Sakit! Mama sakit!" Teriakku. Mama berdiri dengan menagbaikan aku. Rasa perih terus menjalar dari lukaku.
"Kamu harus ikut sama Opah dan Omah, keyma mau kan?"
Aku terbangun dengan seluruh tubuhku berkeringat dingin, aku masih merasakan rasa sakit di leherku. Aku berlari ke kamar mbak dan memeluknya yang tertidur. Kemudian aku menangis di pelukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Hope One Day
General FictionSebenarnya untuk apa aku diciptakan dan dilahirkan ? Apa tuhan memberikan banyak kejutan? Apa tuhan menjanjikan kehidupan yang aku impikan? Tapi nyatanya tuhan selalu berbohong akan janjinya (Belum di revisi. Revisi bisa kapan saja)