11

763 24 0
                                    

Mimpiku begitu sederhana, hanya untuk bercengkrama dengan orang tua

🥀🥀🥀

Aku pernah bertanya adakah pria yang sama baik nya dengan papa? Aku pernah bertanya pada Mbak apa aku dapat mendapat teman terbaik seperti dirinya?

Mbak tak menjawabnya ia selalu ingin menjadi yang terbaik bagiku, ia mau melakukan apapun agar aku tersenyum kembali. Ia adalah obat rasa sakit ku.

bagiku mbak adalah satu malaikat yang dititipkan tuhan untukku, penjagaku, dan penghiburku saat aku menangis.
Saat aku kehilangan figur orang tua mbak yang mengulurkan tangan dan memberikanku kasih saya yang seperti diberikan orang tua, walaupun aku sendiri tak pernah tau kasih sayang seperti apa yang di berikan orang tua pada putri kecilnya, namun mbak memberikan gambaran kecil bagaimana rasanya memiliki figur ibu dan ayah.

Sepertinya di rumah sedang ada acara, karena parkiran rumah penuh dengan mobil milik saudara mama. Betul saja baru saja aku hendak membuka pintu, Rio berdiri sambil tersenyum, rasanya begitu mengerikan. Dan ini mungkin pertama kalinya aku melihat Rio tersenyum.

"Keyma!" Panggil kak Eleanor, sepupuku yaitu kakak Rio. Aku menoleh, mendapati ia sedang mengobrol dengan ibunya. Aku membalasnya dengan senyuman kikuk. Kemudian aku beralih ke dapur mencari mbak, benar saja mbak di direpotkan oleh mereka. Ia membuat banyak menu makanan. Aku merapihkan tasku ke kamar kemudian membantu mbak menyiapkan berbagai keperluan.

"Ada acara apa mbak?" Tanyaku sambil membatu memotong wortel.

"Ibu mau pulang" Aku sempat berhenti mengiris wortel.

"Mama dek" katanya pelan. "Hah! Seriusan??" Tanyaku lagi setengah berteriak. Mbak mengangguk.

"Kapan?"

"Mungkin malem ini baru nyampe" Aku tersenyum senang. Ini pertama kalinya mama pulang, saking bersemangatnya untuk melihat mama aku tidak sengaja mengiris tanganku.

Aku membantu Tante Andini dan Eleanor menyiapkan kamar untuk Mama, Tante tidak mengatakan apapun, ia tidak membahas apapun mengenai kepulangan mama. "Kak, mama mau pulang?" Tanyaku pada Eleanor, aku selalu mengulangi pertanyaan yang sama, yang ku dapati hanya jawaban dari kesunyian. 

Aku mengerti memang untuk membahas mama dengan ku merupakan hal yang sensitif sehingga semua saudara mama menghindarinya.

Aku berlari keluar ketika mendengar suara Tante dan om Erwin membuka pintu, aku mengintip dari balik pintu. Samar-sama aku melihat wanita dengan rambut terurai sepunggung.

"Dek, ayo tidur" kata mbak sambil menarik tanganku.

"Keyma mau lihat mama sebentar"

"Besok aja, ini udah malem."

"Kenapa harus besok?"

"Ibu capek baru pulang, kasian biar langsung istirahat" Benar apa yang dikatakan mbak perjalanan yang ditempuh mama begitu jauh kupikir kali ini aku bisa menunggu esok untuk bertemu dengannya.

🥀🥀🥀

Aku memasukkan bukuku kedalam tas, mbak akan mengomel jika aku keluar kamar tanpa seragam sekolah, ia hanya takut jika aku telat dan membuat masalah.

"Ayok cepet berangkat!" Katanya sambil memberikan tas bekalku. Aku melirik arlojiku dan masih pukul setengah tujuh.

"Sebentar, keyma gak akan telat kok! Jam tujuh keyma berangkat!" Kataku kekeuh, mbak tetap mendorongku keluar dari pintu belakang, ia tak mengizinkan aku untuk mengintip keruang depan atau lebih tepatnya ruang keluarga.

I Hope One DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang