Pada akhirnya aku menyerah, membiarkan Niza mendekatiku. Rupanya ia tidak pernah menyerah, beberapa Minggu ini Niza suka sekali mengekori ku, walaupun aku selalu mengabaikannya ia tidak pernah menyerah. Pada akhirnya aku yang menyerah dan membiarkan Niza menjadi temanku.
Sejujurnya aku tidak mengerti bagaimana menjadi seorang teman yang baik, aku hanya takut aku akan mengecewakan Niza. Kupikir aku belum menjadi teman yang baik seperti pertemanan orang lain, kadang kala aku hanya benar benar menjadi pendengar yang tak memberikan solusi apapun. Niza lebih sering bercerita, ia anak yang sangat terbuka. Dekat dengannya dua Minggu ini aku mengetahui semua tentangnya tentang bundanya yang cerewet, tentang adik kembarnya yang selalu ia ceritakan setiap hari dan tentang sosok ayahnya yang benar benar ia banggakan.
Aku senang mendengar ocehannya di pagiku, aku senang memiliki Niza sebagai orang terdekatku.
Pria yang ikut dihukum denganku juga sekarang kami malah menjadi dekat, beberapa kali ia bermain ke kelasku. Dekat dengannya membuat masa SMP ku aman, tidak ada yang berani menggangguku yang notabene nya sebagai anak yang tidak dapat bergaul dan dekat dengan Karel membuat teman sekelas ku tidak ada yang berani memanggilku dengan sebutan mayat hidup.
Karel memang terlihat seperti anak liar yang sulit diatur tapi setelah kami dekat Karel rupanya anak yang manis baik dan memiliki sifat yang lembut, ia terkadang menjadi pendengar yang baik.
Satu hal yang aku senang sekali yaitu untuk pertama kalinya aku memiliki teman.
Tanpa aku sadari Niza juga ikut berteman dengan Karel padahal saat awal mengenal Karel Niza menunjukan sikap ketidaksukaan nya. Dan sekarang Niza semakin dekat dengan kami, ia bahkan terkadang membawakan bekal untuk kami.
"Enak kan sushi buatan bunda Za?" tanyanya, aku mengangguk. Mungkin karena dibuat dengan kasih sayang sushi nya terasa jauh lebih enak daripada yang di restoran. Karel kembali mencomot bekal Niza.
"Keyma Lo mau lagi?" Ia memberikan kotak bekalnya, aku menolaknya perut ku sudah terlalu penuh untuk memakannya lagi.
"Pelajaran matematika susah banget! Gue gak suka!" Keluh Niza ia memang sangat sulit untuk menyerap pelajaran matematika.
"Nanti Keyma ajarin gimana?" Tawarku, aku sedikit jauh lebih paham, sehingga aku percaya diri untuk memberikan pelajaran tambahan untuk Niza.
"Boleh Key! Lo juga belajar ya Rel!"
"Kok gue dibawa-bawa?" Yaa Karel sangat tidak menyukai buku, ia lebih senang jika nilai ulangannya jelek dibandingkan mendapatkan nilai yang baik. Baginya membuat papanya stres karenanya adalah sebuah kebahagiaan.
"Gue seneng banget bisa temenan lagi sama Lo!" Ujar Niza dengan senyuman di pipi chubby nya.
"Ketemu Lo lagi, gue bahagia banget! Gue inget banget pertama kali kita kenalan Lo susah banget dideketin bahkan gue sampe ngira Lo itu bisu" ia kembali mengenang masa lalu kami.. aku juga senang bertemu Niza kembali bagiku, Niza yang membuatku berani untuk berbicara didepan umum. Dulu ia selalu mendukungku..
"Oh ya? Tapi menurut gue Keyma gak sependiem itu deh" Karel menimpali, ternyata sushi yang dibawa Niza dihabiskan olehnya.
"Iya kan, lihat Keyma sekarang gue seneng! Gue bangga banget sama Lo Keyma!" Ia memelukku dengan erat. Aku hanya tersenyum.
Selama jam pelajaran Niza begitu fokus, tatapan matanya tak teralihkan pada guru yang tengah mengajar di depan. Aku sama sekali tidak fokus, aku hanya menatap keluar jendela sambil memainkan bolpoin yang kupegang.
Karel menungggu kami di gerbang sekolah, ia terlihat kepanasan hingga aku mengajak Niza untuk berjalan lebih cepat.
"Lama ya?" Tanyaku, Karel mengangguk. Kemudian kami berjalan berbarengan ke halte. Sambil menunggu bus datang aku memainkan hp ku.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Hope One Day
General FictionSebenarnya untuk apa aku diciptakan dan dilahirkan ? Apa tuhan memberikan banyak kejutan? Apa tuhan menjanjikan kehidupan yang aku impikan? Tapi nyatanya tuhan selalu berbohong akan janjinya (Belum di revisi. Revisi bisa kapan saja)