14 flascback

917 44 9
                                    

"dek?" Aku menoleh mendapati mbak membawa baki berisi menu sarapanku.

"Sarapan aja gak boleh keluar kamar?" Tanyaku , benar saja dia sangat takut melihat wajah monster ini.

"Nanti pelan-pelan, emosi ibu kurang stabil. Sabar ya"

"Keyma juga gak mau ketemu dia" aku memasukkan buku-ku kedalam tas. Dan hanya mengambil segelas susu.

"Makan rotinya"

Aku menggeleng, menata rambutku. Kemudian merapihkan sedikit seragam ku.

"Keyma berangkat" aku menyalami mbak.

"Oh iya gak boleh lewat depan ya?" Mbak tidak menjawab ia hanya diam, aku sedikit marah pada mbak, seharusnya aku tidak melibatkannya.

Aku membuka pintu samping kamarku yang menuju lorong pintu belakang rumah. Aku sesekali menatap bagian depan rumah berharap mama berdiri disana.

🥀🥀🥀

Tatapan ku masih terfokus ke hp yang kugenggam sejak tadi, menunggu notifikasi pesan dari Lucifer, Lucifer pagi tadi mengirimkan aku pesan kabar baik, dan ia mengajakku untuk bertemu. Tapi setelah menyampaikan kabar itu Lucifer menghilang.

"Keyma!"Niza menepuk punggung ku, bibirnya mengerucut kedepan. Aku mengabaikan ceritanya.

"Sorry.." kataku dengan rasa bersalah.

"Lo ngalamun terus keyma! Ada apa si?" Tanyanya yang masih kesal.

"Ohh gak ada apa-apa... Tadi Lo bilang apa?"

"Lo deh yang cerita, ada apa si?"

"Gak ada apa-apa beneran!.. Karel kemana ya?"

"Ehh iya kemana ya tu anak?!"

Mataku memperhatikan sekitar, aku belum menemukan batang hidung Karel sejak pagi

"Apa sakit ya?"

Mungkin saja ia sakit, karena kemarin lagi dan lagi ayahnya memukulinya lagi, aku sangat sedih melihat wajahnya yang dihiasi memar, apa seharusnya aku mengajak Karel untuk melarikan diri?

"Keyma, Lo akhir akhir ini ngelamun terus, Lo kadang gak dengerin cerita gue, Lo kenapa? Ada masalah? Apa brantem sama mama Lo?"

Niza menatapku khawatir, sebenarnya aku ingin jujur kepadanya, aku tidak ingin membual lagi tentang mama, aku ingin mengatakan jika mama sama sekali tidak ingin bertemu denganku. Tapi ada rasa ketakutan yang aku takutkan. Niza tidak seharusnya mendengarkan ocehan tentang masalahku, ia mungkin tidak akan mengerti karena ia memiliki keluarga yang amat berbeda.

"Mama.. pulang, tadi gue bales pesan mama"

Aku berbohong kembali, tapi melihat ekspresi Niza ia terlihat senang, ia terlalu percaya tentang kebohongan ku.

"Wahh bagus dong! Lo harus ngehabisin banyak waktu sama mama Lo!"

Aku mengangguk pelan, Niza maaf..

🥀🥀🥀

Tiba-tiba lampu menyala, aku menghentikan langkahku dan berdiri mematung dengan bodohnya, aku terkejut melihatnya berdiri dengan m menatapku dan aku membalas tatapannya.

Aku begitu gugup, mama menatap ku, aku mencoba mengalihkan pandangan ku tapi aku telalu terkejut melihat mama. Mama menghampiriku dan menatapku dari ujung kaki hingga kepala.

Aku tidak pernah berfikir mama benar-benar menamparku, tamparannya seperti menghentikan waktu aku hanya dapat mendengar degup jantung ku. Pipiku perlahan terasa memanas. Aku menatapnya linglung, semuanya terasa berputar begitu cepat, aku tidak bisa mendengar suara dengan jelas, bunyi bising yang entah dari sumbernya memekikan telinga ku.

I Hope One DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang