"Than, kenapa enggak masuk kedalam?"
Bella dan Fifi sontak menoleh kearah sumber suara. Yang paling kaget disini adalah Fifi. Memang cewek itu tidak mengetahui status yang dimiliki mereka berdua. Bella langsung berdiri dan menghampiri cewek yang tadi.
"Kak! Kak Sheila, Erthan enggak parah banget kan lukanya? Enggak harus sampe dioperasi kan?" Tanya Bella dengan nada sangat sedih mendengar apa yang sudah ia dengar dari Arthan.
Sheila memegang kedua pundaknya. Menggeleng sambil tersenyum hangat kepada Bella, "Erthan memang harus dioperasi. Kamu jangan khawatir, Erthan kita kuat kok,"
Bella kaget saat Sheila mendengar kata "Erthan kita" dan ada denyut nadinya yang dag-dig-dug senang disaat seperti ini. Namun, Bella berusaha menghilangkan itu untuk sekarang.
Sheila tersenyum kepada Bella, lalu dirinya beralih pada Arthan yang sangat terpukul sekarang. Cowok berambut berantakan itu sangat kencang menangis dan seperti orang yang tidak berdaya.
"Ar, kenapa kamu nangis sih?"
Arthan diam sambil sesenggukkan. Tangannya memegangi dada kirinya untuk menahan tangisannya. Fifi yang ada disebelah Arthan, memilih untuk berada di sebelah Bella agar tidak mengganggu mereka berdua.
"Bell, mereka pacaran?"
Bella menoleh kearah Fifi, lalu mengangguk. Kemudian disambut anggukan pelan dari Fifi karena enggak mungkin ia heboh disaat seperti ini.
"Sayang, lihat aku," kata Sheila yang memegang kedua pundak Arthan. Namun, orang itu tetap menundukkan kepalanya.
"Ar," panggil Sheila lagi dengan lembut.
Arthan menoleh dengan matanya yang bengkak, lalu sesenggukkan.
"Aku enggak mau Erthan kenapa-kenapa, Sheil. Aku nyesal nyuruh dia pergi biar bisa bergaul dengan anak-anak komplek. Aku nyesal, Sheil!" Jawab Arthan dengan emosi. Ia mengaku kalau ia tidak bisa memaafkan dirinya sendiri.
Sheila menatap Arthan, kalau seperti ini terus ia juga tidak akan tahan dengan suasana sedih ini. Dengan perlahan, Sheila memeluk tubuh Arthan dan menenanginya. Perlahan, Sheila juga menitikkan air mata kesedihan.
Melihat keadaan seperti ini, Bella dan Fifi tampaknya enggak tahu harus berbuat apa. Disini, peran yang sangat tersentuh adalah Bella. Cewek ini akan sangat-sangat menangis jika ia melihat apa yang sebenarnya terjadi. Fifi sadar, temannya itu juga memiliki emosi sedihnya sendiri. Ia menjulurkan tangannya ke pundak kirinya, dan menepuk-nepuk pelan.
"Bell, gue mau nangis nih. Lo gak mau meluk gue gitu? Tanya Fifi.
***
Dikantin rumah sakit, Bella dan Fifi memesan minuman untuk menenangkan mereka sendiri. Fifi sedang minum jus yang ia pesan, sedangkan Bella hanya mengaduk-ngaduk teh manis yang ia pesan.
"Bell, kok diaduk-aduk aja sih? Diminum lah,"
Bella menggeleng dengan tatapan datar, "Gue enggak bisa minum, Fi. Gue enggak rela minum disaat Erthan kehausan di ruangan itu,"
Fifi mengerucutkan bibirnya, "Ya tapi kan,"
Bella menoleh kearah Fifi, lalu ia berdiri dan menjatuhkan sedotannya kedalam gelas panjang itu.
"Gue mau ke Erthan. Bayarin minuman gue dulu,"
Fifi langsung menjawab, "Hooh, gue bayarin."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Life Wonderful
Teen FictionKisah dua cewek yang jomblo dan dengan dua cowok yang populer. Mereka belajar di Universitas Harapan Bangsa. Mereka adalah Erthan si Cuek tapi penyayang, Bella si masa bodo tapi ribet, Fifi si pecinta cogan lewat tapi selalu bahagia, dan Ferdi si pe...