Dirumah Renal, sedang banyak orang didalamnya. Keluarga dari pihak ibundanya datang kerumah, adek yang paling bungsu ibundanya datang untuk memberi bingkisan kepada Renal yang tengah berulang tahun itu.
Suasana dirumah sangat tenang dan nyaman, hingga akhirnya Renal datang tanpa permisi dengan wajah kesalnya. Cowok itu langsung pergi ke kamarnya yang ada dilantai dua. Membanting ponselnya setelah masuk kedalam kamar, dan melakukan hal-hal yang sifatnya riweuh1. Meninju angin lah, berteriak tidak jelas lah, hingga akhirnya ia membanting diri diatas kasurnya. Mengusap wajahnya dengan kasar sambil memasang ekspresi kesal dan marah.
"Kenapa sih, dari dulu gue enggak pernah bisa dekat sama Bella? Pasti ada aja yang ngeganggu. Siapa sih tuh orang? Erthan? Orang sakit gitu aja dikasihanin." Gerutu Renal yang tidak juga tenang dari emosinya.
Ia bangkit dari kasurnya. Menatap kedua tangannya yang tadi hampir saja mendapatkan Bella yang sudah lama tidak bertemu dengannya. Hampir saja.
"Kalo orang sakit itu enggak teriak, gue udah meluk dia. Gue udah melepas kangen gue sama dia. Halah!"
Renal penuh dengan amarah. Betapa marahnya dia dengan kejadian tadi. Banyak sekali yang melihatnya terjatuh karena tidak sadar didorong oleh Bella. Renal menggeleng mengingat kejadian itu lagi.
Tiba-tiba, ide cemerlang dari seorang Renal muncul begitu saja. Terlukis senyuman jahatnya dengan suara tawa yang menyeramkan. Renal tahu apa yang harus ia lakukan untuk membalaskan kejadian yang tadi.
***
Kebesokkan harinya dirumah sakit, sekarang Bella dan Erthan sedang menunggu kedatangan Arthan dan juga Sheila yang katanya mau kesini menjenguk Erthan yang sudah siuman. Erthan senang mendengar kedatangan itu. Ia juga sekarang tampak sehat dan sudah bisa aktivitas seperti biasa. Walaupun masih harus dalam pengawasan Bella dan juga belum boleh banyak bergerak apalagi keluar dari ranjang pasien itu.
"Bell, Fifi sama Ferdi mau kesini gak? Atau mereka ada rencana gitu mau jengukin gue?" Tanya Erthan kepada Bella yang sedikit ingin mereka datang saat ini.
Bella menoleh kearah Erthan, "Mereka? Enggak deh kayaknya,"
Erthan mengerutkan keningnya, "Kenapa emangnya?"
Bella mengaduk bubur ayam yang ada ditangannya itu, "Lah mereka ngapain kesini? Kemarin bukannya udah? Lagian, mereka enggak bakalan langsung kangen gitu kali sama lo. Jenguk? Pasti sih mereka jenguk. Tapi gue enggak tahu hari ini mereka jenguk atau enggak," jawab Bella yang ala kadarnya.
Erthan memelaskan wajahnya. Mendengar perkataan super jujur dengan wajah datar itu bukan keinginannya melihat Bella saat ini. "Yaudah,"
Erthan diam menyebabkan Bella diam. Entah mengapa, cewek ini tidak berbicara kalau bukan Erthan yang membuka topic pembicaraan. Erthan menggaruk telinga bagian belakangnya.
"Bell, lo udah tau kapan jadwal tes jalan gue?" Tanya Erthan dengan santai.
Bella memberi suapan bubur kepada Erthan, "Tanggal 15?"
Erthan tampak syok mendengar jawaban dari Bella. Hampir saja bubur yang ada dimulutnya, terbuang sia-sia.
Bella mengerutkan keningnya, "Kok syok gitu sih? Biasa aja kali!!!"
"Yaiyalah gue syok. Tes jalannya hari ini. Gila lah! Lo lagi enggak ngasih tahu gue kapan jadwalnya," protes Erthan sambil mengunyah bubur.
Bella memelaskan ekspresinya sebentar, lalu memberikan suapan terakhir kepada Erthan. "Maaf ya baru gue kasih tahu. Gue kira lo bakalan happy kalo gue kasih tahu dadakan," kata Bella dengan nada bicara yang biasa saja dan tidak terlalu ceria karena syok seperti Erthan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Life Wonderful
Teen FictionKisah dua cewek yang jomblo dan dengan dua cowok yang populer. Mereka belajar di Universitas Harapan Bangsa. Mereka adalah Erthan si Cuek tapi penyayang, Bella si masa bodo tapi ribet, Fifi si pecinta cogan lewat tapi selalu bahagia, dan Ferdi si pe...