bagian 14

13 3 0
                                    

Sebenarnya, Fifi sudah tidak tahu lagi harus berkata apa. Sebab, kegigihan Bella terhadap perubahan baik seorang Renal pasti akan terjadi. Walaupun, dalam kenyataan nanti hal tersebut belum tentu seratus persen benar. Fifi sampai sekarang masih belum mengerti apa maksud dari Bella yang sekarang.

"Fi, percaya aja sih. Lagian, semua orang 'kan pasti berubah?"

Fifi melengos menatap Bella. Ia duduk dibangku yang ada dilingkungan rumah sakit itu. Ya, mereka sedang berada dirumah sakit dan masih menunggu Erthan yang belum siuman.

"Bell, lo tau lah gimana sikap dan sifat Renal sama lo. Dia itu over possessive, Bell. Gue enggak mau ah kalo lo ketemu dia. Yang ada dia malah maksa-maksa lo yang enggak-enggak." Kata Fifi yang masih mencurigai sifat Renal. Bella melipatkan kedua tangannya.

"Yaudah deh kalo emang lo enggak setuju buat gue ketemu sama Renal. Tapi, gue mau nanya deh. Seharusnya, lo enggak ngasih tahu gue tentang keberadaan Renal yang nyari gue. Jangan bilang lo... udah ketemu sama dia?" Tanya Bella yang dijawab dengan anggukan kepala.

"Tapi, gue ketemu dia juga karena gue ketemu Ferdi."

Bella menatap bingung ke Fifi.

"Ternyata Ferdi itu temannya Renal. Gue enggak sempat nanya mereka kenalan dimana. Terus yang bikin gue heran, dia kenal gue kayak udah kenal dekat banget gitu, Bell. Yaa... mau gimana ya? Namanya juga dia kayak kenal gue dengan baik gitu. Yaudah gue bales aja dengan baik tapi didepan dia doang. Pas dibelakang sama si Ferdi, gue caci maki dia." Cerita Fifi yang penuh kekesalan. Bella hanya diam mendengarkan Fifi.

"Ferdi juga sih. Dia tahu kalo Renal tuh kenal sama gue. Tapi kenapa dikenalin juga sih? Demi lo, gue rela ngejauhin lo sama Renal waktu itu, Bell. Sampai akhirnya gue kasi waktu kalian buat berdua untuk yang terakhir kalinya. Walaupun berakhir dengan keheningan yang datar bagi lo tapi bagi dia itu keheningan yang berat, mungkin. Gue bersyukur sih lo akhirnya melepas dia." Gerutu Fifi.

Bella langsung memotong pembicaraan Fifi, "Plis, gue bukan melepas dia. Fi, gue tuh enggak ada rasa sama sekali ke Renal. Mau sampai kapan sih lo itu merasa kalo gue tuh punya rasa sama dia?" tetap saja itu tidak bisa dibiarkan. Sampai saat ini, Bella hanya menganggap Renal sebagai kakak saja.

"Gue enggak mengaggap lo gitu Bell. Tapi, dengan lo bersikap seperti itu, bukannya itu malah membuat lo terjebak akan rasa suka yang dipendam Renal? Bell, gue enggak mau lo jadi kayak dulu lagi. Udahlah. Renal enggak usah lo respon dengan baik gitu. Lo pikirin aja kesehatan Erthan. Dia jauh lebih penting kan daripada Renal?" perkataan Fifi berhasil membuat Bella bungkam. Maksudnya, Bella terdiam sambil berpikir. Walaupun seharusnya, dia tidak perlu berpikir seperti saat ini. Toh, jawabannya sudah ada seharusnya.

Bella tersenyum kepada Fifi. "Gue seharusnya enggak gini ya, Fi? Makasih banyak. Gue selama ini memang menganggap Renal adalah orang yang baik dan begitu juga sampai sekarang. Makasih buat lo yang udah bantuin gue selama ini. Tapi Fi, gue harus bersikap adil dan enggak bisa berubah gitu aja. Percayalah sama gue, Fi. Gue dan Renal, enggak ada apa-apa dan selamanya tidak akan terjadi hal yang dapat merubah gue walaupun Renal masih belum berubah. Oke?"

Flashback off~~

Fifi menggigit jari menunggu kedatangan mereka. Ferdi dan Renal yang mungkin akan pergi kekampus hari ini. Fifi juga sempat menyangkal bahwa Renal pindah universitas dengan gampangnya ke universitas ini. Yah, Renal bukan anak dari orang tua miskin. Renal bisa pindah ke sekolah mana saja yang dia inginkan. Sebenarnya, Renal juga bukan anak yang manja seperti orang-orang yang biasanya. Namun, sifat keras kepala Renal dan karena ajaran orang tuanya yang selalu menggampangkan segala kebutuhan Renal. Tetapi, sebaik apapun dia, dia sudah berhasil membuat Bella seperti ini. Sifatnya yang enggak mau kalah dari orang, selalu memaksa kehendak orang, dan yang pasti Renal adalah orang yang paling Fifi tidak sukai.

My Life WonderfulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang