BAGIAN 1

138 12 0
                                    

' Aku harus menyelesaikan semuanya. Persoalan ini harus selesai sampai di sini.'

Terlihat seorang wanita dengan pakaian sutra dan mewah, namun bersimbah darah. Berdiri dengan raut wajah kecemasan. Dengan tangan bergetar, ia pun memperbaiki letak dongjeong pada jeogori yang di kenakannya.  
" Aku harus kesana. Semuanya harus selesai hari ini juga." ucap wanita tersebut dengan suara bergetar namun tetap tegas.
" Jungjeon Mama!!" seru tertahan para dayang istana.

🌺🌺🌺

7 tahun yang lalu...

" Agasshi, ini pesanan obat anda." ucap penjual obat kepada Hea Seung.
Kansammida Ajjessi." balas Hea Seung dengan senyum ramah. Saat ini Hea Seung berada di pasar, tepatnya di sebuah toko obat. Ia membeli obat herbal untuk ibunya,Nyonya Soo Ro. Setelah membayar ia dan pelayan pribadinya, Seora. Beranjak dari toko tersebut.
" Agasshi, apa Anda sudah ingin pulang?." seru Seora sambil menjajari langkah Hea Seung.
" Aku rasa sudah tidak ada lagi yang perlu di beli. Jadi, kita bisa langsung pulang. Apa ada tempat yang ingin kau kunjungi..?" tanya Hea Seung sambil menatap Seora di sampingnya.
" Ehh,hanya...bukan apa-apa." ucap Seora akhirnya.
" Apa kau ingin mengunjungi tempat itu lagi?. " ucap Hea Seung sambil tersenyum jahil.
" yee, apa saya boleh kesana. Sebentar saja.??!" ucap Seora penuh harap.
" Tentu saja. Tapi, jangan kelamaan. Aku akan menunggumu di toko buku depan sana." ucap Hea Seung terseyum seraya menunjuk kearah toko buku tersebut.
" Kansammida Agasshi..!" Seora pun beranjak dan menghilang di telan kerumunan orang yang lalu lalang di pasar pagi ini.

Seora lebih tua 3 tahun dari Hea Seung yang kini telah berumur 13 tahun. Meskipun demikian, Hea Seung sangat menyayangi Seora. Ia telah menganggap Seora sebagai sahabat sekaligus keluarga. Seora memang sering mengunjungi salah satu sanggar tari di dekat pasar. Ia sering mengintip dari kejahuan aktivitas para penari tersebut. Namun, itu hanyalah alasan bagi Seora. Ia sebenarnya lebih suka memperhatikan seorang pemuda seumurannya. Anak dari pemilik sanggar tari tersebut.

🌺🌺🌺

Di toko buku, Hea Seung pun mulai melihat-lihat buku yang menurutnya menarik. Hea Seung sangat suka membaca. Ia sering mengisi waktu senggangnya dengan membaca buku.
Walaupun di joseon perempuan di batasi untuk membaca buku. Hal tersebut juga di rasakan oleh Hea Seung. Hea Seung didik dengan ketat oleh kedua orang tuanya. Terutama sang Ayah, Kim Baek Doung.

Kim Baek Doung menjabat sebagai Perdana Menteri Aparatur Negara. Ia dikenal sebagai politikus yang lihai dalam bersilat lidah, memiliki jalan pikiran yang sulit di tebak oleh lawan, dan mampu membuat semua orang tercengan atas usulan yang di ajukannya setiap pertemuan kabinet di istana. Saat ini, Kim Baek Doung merupakan pemimpin tertinggi dari klan Kim. Klan Kim termasuk klan yang tidak memihak kepada siapa pun atau bersifat netral. Di istana terdiri dari dua faksi yang berkuasa. Faksi Barat dipimpin oleh klan Park sedangkan Faksi Selatan dipimpin oleh klan Choi.

Kedua klan ini bersaing untuk memperluas kekuasaan. Lain halnya dengan klan Kim yang bersifat netral. Namun, hal tersebut dinilai lebih berbahaya. Sebab, air yang tenang tidak selamanya dangkal.

Hal tersebut menjadi beban tersendiri bagi Hea Seung sebagai putri tunggal keluarga Kim. Ia lebih memilih menyediri. Bahkan terkadang acuh tak acuh dan memiliki sikap yang dingin dan tidak bersahabat. Menghidar bergaul di masyarakat yang sering bergunjing di belakangnya, mengenai klan Kim dan keluarganya yang di nilai terlalu kakuh dan memiliki maksud terselubung. Hea Seung di didik dan dibesarkan untuk menjadi wanita bangsawan dengan segala peraturan yang menurutnya menyebalkan. Sehingga kecintaannya terhadap buku harus ia tekan kuat- kuat.

The Other DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang