Udara semakin hari semakin dingin. Saat ini sudah memasuki pertengahan musim dingin. Salju pun semakin tebal menutupi tanah. Membuat semuanya terlihat putih.
Sudah seminggu sejak kematian sang Raja. Istana masih di selimuti kesedihan yang mendalam. Seluruh penghuni istana pun menanggalkan pakaian berwarnanya, dan memakai pakain serba putih. Menandakan masa berkabung telah di mulai.
Dan sejak saat itu, Hea Seung berusaha keras menata hatinya. Terlalu banyak hal yang ia tidak mengerti terjadi di sekitarnya. Pesan sang ayah, sikap Lee Woon yang dingin kepadanya. Hea Seung beranggapan hal tersebut terjadi karena Lee Woon masih mengenang Nona Sea Yoo. Namun, Hea Seung mulai memahami bahwa hal tersebut tidaklah sesederhana itu. Ia merasa ada hal yang lebih besar yang telah terjadi. Dan hal terakhir yang mengganggunya ialah pesan terakhir sang Raja kepada dirinya.
Memintanya untuk menjadi pendamping yang seharusnya. Hea Seung paham bahwa sang Raja mungkin tidak terlalu percaya terhadap ayahnya. Sehingga ia pun ikut di curigai.
" Mama... Bubur gingseng yang Anda pesan dari dapur istana telah siap." ucap Cho Sanggong kepada Hea Seung.
" Baiklah, kita akan menemui Seja Jeoha." ucap Hea Seung sambil berdiri.
Hea Seung akhir-akhir ini sedikit menyibukkan diri untuk menghibur Lee Woon. Karena sejak masa berkabung dimulai, ia sangat jarang melihat suaminya itu tersenyum. Mungkin Lee Woon selama ini tidak pernah tersenyum kepada Hea Seung, namun ia tau bahwa saat ini Lee Woon sangat terpukul.
🌺🌺🌺
Sesampainya di depan ruangan belajar yang akhir-akhir ini menjadi tempat persembunyian Lee Woon. Hea Seung menghentikan langkahnya dan mengeluarkan tangannya dari balik dangui putih yang ia kenakan. Seakan mengerti, Cho Sanggong pun mengambil alih wajan yang berisi semangkuk bubur dari para dayang di belakangnya lalu menyerahkannya kepada Hea Seung.
Sambil memegang wajan tersebut, Hea Seung pun memandang kearah para pengawal yang berjaga di depan pintu.
" Maafkan kami Mama, tapi saat ini Seja jeoha tetap tidak mengizinkan orang lain untuk masuk ke dalam." ucap salah satu pengawal tersebut dengan wajah bersalah.
Ya, ini merupakan kali kesekian Hea Seung mengunjungi Lee Woon dan membawa berbagai hal yang ia sukai. Berharap bahwa suaminya itu akan merasa lebih baik. Namun, sepertinya Lee Woon tidak membutuhkan hal tersebut. Bahkan melarangnya untuk masuk kedalam sana.
" Apa yang kau bicarakan!! Bingoong-mama bukanlah orang lain." ucap Cho Sanggong sambil memandang kecewa kepada pengawal tersebut.
" Tapi, tetap saja. Ini merupakan perintah Seja Jeoha." balas pengawal tersebut tidak terima.
Hea Seung hanya terdiam membisu. Ia tau hal ini mungkin sedikit sulit. Lee Woon mungkin masih butuh waktu sendiri.
" Baiklah... Tapi, tolong berikan bubur ini kepada Seja Jeoha." ucap Hea Seung sambil menyerahkan wajan di tangannya kepada pengawal tersebut.
" Mari kita pergi Cho Sanggong..." seru Hea Seung kemudian sambil menyembunyikan kedua tangannya di balik dangui lalu beranjak pergi.
" Ye, Mama.." balas Cho Sanggong enggan.
🌺🌺🌺
Saat sampai di depan kediamannya, Hea Seung melihat sang ayah tengah berdiri disana. Beliau pasti sedang menunggu dirinya.
" Abojie.." Seru Hea Seung tak kalah ia telah berada di dekat ayahnya." Mama..." ucap Kim Baek Doung sambil membungkuk sedikit memberi hormat.
Di dalam ruang yang digunakan untuk menjamu tamu, Hea Seung dan sang ayah pun duduk sambil menikmati secangkir teh.
" Apa yang membuat Abojie datang berkunjung?" ucap Hea Seung sambil menatap sang ayah penuh selidik.
" Setelah masa berkabung berakhir, penobatan Anda sebagai ratu akan segera dilaksanakan. Saya berharap Anda dapat menjadi pegangan Klan Kim yang sesungguhnya. Bersikap bijaklah, mungkin angin akan lebih kencang menerpa Anda nantinya. " ucap Kim Baek Doung sambil menghela nafas perlahan.
" Kau harus melakukan yang terbaik." lanjutnya seraya memandang tajam kearah Hea Seung berada.
Hea Seung hanya terdiam. Ia merasa pundaknya terasa berat. Mengingat terlalu besar tanggung jawabnya kelak. Namun entah mengapa, ia teringat akan sesuatu.
" Sebagai pondasi Klan, saya ingin mengetahui apa yang telah terjadi selama ini Abojie. Saya rasa, sudah saatnya saya juga ikut terlibat dalam masalah klan." Ucap Hea Seung tenang. Namun, kedua tangannya bergetar di balik dangui yang dikenakanya.
' Aku harus terlihat meyakinkan untuk mengetahui segalanya' batin Hea Seung tak kalah ia melihat keraguan di wajah sang ayah.
" Jika aku memahami semuanya dengan baik, maka aku bersedia menjadi pemimpin Klan Kim seperti yang Abojie inginkan..." ucap Hea Seung tegas.
" Hal apa yang ingin kau ketahui?" ucap Kim Baek Doung dengan suara beratnnya.
" Segalanya, terutama mengenai pemilihan Putri Mahkota dalu." balas Hea Seung cepat, namun tetap memasang wajah tenang untuk meyakinkan sang Ayah.
" Mungkin ini cukup panjang, dan membutuhkan waktu yang tidak singkat. Dan...setelah ini, tidak ada lagi kebohongan di antara kita Mama." ucap Kim Baek Doung sambil menatap tajam putrinya itu.
Hea Seung sedikit terkejut, ayahnya mengetahui maksudnya. Namun, setidaknya ia akan segera mengetahui segalanya. Sehingga ia bisa menata hati dan tujuannya kelak.
" Karena Anda telah berjanji untuk memimpin klan seperti yang kami inginkan, maka saya rasa itu merupakan harga yang setimpal untuk mengungkit kembali masa lalu yang terkutuk itu." ucap Kim Baek Doung dingin.
🌺🌺🌺
Di bagian selanjutnya akan saya hadirkan alasan dari semua hal yang terjadi di antara klan. Di sana juga akan menjadi titik dimana Hea Seung mengubah cara pandangnya. Atau dengan kata lain sikap Hea Seung akan berubah.
Mungkin ceritanya akan sedikit berat, namun saya berharap kalian tetap menyukainya.
Mohon dukungannya.Sulawesi Selatan, 03 Juli 2018.
Kosakata:
Seja Jeoha : (Yang Mulia Putra Mahkota).
Bingoong-mama : (Yang Mulia Putri Mahkota).
Sanggong : (Dayang istana tingkat tinggi).
Dangui : (Baju yang memiliki panjang lebih dibandingkan dengan Jeogori. Biasanya digunakan di dalam istana).
Abojie :(Ayah).
Mama : (Yang Mulia).
KAMU SEDANG MEMBACA
The Other Destiny
Historical Fiction" Aku ingin bahagia sekali. Tapi, itu membuat mu menangis." Kim Hea Seung. " Kau mungkin bisa mendapatkan semuanya. Tapi, tidak dengan hati ku." Lee Woon. Kisah ini menceritakan tentang Pengorbanan,Penderitaan, dan Penghianatan serta Harapan akan CI...