BAGIAN 6

48 4 0
                                    

Angin berhembus menerpa wajah putih Hea Seung. Wajah yang menyiratkan kesedihan dengan tatapan kosong. Ia masih tidak nyaman dengan kejadian hari ini. Ia memang telah menduga hal tersebut akan terjadi. Tapi, ia tidak bisa membohongi diri sendiri.
' Aku tidak menyukai hal ini.'

Saat ini, ia tengah berada di salah satu taman istana yang tidak jauh dengan lokasi pemilihan putri mahkota. Ia berdiri di dekat kolam ikan sambil menenangkan pikiran.
" Apa yang akan aku lakukan selanjutnya.?" guman Hea Seung bertanya kepada diri sendiri.

" Maaf membuatmu menunggu.!"  seru seorang pemuda sambil berlari kecil kearah Hea Seung berdiri.

Hea Seung yang berada pada posisi menghadap kearah kolam ikan tidak dapat mengetahui siapa gerangan pemuda yang berbicara kepadanya. Namun, Hea Seung enggan untuk berbalik dan tetap pada posisinya.

" Aku mendengar dari kasim Go bahwa kau masuk pada tahap kedua. Aku senang mendengarnya." ucap pemuda tersebut kepada Hea Seung yang juga belum berbalik.
' Kasim?? Apa dia seorang kasim yang diutus oleh Abojie?' batin Hea Seung menerka.

" Apa kau marah karena menunggu ku terlalu lama.?" seru pemuda itu lagi.
' mengapa aku harus marah? Memangnya dia siapa? Dan apa hubungannya dengan ku?' batin Hea Seung semakin penasaran. Ia pun memutuskan untuk hendak berbalik. Namun terhenti oleh ucapan pemuda itu.

" Aku minta maaf Sea Yoo-aa. Tapi, aku sangat bahagia mendengar kau akhirnya bisa masuk pada tahap kedua. Aku sudah tidak sabar untuk menggenggam tanganmu sebagai Putri Mahkota kelak."

Hea Seung sedikit terkejut dengan apa yang dia dengar. 'Apakah nona Choi Sea Yoo memiliki hubungan dengan...'

Hea Seung akhirnya berbalik dan menemukan seorang pemuda mengenakan pakaian kerajaan dengan lambang naga bercakar empat. Pemuda itu terkejut melihat Hea  Seung hingga mundur selangkah.
Begitu pula dengan Hea Seung yang masih mencerna kalimat yang di lontarkan pemuda tersebut. Dan seperkian detik kemudian...
" Seja jeoha..!" seru Hea Seung tertahan, kemudian menunduk memberikan salam.
" Bagaimana bisa..ini...??!" seru Lee Woon. Ia tidak menyangka akan salah mengenali seseorang. Gadis yang ada di hadapannya saat ini bukanlah Choi Sea Yoo.

" Aku rasa ada kesalahan disini. Anggaplah hal ini tidak pernah terjadi." ucap Lee Woon dengan dingin.
" Yee, Jeoha." balas Hea Seung patuh.
Mendengar hal tersebut. Lee woon merasa tidak asing dengan suara tersebut.
" Angkat wajah mu.!" ucap Lee Woon ingin memastikan.

🌺🌺🌺

Di taman lainnya di istana. Choi Sea Yoo tampak duduk menunggu seseorang. Atau lebih tepatnya menunggu Lee Woon. Setelah pembacaan nama kandidat yang masuk pada tahap kedua tadi. Seorang kasim mendatanginya dan memberikan sebuah surat. Surat itu dari Lee Woon dan menyuruhnya untuk menemuinya di taman istana di dekat lokasi pemilihan. Ia sangat senang dan tidak sabar memberitahu Lee Woon tentang hal tersebut.

" Apa kau sedang menunggu seseorang.?" seru seorang pemuda kepada Sea Yoo. Pemuda tersebut mengenakan pakaian kerabat kerajaan. Atau lebih tepatnya ia seorang pangeran.
" Perkenalkan nama ku Lee Yoon. Aku perhatikan kau sedang menunggu seseorang.?!" ucap pangeran Yoon kepada Sea Yoo sambil terseyum ramah.

" Yee, Mama. Saya Choi Sea Yoo. Putri perdana menteri Penasehat Negara. Choi Hyu Seok. Suatu kehormatan bisa bertemu dengan Anda." balas Sea Yoo sopan.

" Hmmm, boleh ku temani..?" Ucap Pangeran Yoon dengan seyuman.
" Ehhh.. Suatu kehormatan untuk saya." balas Sea Yoo enggan. Ia tidak menyangka akan bertemu dengan pangeran Yoon di saat seperti ini.
" Taman ini ternyata cukup indah. Aku tidak pernah datang kesini sebelumnya. Ada taman yang lebih indah lagi. Aku sering kesana bersama kakakku." seru pangeran Yoon antusias.
' Mungkinkah Seja Jeoha menunggu ku di taman itu.?' batin Sea Yoo.

" Apa kau ingin kesana? Taman itu tidak jauh dari sini." tanya pangeran Yoon kepada Sea Yoo.
" Jika tidak merepotkan." balas Sea Yoo sopan.
" Tentu saja tidak. Ayo!!" seru Pangeran Yoon sambil berdiri.

🌺🌺🌺

Hea Seung pun mengangkat wajahnya dan memandang Putra Mahkota di hadapannya. Ia sempat terkejut sesaat, namun berhasil menutupinya.

" Bukankah kau gadis di toko buku waktu itu.?" ucap Lee Woon sambil menatap Hea Seung.

" Maaf karena tidak mengenali Anda saat itu. Saya pantas di hukum." balas Hea Seung sambil menunduk cepat namun tetap tenang. Sebenarnya ia juga takut karena telah berperilaku kurang ajar di toko buku waktu itu.

" Ternyata itu benar kau. Aku tidak sempat menanyakan namamu.!" ucap Lee Woon.
" Saya Kim Hea Seung. Putri perdana menteri Aparatur Negara. Kim Baek Doung. Suatu kehormatan bisa bertemu dengan Anda." ucap Hea Seung sopan.

Kemudian, Lee Woon tidak sengaja melihat Sea Yoo berjalan bersama pangeran Yoon dari kejahuan. Melihat hal tersebut, ia langsung berpamitan dengan Hea Seung.
" Aku rasa, aku harus pergi. Terimakasih mengenai buku itu."
Ucap Lee Woon sambil bergegas meninggalkan Hea Seung.

Dari kejahuan, Hea Seung dapat melihat Sea Yoo dan Pangeran Yoon membungkuk hormat kepada Lee Woon. Mereka tampak saling berbincang dengan hangat.

' Nona Sea Yoo dikelilingi banyak orang yang menyayanginya.'

🌺🌺🌺


Sulawesi Selatan, 18 April 2018.

Kosakata:
Seja Jeoha : panggilan hormat untuk Putra Mahkota (Yang Mulia Putra Mahkota).
Mama : Panggilan hormat (Yang Mulia).
Abojie : (Ayah).

Terimakasih karena sudah menyempatkan diri untuk membaca kisah ini.
Mohon dukungannya.

The Other DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang