Malam hari yang tenang dikediaman Kim.
" Agasshi, tuan besar menyuruh Anda menemuinya di ruang belajar saat ini." seru Seora di depan kamar Hea Seung.
Sejak kepulangannya dari istana hari ini. Hea Seung sudah menunggu sang ayah. Ia ingin menanyakan sejuta pertanyaan yang bersarang di otaknya. Ada banyak tamu dari Klan Kim yang bertamu malam ini. Sehingga kesempatan untuk menemui sang ayah tidak ada.
Sehingga saat mendengar penuturan Seora, ia langsung bangkit dan berjalan cepat menuju ruang belajar. Hal ini harus menemukan titik terangnya.
" Abojie, ini Hea Seung." ucap Hea Seung saat berada di depan pintu.
" Masuklah..!" seru Kim Baek Doung dari dalam dengan suara berat.Hea Seung pun membuka pintu dan memberikan salam terlebih dahulu. Kemudian duduk dihadapan sang ayah.
" Apa semua baik- baik saja? Tahap tiga tidak terlalu buruk." ucap Kim Baek Doung sambil meminum tehnya perlahan.
" Abojie,.." ucap Hea Seung sambil memandang lurus kearah sang Ayah di hadapannya." Hari ini, kerabat keluarga Kim banyak berkunjung. Tahap ketiga memiliki dampak cukup bagus. Kau akhirnya dapat berguna juga." ucap Kim Baek Doung sambil menerawang jauh.
" Abojie, ini tidaklah benar. Anda telah berjanji akan membuat ku tidak terlibat. " seru Hea Seung tertahan." Tahap ketiga bukanlah akhir. Kau seharusnya tahu itu. Besok semuanya akan jelas.!!" balas Kim Baek Doung tajam.
Hea Seung tahu ia tidak akan terpilih, namun setelah keputusan besok. Ia akan menjalani hidup sendiri selamanya. Dan semua hidupnya akan berakhir sampai di situ. Jika memang begini akhirnya. Kenapa tidak mencari jalan keluarnya pada tahap pertama dan mengakhiri semuanya. Karena pada kenyataannya ia tetap tidak akan terpilih.
" Semua ini, untuk klan Kim. Setidaknya kita bisa menunjukkannya pada mereka. Aku akan mencari jalan keluar." seru Kim Baek Doung dengan wajah tenang.
Hea Seung terdiam. Pada akhirnya ini semua hanya untuk klan Kim. Jalan keluar yang dijanjikan sang ayah ternyata hal yang menyakitkan.
Jalan keluar untuk hal ini hanya satu. Menjadi seorang selir.
" Abojie.. " lirih Hea Seung bersamaan dengan keluarnya cairan hangat di ujung matanya.
Seakan melupakan sumua tatakrama, Hea Seung bangkit tampa melakukan penghormatan dan langsung meninggalkan ruangan itu. Sambil berusaha menahan semua emosi dalam dirinya. Sayup-sayup terdengar oleh telinganya. Sang ayah seperti mengucapkan suatu hal.' Semuanya bisa berubah pada detik terakhir sekalipun.'
Entah apa yang dipikirkan Kim Baek Doung. Namun, Hea Seung tidak lagi memperdulikan hal itu.
🌺🌺🌺
Di waktu yang sama di suatu tempat. Tepatnya di dalam sebuah kamar.
" Mim Sun-aa, apa yang terjadi.? Apa kau merasakan sakit lagi.?" seru panik Nyonya Jang. Ibunda Park Min Sun.
Saat ini, dikediaman Park diselimuti oleh suasana mencekam. Park Bo Doun terlihar panik dan tergesa-gesa menuju kamar sang putri, Park Min sun. Sejak pulang dari istana hari ini, Min Sun terlihat begitu pucat dari biasanya.
Suatu rahasia yang selalu berusaha kediaman Park tutupi. Penyakit Park Min Sun, paru-paru basa. Penyakit yang diderita sejak lahir tersebut membuatnya terlihat pucat dari hari ke hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Other Destiny
Historical Fiction" Aku ingin bahagia sekali. Tapi, itu membuat mu menangis." Kim Hea Seung. " Kau mungkin bisa mendapatkan semuanya. Tapi, tidak dengan hati ku." Lee Woon. Kisah ini menceritakan tentang Pengorbanan,Penderitaan, dan Penghianatan serta Harapan akan CI...