Tak terasa waktu berlalu begitu cepatnya. Masa berkabung pun telah berakhir. Namun, kesedihan masih menyelimuti hati setiap orang yang mengenangnya.
Pun Meski begitu, semua harus dapat merangkak dari masa lalu. Bersiap menghadapi setiap kenyataan yang akan menyambut di masa depan. Hanya saja, diantara kita tidak ada yang tau seperti apakah kenyataan itu akan hadir.
Hari ini memasuki pertengahan musim Semi. Semerbak bunga bermekaran dan pepohonan pun kini kembali menumbuhkan dedaunan-nya. Suasana musim Semi kini sangat terasa.
Sesuai dengan tradisi yang berlaku, setelah masa berkabung pun berakhir. Kini saatnya Matahari baru untuk terbit. Dan hari ini merupakan hari penobatan Raja dan Ratu yang baru.
Dengan diiringi lagu tradisional yang penuh semangat. Lee Woon dan Hea Seung pun telah tampak berjalan beriringan menuju singgasana kerajaan. Lee Woon mengenakan Myeonbok dan Hea Seung mengenakan Jeokui dan Daesu. Mereka berdua terlihat sangat serasi. Hanya saja, tiada senyum yang menghiasi wajah keduanya.
Setelah mereka duduk diatas singgasana. Seruan ucapan selamat serentak para pejabat dan tetua yang hadir pun terdengar.
🌺🌺🌺
Di suatu tempat yang jauh dari istana. Atau lebih tepatnya suatu pulau yang diperuntukkan untuk menampung para penjahat yang diasingkan. Pulau Woo.
" Apa kalian sudah tau target kita kali ini?" Ucap salah satu pemuda dengan pakaian serba hitamnya kepada pemuda yang lain yang mengenakan pakaian serupa.
" Yee..!" balas mereka serempak dengan sorot mata tajam.
" Baiklah, kita harus menyelesaikannya malam ini juga. Bersiaplah!!" ucap pemuda tersebut sambil meninggalkan gubuk yang di gunakan untuk mengintai para tahanan yang diasingkan di pulau tersebut.
🌺🌺🌺
Lee Woon dan Hea Seung pun duduk dengan saling diam diatas singgasana, sambil mendengar seruan serempak ucapan selamat yang menggema. Mereka hanya saling diam dan memandang lurus ke depan. Namun, tiada yang tau bahwa di antara keduanya telah membuat suatu kesepakatan yang mengikat.
Beberapa saat sebelum penobatan dimulai...
Sejak kejadian malam itu, dimana Lee Woon memeluk Hea Seung. Mereka tidak pernah lagi saling bertemu. Namun hari ini, Hea Seung mendatangi Lee Woon secara tiba-tiba di ruang belajar. Walaupun sebelumnya Lee Woon melarang ia untuk masuk, tapi kali ini berbeda. Bahkan Lee Woon berkata telah menunggunya.
" Akhirnya kau datang juga." ucap Lee Woon sambil menutup gulungan yang ia baca.
" Karena saya tau Anda pasti mengerti hal itu." Balas Hea Seung setelah memberi penghormatan terlebih dahulu. Kini mereka duduk berhadapan dengan saling melempar tatapan membunuh.
" Kau benar. Karena kalian selalu memiliki 'maksud terselubung' bukan?!." ucap Lee Woon dengan senyum meremehkan di akhir kalimatnya.
Hea Seung hanya terdiam dan melemparkan tatapan dingin ke suaminya itu.
" Tampaknya rumor terkutuk itu masih ada rupanya. Anda tentu masih mengingatnya. " balas Hea Seung sambil tersenyum licik.
Senyum di wajah Lee Woon seketika hilang. Digantikan dengan raut wajah marah.
" Apa yang kau inginkan!" ucap Lee Woon dengan suara serak menahan amarah.
" Saya ingin membuat sebuah kesepakatan. " ucap Hea Seung dengan tenang sambil memperhatikan raut wajah Lee Woon. Kemudian melanjutkannya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Other Destiny
Historical Fiction" Aku ingin bahagia sekali. Tapi, itu membuat mu menangis." Kim Hea Seung. " Kau mungkin bisa mendapatkan semuanya. Tapi, tidak dengan hati ku." Lee Woon. Kisah ini menceritakan tentang Pengorbanan,Penderitaan, dan Penghianatan serta Harapan akan CI...