BAGIAN 11

47 6 0
                                    

Waktu berlalu bagai air yang mengalir tenang. Hari pun Sili-berganti berlalu, menyisakan kenang di setiap detik yang di laluinya.

Malam hari menyambut Joseon untuk kesekian kalinya. Udara semakin dingin dari hari ke hari. Tinggal menunggu waktu kapan butiran salju turun menyelimuti bumi. Bulan malam ini bersinar lembut. Memberikan perasaan tenang kepada setiap orang yang memandanginya, walaupun dalam keadaan dingin.

Hea Seung kini berdiri menatap bulan di halaman belakang rumahnya. Ia kini berdiri sendiri. Seora sejak keberangkatan Hea Seung ke istana hari itu, telah berangkat ke rumah paman Hea Seung yang berada di Joseon bagian timur.

Sesekali Hea Seung terlihat menghela nafas perlahan. Wajahnya kini terlihat sendu dan penuh kekhawatiran. Kejadian hari itu masih membekas di ingatannya. Kejadian yang membuat segalanya berubah.

Sudah sebulan lamanya sejak kejadian terkutuk itu. Penangkapan mendadak itu menghancurkan segalanya. Klan Choi dibantai dengan kejam. Perempuan dan anak-anak diturunkan menjadi budak dan dikirim ke pulau terpencil. Tidak ada yang tersisa dan selamat dari tragedi naas tersebut. Semuanya seakan hancur bagai kertas yang terbakar api.

Waktu ternyata berlalu dengan sangat tenangnya.

Pemilihan Putri Mahkota di tunda hingga semua masalah menjadi lebih baik. Putra Mahkota memimpin sendiri penyelidikan ulang mengenai kasus ini. Ia meminta secara khusus kepada sang Raja untuk mencari kebenaran dari kasus tersebut.
Mencari sesuatu yang terlewatkan.

Hea Seung kembali menghela napas. Semuanya begitu rumit.

"Agasshi, Nyonya menyuruh Anda untuk ke halaman depan sekarang. Tuan Besar sebentar lagi akan datang." Ucap Seorang pelayan perempuan di belakang Hea Seung.

Mendengar hal tersebut, Hea Seung menoleh dengan enggan kearah pelayan tersebut. Saat ini, ia harus menyambut ke datangan sang Ayah. Kim Baek Doung.

" Baiklah." Balas Hea Seung datar sambil berlalu dengan langkah pelan.

Sejak penangkapan itu. Kim Baek Doung jarang berada di rumah. Ia lebih banyak menghabiskan waktu di istana. Jika pun berada di rumah. Ia akan sibuk dengan menjamu kerabat-kerabat Klan Kim yang berdatangan. Kim Baek Doung bahkan tidak lagi sering berbicara dengan putrinya. Begitu pula dengan Hea Seung. Seakan ada jarak yang terbentuk dengan sendirinya.

Hea Seung menyadari hal tersebut. Sang Ayah kini hanya akan melihat dan memperhatikan dari kejahuan. Walau Hea Seung sering mendapat perlakuan yang dingin dari sang ayah, namun kali ini berbeda. Ia merasa ada yang aneh dari Ayahnya. Tatapan mata itu kini telah berubah.

🌺🌺🌺

Di sebuah ruangan yang terlihat gelap. Seorang pemuda tengah duduk tertunduk. Berkas dokumen penyelidikan terlihat berserakan di mana-mana.

" Seja Jeoha, ini sudah larut malam. Sebaiknya kita kembali ke istana." ucap Sun. Pengawal pribadi Putra Mahkota.

Saat ini, Lee Woon sedang berada di sebuah bangunan tua di pinggir kota. Tempat penyidikan mengenai kasus penangkapan Klan Choi. Lee Woon tampak berantakan. Ia kini duduk tertunduk dengan wajah dingin. Dokumen penangkapan kasus itu memenuhi ruangan dengan kondisi menyedihkan.

" Bagaimana bisa hal ini terjadi. Bahkan semua bukti tidak ada yang berguna.!!!" Bentak Lee Woon dengan tatapan tajam.

" Jeoha..!" balas Sun menenangkan.
" Semuanya seakan diatur.!" ucap Lee Woon sambil mencengkeram kertas di hadapannya.

The Other DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang