BAGIAN 7

57 6 0
                                    

Hari berlalu dengan cepat. Saat ini telah memasuki penghujung musim gugur. Udara semakin dingin dan bersiap menyambut musim berikutnya, musim dingin.

Sejak hari pemilihan Putri Mahkota tahap pertama, kediaman Kim semakin sibuk dengan banyak hal. Namun, Kim Baek Doung menanggapi hal tersebut dengan tanggapan dingin seperti biasanya.

Hea Seung sejak hari itu banyak diam. Ia seakan tidak bersemangat menjalani hari.
Tahap kedua telah berlalu, dan kini menunggu hasilnya. Ia hanya mengikuti pemilihan apa adanya. Tidak berusaha keras dan tidak juga sengaja memperburuk. Seakan hasilnya nanti dikatakan sebuah takdir.

Pertemuannya dengan Putra Mahkota di hari itu membuat Hea Seung merasakan hal yang aneh. Ia seakan kagum sekaligus kecewa dalam satu waktu. Putra Mahkota ternyata telah memiliki hubungan khusus dengan salah satu kandidat Putri Mahkota. Tapi, bukankah hal itu bagus. Sehingga ia tidak perlu lagi memikirkan cara agar tidak terpilih. Namun, ia juga merasakan sebaliknya.

Hea Seung akan memilih tidak terlibat hingga akhir. Sehingga masyarakat tidak lagi memandang Klan Kim memiliki maksud terselubung. Klan Kim tidak haus akan kekuasaan yang hanya akan membuat seseorang menjadi bukan dirinya lagi. Hea Seung ingin membuktikan hal tersebut.

🌺🌺🌺

Hari ini, pengumuman untuk kandidat yang terpilih ke tahap ketiga akan segera dibacakan. Hanya tiga orang yang akan lolos ke tahap tiga. Di mana setelah itu Putri Mahkota akan dipilih pada salah satu dari mereka. Dan kedua lainnya tidak dapat menikah setelah itu. Karena mereka sudah dikatakan sebagai wanita milik Putra Mahkota. Mereka hanya akan menjalani hidup dengan sederhana. Dan jika beruntung, ia akan dipanggil kembali memasuki istana sebagai seorang selir.

Hea Seung sudah sedari tadi menghela nafas berat. Ingin rasanya ia berlari keluar dari tempat itu saat ini juga. Melepaskan semua beban dan menjelajahi dunia.

🌺🌺🌺

Di saat yang sama, di koridor istana. Tampak Kim Baek Doung berjalan dengan mantap setelah menghadiri pertemuan kabinet istana. Di ujung lorong lainnya, juga tampak Park Bo Doun tengah melangkah kearah Kim Baek Doung. Saat perpapasan, aura penekanan sangat terasa saling menghancurkan satu sama lain.

Jika dipermukan tampak klan Park dan klan Choi yang saling memperluas kekuasaan dalam paksi barat dan selatan. Ada hal yang lain yang terjalin antara klan Kim dan klan Park. Sesuatu yang melebihi permusuhan dan mendekati penghancuran. Klan Kim dan Klan Park pada hakikatnya adalah sebuah rekan yang amat solid dahulu. Mereka bersama-sama memberikan yang terbaik untuk negara dalam satu nama yaitu, Paksi Barat. Namun, hal yang rumit terjadi dan memaksa ketiga klan yang tengah berkuasa berada pada posisi sekarang ini.***

" Apa kabar saudara lama.?!" Seru Park Bo Doun tajam.
Kim Baek Doung menghentikan langkahnya sesaat.
" Siapa yang kau sebut saudara? Tidak ada saudara yang memakan daging saudaranya sendiri.!!" seru Kim Baek Doung dengan suara berat.

" Aku berharap kau bisa memahami hal lampau tersebut. Faksi barat akan segera memiliki pegangan baru di masa depan.! Bulan yang baru. Tentu saja." ucap Park Bo Doun sambil tertawa renyah.
" Hal yang bersinar tentu selalu memiliki alasan terbusuk di bawahnya.!" balas Kim Baek Doung tidak kalah sengit.

Mendengar hal itu, Park Bo Doun sedikit tersulut emosi. Namun, segera meredamnya.
" Paksi Barat tidak lagi berasal dari Klan Kim, tapi Klan Park." ucap Park Bo Doun sambil berlalu dengan cepat.

'Seperti dugaanku, kau selalu mudah ditebak.!'

🌺🌺🌺

3 menit berlalu, dan selama itu menjadi saat yang menjengkelkan dalam hidup Hea Seung. Satu kata demi kata terucap dengan nyaring. Nama kandidat yang lolos pada tahap ketiga akhirnya terucap juga. Choi Sea Yoo, Park min Sun dan Kim Hea Seung. Seakan sesuatu memang sengaja mempertemukan ketiga nama tersebut dalam satu gulungan kertas keputusan. Takdir.

" Karena kalian telah berhasil memasuki tahap ketiga dengan segala ujian yang melelahkan. Maka kalian berhak melihat seja jeoha hari ini.!" ucap Ratu In Seok kepada ketiga kandidat yang tepilih dihadapannya.

" Kebaikan Yang Mulia tidak terukur." ucap mereka bersamaan.
Senyum penuh bahagia tercetak rapi di wajah mereka, kecuali Hea Seung yang terpaksa memberikan senyuman.

🌺🌺🌺


Angin berhembus dengan lembut. Saat ini mereka tengah berjalan-jalan di taman bersama Putra Mahkota. Banyak hal yang menjadi perbincangan. Mulai dari hobi hingga puisi mengenai bunga-bungaan yang tidak sengaja dilalui. Choi Sea Yoo dan Park Min Sun terlihat antusias dan terlihat berbincang dengan hangat. Hanya saja Hea Seung tidak masuk dalam lingkaran tersebut.

Ia bingung harus berkata apa. Ia memang telah diajarkan berbagai puisi, tapi, ia merasa hal tersebut terlalu berlebihan. Itu bukanlah dirinya. Ia lebih tertarik dengan pembicaraan politik dan strategi perang. Ia lebih banyak diam dan menjadi pendengar yang baik.

" Puisi tersebut cukup menarik nona Park Min Sun." puji Lee Woon untuk kesekian kalinya dengan seyum ramah.
" Suatu Kehormatan untuk saya." balas Pak Min Sun sopan sambil menunduk malu.

" Bagaimana denganmu nona Kim Hea Seung.? Apa kau juga punya puisi mengenai bunga ini.?" ucap Lee Woon tiba-tiba. Sehingga semua tatapan orang tertuju pada dirinya.
" Setiap bunga, memiliki aroma masing-masing.  Yang harum tidaklah selalu baik. Maafkan saya seja jeoha. Saya tidak terlalu pintar merangkai kata-kata." ucap Hea Seung menunduk. Ia tidak dalam kondisi baik saat ini. Terlalu banyak hal yang ia pikirkan. Dan merangkai kata- kata puisi bukanlah hal yang baik.

" Itu tidak buruk. Apa yang kau ucapkan ada benarnya juga.!" Lee Woon hanya menanggapinya dengan senyum ramah.

Perjalanan terus berlanjut namun, Park Min Sun undur diri terlebih dahulu karena alasan kurang sehat. Dari jauh, Hea Seung melihat Lee Woon dan Choi Sea Yoo berbincang dengan hangat di depannya. Seakan dunia hanya milik mereka berdua. Hea Seung bagai melihat suatu lukisan yang indah. Ia lalu memalingkan pandangannya dan melihat pantulan dirinya di air tenang kolam ikan.

' Apakah ini adalah takdir? '

Dedaunan kering pun berjatuhan dan terjatuh di depan sepatu Hea Seung. Seakan menjadi jawaban dari pertanyaannya barusan.

' Takdir telah di mulai...'

🌺🌺🌺

Sulawesi Selatan, 24 April 2018.

***) Kisah klan Kim dan Kaln Park akan saya hadirkan di chapter- chapter yang akan datang. Di mana akan menjadi alasan dari sikap dingin Kim Baek Doung dan beberapa tokoh lainnya.

Kosakata:
Seja Jeoha : Panggilan hormat untuk Putra Mahkota(Yang Mulia Putra Mahkota).
Bulan : Lambang dari Ratu. Dalam hal ini merujuk pada Putri Mahkota kelak.

Terimakasih karena telah menyempatkan diri membaca kisah ini.
Mohon dukungannya.

The Other DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang