" Apa yang sebenarnya sedang terjadi? Mengapa Abba Mama tidak sadarkan diri seperti ini?" seru Lee Woon dengan suara penuh khawatir bercampur marah. Lalu tatapan tajam penuh penekanan ia layangkan kepada para tabib istana yang juga sedang berada di sana.
Setelah menerima kabar dari kasim Park, Lee Woon segera menuju kamar tidur sang ayah yang sudah tak sadarkan diri. Di sana sudah hadir Ratu In-Seok yang terduduk lemah sambil menangis sedih. Sedangkan Hea Seung yang datang beberapa lama setelahnya, ikut duduk di dekat Ratu In-Seok dengan ragu sambil berusaha menenangkannya. Seisi ruangan tampak di selimuti kesedihan.
" Maafkan kami Jeoha, kondisi Jusang Jeonha saat ini sudah sangat parah. Penyakit pencernaan yang di deritanya sudah sangat parah dan telah mengalami komplikasi dengan organ lain. Dan juga sebenarnya.." Tabib itu enggan meneruskan perkataannya. Ia hanya memandang sedih kearah sang Raja yang tak sadarkan diri.
Lee Woon pun menangkap sikap aneh dari Tabib tersebut. Tampak ada sesuatu yang sengaja di sembunyikan.
" Teruskan...!" seru Lee Woon dingin dengan tatapan tajam.
" Kami pantas mati Jeoha...!!!" Seru kemudian para tabib tersebut sambil bersujud di hadapan Lee Woon.
" Aku hanya bertanya mengenai penyakit Abba Mama dan kalian meminta ku untuk mengambil nyawa kalian? Apa seperti itu sikap seorang Tabib...!!! " seru Lee Woon marah. Seluruh Tabib tersebut pun menunduk.
" Katakan yang sebenarnya, atau aku benar-benar akan mengambil nyawa kalian...!!" Lanjut Lee Woon sambil menarik pedang salah satu prajurit didekatnya, kemudian mengacaukannya kearah Tabib tersebut.
🌺🌺🌺
Hea Seung ikut sedih melihat kondisi sang Raja. Sambil berusaha menenangkan Ratu In-Seok yang terlihat sangat lemah, ia memperhatikan Lee Woon yang sedang Murka. Selama beberapa jam pernikahannya dengan Lee Woon, Hea Seung sedikit demi sedikit memahami karakter suaminya itu. Selain sikapnya yang sangat dingin, ia juga memiliki kasih sayang yang teramat dalam kepada sang Ayah.
" Sebenarnya, Jusang Jeonha menderita penyakit paru-paru akhir-akhir ini. Dengan penyakit tersebut, beliau semakin lemah dari hari ke hari." Seru Tabib tersebut sambil memandang lemah kearah Lee Woon yang sedang murka.
" Apa?? Dan kalian baru mengatakannya sekarang?!!" balas Lee Woon terkejut sekaligus marah.
" Jusang Jeonha menyuruh kami untuk merahasiakannya Jeoha. Termasuk merahasiakannya dari Anda. Beliau beralasan agar tidak membebani dan membuat Anda khawatir. Itulah yang diinginkan beliau." jelas Tabib tersebut dengan suara yang tercekat diakhir kalimatnya.
Lee Woon pun menutup matanya sesaat. Kemudian pedang yang berada dalam genggamannya pun terjatuh ke lantai. Dengan langkah yang lemah, ia mendekati sang Ayah yang sedang berbaring tak berdaya.
" Maafkan aku Abba Mama..." ucap lirih Lee Woon sambil menggenggam tangan sang ayah.
Hea Seung ikut meneteskan air mata. Beberapa jam yang lalu, semua tampak baik-baik saja. Namun hal tersebut hilang dan di gantikan dengan derai air mata dalam sekejab.
🌺🌺🌺
" Bagaimana dengan kondisi Jusang Jeonha Tabib Han..?" tanya salah satu menteri kepada salah satu tabib yang keluar dari kamar sang Raja.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Other Destiny
Historical Fiction" Aku ingin bahagia sekali. Tapi, itu membuat mu menangis." Kim Hea Seung. " Kau mungkin bisa mendapatkan semuanya. Tapi, tidak dengan hati ku." Lee Woon. Kisah ini menceritakan tentang Pengorbanan,Penderitaan, dan Penghianatan serta Harapan akan CI...