Hari yang melelahkan akhirnya terlampaui juga. Saat ini Hea Seung sudah berada di istana Doggung. Istana Doggung merupakan istana yang di peruntukan untuk Putra Mahkota sebelum ia naik tahta. Istana Doggung terletak di bagian timur. Oleh karena itu, istana Doggung juga disebut istana timur.
Malam ini terasa begitu dingin. Butiran salju semakin hari semakin tebal menutupi tanah.
Hea Seung kini berada di sebuah kamar. Ia masih mengenakan jeokui dan daesu. Di hadapannya sudah tersedia berbagai makanan dan teko berisi arak. Hea Seung sudah sedari tadi terdiam sambil menunggu kedatangan Lee Woon.
Sambil menunggu, ia terus saja memikirkan maksud dari perkataan ayahnya.
' Musuh sebenarnya..' ucap Hea Seung pelan dengan sorot mata yang penuh tanda tanya. Namun, lamunannya terhenti saat mendengar seruan dayang dari luar kamar." Seja Jeoha telah tiba.." seru dayang di luar kamar. Mendengar hal tersebut Hea Seung sontak berdiri dan menyabut kehadiran suaminya itu.
Sedetik kemudian, Lee Woon pun memasuki kamar dengan wajah yang sama datarnya saat upacara penobatan tadi. Memandang kearah Hea Seung sekilas lalu duduk di tempat yang telah di sediakan. Suasana terasa hening. Lee Woon hanya terus terdiam dan menatap tajam kearah Hea Seung yang duduk tertunduk dihadapannya.
Hea Seung juga merasakan suasana yang kurang mengenakan. Ia bahkan bingung harus melakukan apa. Lelaki dihadapannya kini adalah suaminya. Namun, ia tidak mengenal dengan baik lelaki itu. Lelaki itu telah banyak berubah. Lelaki itu bukan lagi lelaki yang sama dengan lelaki yang ia temui di toko buku maupun di taman waktu itu. Ia tidak lagi sama.
" Izinkan saya menuangkan secangkir arak untuk Anda jeoha." ucap Hea Seung memecahkan keheningan.
Ia pun kemudian menuangkan arak ke dalam cangkir Lee Woon dengan gerakan yang tenang.Lee Woon hanya terus terdiam seribu bahasa. Ia hanya terus memandangi Hea Seung dengan sorot mata tajam.
" Seja Jeoha, Bingoong-Mama. Jika Anda sudah berbagi minuman, maka bersiaplah untuk tidur." seru dayang dari luar kamar.
🌺🌺🌺
Hea Seung hanya menghela nafas perlahan untuk sekian kalinya. Kepalanya sudah sedari tadi berdenyut karena menahan berat daesu yang dikenakannya.
Lee Woon masih terus terdiam. Bahkan ia belum menyentuh arak yang dituangkan Hea Seung tadi.
Namun kemudian, Lee Woon menggeser meja di hadapannya yang menjadi perantara antara dirinya dengan Hea Seung. Kemudian dengan gerakan cepat menarik Hea Seung kearahnya. Sehingga menghapus jarak antara mereka.
Hea Seung sangat terkejut dengan sikap Lee Woon yang begitu tiba-tiba. Jarak mereka kini sangat dekat. Hea Seung bahkan bisa merasakan hembusan nafas suaminya itu.
Lee Woon pun semakin mendekatkan wajahnya kearah wajah Hea Seung. Seakan ingin menciumnya. Namun, ia berhenti dan membisikan sesuatu.
" Berhentilah bersikap seakan tidak ada hal yang telah terjadi. Kau tidak bisa menyembunyikan kebusukan yang telah kau lakukan.!!" ucap Lee Woon dengan tajam dan tetap mempertahankan posisi mereka.
Hati Hea Seung bagai tertusuk ribuan pisau. Ia akhirnya tau dengan pasti. Pernikahan ini tidak akan pernah berjalan dengan baik. Keputusan yang ia ambil ternyata tidak akan mudah.
Hea Seung berusaha mundur. Namun, Lee Woon sangat kuat menahan tubuhnya. Hea Seung hanya bisa membalas Lee Woon dengan tatapan marah.
" Kau benar- benar telah berhasil menghancurkan mimpi seseorang.!!" ucap Lee Woon lagi. Kini tangannya mulai menyentuh pipih putih Hea Seung.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Other Destiny
Historical Fiction" Aku ingin bahagia sekali. Tapi, itu membuat mu menangis." Kim Hea Seung. " Kau mungkin bisa mendapatkan semuanya. Tapi, tidak dengan hati ku." Lee Woon. Kisah ini menceritakan tentang Pengorbanan,Penderitaan, dan Penghianatan serta Harapan akan CI...