Three

7.3K 1.1K 295
                                    

"Tidak apa-apa, Doyoung-ah. Tidak apa-apa."

Suara Jaejoong yang lembut disertai usapan halus di punggungnya tidak lantas membuat Doyoung tenang. Ia terus menatap pintu ruangan yang di dalamnya ada Jaehyun dan Yunho. Entah apa yang mereka bicarakan, tapi apapun itu jelas bukan hal yang baik. Aura gelap dan dominan mereka bahkan sangat terasa dari luar ruangan.

"Ini semua salahku 'kan?" ujar Doyoung lirih. Kedua tangannya saling bertautan erat.

Begitu Yunho datang bersama beberapa prajurit di tengah kehebohan tadi, situasi berhasil diamankan. Semua penduduk bubar dan kembali meneruskan kegiatan mereka masing-masing. Tapi yang jadi masalah, sejak tadi Jung Yunho hanya diam. Beliau hanya menyuruhnya dan Jaehyun pulang, tanpa berkata apapun lagi setelahnya. Tapi walau begitu, diamnya Yunho jurstru terasa lebih mengerikan.

"Bukan, Doyoung-ah." Jaejoong kembali menyangkal perkataan Doyoung dengan lembut. "Ini salahku juga yang langsung memperbolehkanmu pergi sendiri tanpa pengawalan. Nanti aku akan bicara pada Yunho. Sekarang, mereka harus mendinginkan kepala masing-masing dulu." Jaejoong mengarahkan tatapan khawatirnya pada pintu ruangan yang di dalamnya terdapat Yunho dan Jaehyun. Tangannya masih setia mengusap lembut punggung Doyoung, berusaha menghilangkan kegelisahan menantunya itu.

Doyoung menghela napas. Seandainya dia tidak ceroboh dan lebih berhati-hati, semua ini tidak akan terjadi. Jaehyun terlihat begitu menyeramkan tadi, Doyoung sampai merasa bulu kuduknya meremang. Beruntunglah Jung Yunho dan para prajurit datang tepat waktu, kalau tidak, Doyoung tidak bisa membayangkan apa yang selanjutnya akan terjadi.

Lagipula, kenapa tadi Jaehyun terlihat posesif sekali? Doyoung yakin malam sebelumnya alfa itu masih menolak kehadirannya mentah-mentah, setelah mengetahui satu fakta pada diri Doyoung.

Tanpa sadar Doyoung mendengus. Kenapa alfa yang satu itu sulit sekali ditebak?

"Doyoung-ah? Apa kau kelelahan?"

Pertanyaan Jaejoong membuyarkan Doyoung dari lamunannya. Doyoung mengerjap cepat, kemudian mendapati Jaejoong sudah menatapnya cemas. "A-ah, tidak, eomma..."

Jaejoong tersenyum kecil. Kali ini tangannya bergerak untuk merapikan anak rambut Doyoung. "Lebih baik kau istirahat saja, hari ini pasti sangat melelahkan bagimu."

Mau tak mau Doyoung mengangguk, menuruti perintah Jaejoong untuk beristirahat di kamarnya. Begitu sampai kamar, ia merebahkan tubuh ke atas ranjang, dengan pandangan mengarah ke langit-langit. Kedua iris legam itu mengerjap gelisah, sesekali mulutnya mengembuskan napas panjang.

Semua yang terjadi dalam waktu sesingkat ini benar-benar membuatnya pening. Reaksi Jaehyun semalam, pertemuannya dengan calon ketua klan Loure--Seokwoo, dan kemudian Jaehyun yang kalap.

Sekali lagi Doyoung menghela napas. Mana ia tahu kehidupan sederhananya akan berubah 180 derajat seperti ini. Ah, ia jadi rindu sahabat-sahabatnya. Ten dan Kun, sedang apa mereka sekarang, ya?

Baru saja Doyoung hendak memejamkan mata untuk menghilangkan pening, mendadak pintu kamar terbuka. Dengan cepat Doyoung menoleh dan bangkit dari posisi berbaring, jantungnya langsung berdetak cepat mendapati Jaehyun masuk ke dalam kamar dan menatapnya dengan wajah datar, tanpa ekspresi.

Yang malah membuat Doyoung takut.

"A-"

"Lain kali, jangan pernah keluar dari mansion ini sendirian tanpaku."

Doyoung tersentak. Suara Jaehyun terdengar sangat dingin dan tegas, membuatnya merinding sesaat. Mata bulatnya lantas bersirobok dengan manik gelap milik Jaehyun, sedikit melebar. Agak lama mereka bertatapan, sebelum Doyoung melempar pandangannya ke bawah. "Baiklah..."

Fated Mate; JaedoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang